Jalan Hijrahku ; Semoga Istiqomah Hingga Akhir
Oleh : Ummu Farras (Pegiat Literasi)
Sore itu seperti biasa aku menikmati pemandangan alam dibalik jendela bus dari kota Serang menuju kota Cilegon. Karena kampusku di Serang, dan rumahku di Cilegon, Pulang pergi kuliah aku memang memilih untuk naik bus, entah mengapa, ada kesenangan tersendiri bagiku ketika memandangi alam dibalik jendela bus. Indahnya alam seakan membuat hatiku menjadi teduh. Melihat hijau pepohonan yang berbaris rapi di sepanjang jalan tol, hamparan langit biru yang syahdu, menambah ceria hatiku. Keindahan alam semesta seakan tak bisa mengalihkan perhatianku dari riuhnya nyanyian pengamen yang bernyanyi melengking di dalam bus Primajasa jurusan Merak-Kampung Rambutan yang ku naiki.
"Semilir angin berhembus, dendangkan suara hatiku,...mengapa anak jalanan.. Nasibnya terkatung katung.. Om yang ku sayang, tante yang ku cinta, hidup dan matiku.. kuserahkan padamu".
Nyanyian ini rutin didendangkan para pengamen yang hampir setiap hari kudengar. Sampai aku hafal liriknya.
Tiba-tiba suara melengking dan serak dari pengamen-pengamen jalanan itu membuyarkan lamunanku.
"permisi mba.. Minta recehnya.." sahutnya sambil tersenyum padaku.
Kusodorkan uang receh 500 rupiah 2 buah.
Begitulah kiranya setiap hari aku pergi dan pulang kuliah.
****
Sesampainya aku dirumah, ada pemandangan yang tak biasa.
Terlihat ada tamu yang sedang berbincang dengan tetehku. Seorang muslimah yang memakai kerudung (khimar) menutupi hampir setengah tubuhnya, dan memakai baju longgar yang tak berpotongan (gamis).
"siapa ya itu.." gumamku dalam hati.
Seperti biasa ku ucapkan salam dan tak lupa mencium tangan kedua orang tuaku, dan tetehku.
"ada tamu teh?" tanyaku pada teteh.
"iya de..ini kenalin teh novi.. " Jawabnya ringan. Kusalami teh novi.. Tampak senyumnya yang lembut dan ramah..menghias wajahnya yang teduh..
****
Sampai pada suatu hari..
Di sore itu, saat aku kembali pulang dari kampus, kutemui tetehku sedang menyapu halaman depan rumah. Kini ia memakai kerudung yang lebar dan panjang, serta gamis yang lebar pula. Tak lupa ia menutup kakinya dengan kaos kaki.
" teh, kamu pakai baju apa?" tanyaku.
Ia pun menjawab " de, aku mau ngobrol yu". Katanya sambil menggamit lenganku masuk ke kamar.
Tetehku lalu menjelaskan tentang niatnya menutup aurat secara menyeluruh. Ingatku ia sampaikan dalil-dalil di dalam Al-Qur'an tentang kewajiban seorang muslimah untuk menutupi aurat secara kaffah. "de, ayo pakai jilbab dan khimar.." ajaknya. Aku tak bisa menjawab. Hanya terdiam membisu.
Perasaan gundah gulana menjangkiti hatiku, karena hampir setiap hari saat itu tetehku selalu 'mengajak' aku untuk memakai jilbab dan khimar. Ku tau itu sebagai bentuk rasa sayangnya padaku. Aku yang saat itu kuliah semester 3, dan belum menutup aurat, menjadi galau sendiri.. Terkadang aku menghindari teteh dan menyendiri di kamar. Bulir-bulir air mata jatuh ke pipiku.. Perasaan apakah ini?
****
Suatu malam dengan gemetar ku ambil kitab suci Al-Qur’an dan kubuka.. Kubaca dengan tartil dan ku resapi artinya..
Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (TQS. Ar-Ra’d [13]: 11).
MasyaaAllah.. Apakah kini jalanku?
Apakah hidayah ini untukku?
Pertanyaan ini terus menggelayuti pikiran ku..
Sampai pada saat itu,
Suatu pagi di tahun 2009 pada bulan April, seperti biasa aku mau berangkat kuliah. Kutemui tetehku dan bismillah..
Dengan mantap aku bertanya, "teh, aku pinjem jilbab dan khimarnya ya, buat pergi ke kampus." setengah terkejut tetehku memberikan jilbab dan khimarnya untuk ku pakai. Rasa syukur dan bahagia terlihat dari rona wajahnya. Alhamdulillaah..
****
Hari itu di depan mushola kampusku.. Kutatap langit yang biru..
Perasaan hangat menyelimutiku..
Perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya..
Memoriku seakan flashback ke masa lalu. Masa dimana aku mulai hijrahku.
Saat pertama ku pakai jilbab dan khimarku, mulai detik itu juga aku berazzam, " Ya Allah, saksikanlah.. saat ini, hingga akhir nafasku, tak akan kulepas khimar dan jilbabku."
Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolonganMu.. Jika hidayahMu menyapa, takkan sanggup siapapun dari kita bisa berpaling. Rasa syukurku menggunung.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Semoga istiqomah hingga akhir hayat.. Aamiin..
Ternyata, kini aku menyadari, bahwa hanya Islam Yang Mampu Memuliakan Wanita. Hanya Islam yang menjaga wanita laksana mutiara yang tersimpan dan harus dijaga dari segala hal yang dapat menodai kehormatannya, dari segala hal yang menjatuhkan wibawa dan merendahkan martabatnya.
Islam menempatkan wanita sebagai makhluk mulia yang harus dilindungi. Maka Islam memiliki syariat dan aturan yang khusus bagi wanita. Diantaranya adalah aturan dalam berpakaian untuk menutupi seluruh aurat wanita. Allah SWT memerintahkan demikian agar mereka dapat selamat dari mata-mata kaum pria dan tidak menjadi fitnah bagi mereka. Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzâb : 59)
Lalu firman Allah SWT :
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
(QS. An-Nur : 31)
MasyaaAllah. Begitu tinggi arti kehormatan wanita di dalam Islam. Lantas, masihkah kita mau merendahkan diri dengan memperlihatkan aurat kita?
Wallahu'alam bisshowwab
Posting Komentar