Badai PHK Tiba, dari Indosat hingga Krakatau Steel. Pakar Ekonomi Nida Sa’adah: Khilafah Islam Punya Strategi Jitu Soal Ini
Oleh : Ustadzah Nida Sa’adah
Setahun terakhir ini, pemutusan hubungan kerja (PHK) di dunia usaha semakin masif saja. Baik perusahaan baja, manufaktur, hingga telekomunikasi. Bahkan, startup yang sudah menjadi unicorn pun tak luput dari “badai” PHK ini.
Misalnya, per 14 Februari 2020 ini, PT Indosat melakukan PHK terhadap 677 karyawan. Bukalapak juga melakukan PHK dengan alasan menata diri secara terbatas. Sementara Net TV melakukan PHK dengan alasan efisiensi.
Adapun Krakatau Steel, sejak 1 Juni 2019 lalu merumahkan 300 karyawan outsource. Dan akan terus berlanjut hingga Juli dengan merumahkan 800 karyawan. Angka itu belum termasuk karyawan organik di BUMN baja tersebut.
PHK massal juga terjadi di Batam, kepulauan Riau. Sebanyak 2.500 orang di sana terpaksa kehilangan pekerjaan akibat di-PHK karena tutupnya dua pabrik di sana. Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, Rudi Sakyakirti mengatakan dua pabrik itu ialah PT Foster Electronic Indonesia dan PT Unisem Batam.
Merespons badai PHK yang menerjang Indonesia ini, pakar ekonomi Islam, Ustazah Nida Sa’adah, SE.Ak, MEI. mengatakan memang akan selalu seperti ini (kondisinya) kalau strategi negara dalam menyerap tenaga kerja hanya mengandalkan investasi swasta.
“Jika terjadi perlambatan ekonomi, perusahaan akan berhitung antisipatif. Daripada gulung tikar, lebih baik lakukan efisiensi. Dan pilihan paling memungkinkan, adalah memangkas jumlah pekerja,” ujarnya kepada MNews, 22/2/2020.
Ustazah Nida mengungkap ini sangat jauh berbeda dengan kondisi di mana periayahan ekonomi berada di tangan Negara Khilafah, di mana dalam skala makro, Khilafah menciptakan iklim usaha yang kondusif dan stabilitas ekonomi juga dijaga.
“Hal itu dilakukan dengan menerapkan UU larangan praktik ribawi, penerapan moneter emas dan perak, dan kebijakan fiskal berbasis syariah. Dengan stabilnya iklim usaha, maka produksi berjalan baik. Dampak lanjutannya, serapan tenaga kerja berjalan massif,” paparnya.
Terkait serapan tenaga kerja, Ustazah Nida mengatakan bahwa sudah semestinya negara punya formula komprehensif dalam menyerap tenaga kerja.
“Dalam Islam, bahkan laki-laki diharamkan menganggur apalagi bermalas-malasan. Karena itulah Negara Khilafah Islam menjalankan strategi jitu turun tangan langsung untuk memastikan hal ini,” jelasnya.
Negara Khilafah juga memiliki proyek-proyek pengelolaan kepemilikan umum antara lain sumber daya alam yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, dan menjalankan strategi terkoordinasi antara sistem pendidikan dengan potensi ekonomi di berbagai area.
Mekanisme yang demikianlah yang membuat serapan lulusan pendidikan akan sejalan dengan kebutuhan masyarakat, bukan kebutuhan korporasi. Strategi ini disebut Ustazah Nida sebagai strategi yang lebih jitu dalam menyerap tenaga kerja. Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan hal itu.
“Jadi bukan dengan cara memberi berbagai kartu untuk dicairkan. Apalagi dalam jumlah yang tidak seberapa, dan diperparah dengan pencabutan berbagai subsidi yang menjadi hak rakyat,” tegasnya.
Sementara, terkait akses modal, Negara Khilafah melalui sistem keuangan baitulmalnya akan turun tangan langsung memberi bantuan modal tanpa riba atau bahkan hibah kepada individu usia produktif. Sehingga individu tersebut memiliki akses ke pergerakan ekonomi.
Dengan keterlibatan negara secara penuh, maka hasilnya dalam Negara Khilafah angka pengangguran laki-laki adalah 0%, insya Allah.
“Sempurna sekali aturan ekonomi dari Allah, bukan?” tutupnya. [MNews]
______
Sumber : MuslimahNews.com
Posting Komentar