Cerita Pedagang di Sikka: Kalau Saya Takut Corona Keluarga Tidak Makan
MAUMERE - Dampak dari merebaknya wabah virus corona sangat dirasakan oleh para pedagang dan penjual sayur di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Beberapa pedagang dan penjual sayur yang ditemui florespedia mengaku mengalami kerugian karena sepinya pembeli akibat dari pemberlakukan social distancing dan jam buka lapak jualan yang hanya dibatasi sampai pukul 18.00 WITA.
Pedagang di Pasar Geliting, Siti Mariam mengaku dampak dari adanya wabah corona ini, pembeli yang datang berbelanja di Pasar Geliting berkurang. Ia yang berjualan ikan kering dan ikan asin merasakan dampak menurunnya pembeli sehingga pendapatannya berkurang drastis.
Warga Desa Nangahale ini mengaku ingin tinggal di rumah seperti anjuran dari Pemkab Sikka, kendati demikian jika tetap tinggal di rumah, keluarganya tidak memiliki stok pangan untuk makan. Apalagi kalau sampai tinggal berminggu-minggu.
"Saya mau tinggal di rumah, tapi kalau saya tetap tinggal di rumah, saya punya keluarga tidak bisa makan. Saya harus tetap berjualan. Kalau saya takut corona, saya pu keluarga tidak bisa makan," ungkap Mariam, saat berbincang dengan florespedia, Sabtu (28/3).
Sama halnya dengan Mariam, Haja Sarpah, salah satu pedagang sembako di Pasar Geliting juga mengaku kini lapaknya sepi pembeli. “Dengan adanya arahan dari pemerintah ini, pembeli sepi sekali sudah 1 minggu ini. Jam 6 sore kami sudah tutup, kadang saat kami sudah tutup tapi ada yang datang mau beli tapi dengan marah-marah jadi kami terpaksa layani,” kata Sarpah.
Hal senada juga diakui Daeng Aco. Menurutnya sudah hampir sepekan lapaknya sepi imbas dari merebaknya wabah Corona. “Kalau sebelumnya agak ramai, tapi sudah 1 minggu ini sepi sekali,” ungkapnya.
Disinggung mengenai stok beras, kedua pedagang asal Makassar itu mengaku tidak akan mencukupi hingga batas waktu yang ditentukan pemerintah.
“Tidak tahu ini soalnya di Makassar juga mulai tutup jadi beras tidak bisa masuk ke sini. Tadi ada masuk sedikit tetapi tidak mencukupi kalau sampai bulan Mei,” ungkap Daeng Aco.
Sementara itu, Fransiskus, salah seorang penjual sayur di Pasar Geliting juga mengaku bersyukur lantaran penjualannya belum terpengaruh dengan adanya wabah Corona, hanya saja, kata dia, saat ini lebih menjaga interaksi dengan para pembelinya. “Biasa saja, corona atau tidak pembeli tetap ada, hanya saja komunikasi dengan pembeli itu yang kita jaga,” ungkap Fransiskus.
Berbeda dengan Maria Yuvita yang berjualan sayur di Watumilok tepat di pinggir Jalan Trans Maumere Larantuka. Ia mengaku, sepi pembeli dan terkadang jualannya seperti tahu dan sayur dibuang begitu saja akibat mengalami kerusakan.
“Minggu lalu itu, saya belanja barang habis itu tutup, terpaksa tahu yang saya beli 1 ember itu saya buang karena rusak dan tidak ada pembeli sama sekali,” ungkapnya.
Dirinya mengaku, apabila kondisi tersebut berlangsung hingga bulan Mei mendatang, dirinya akan kewalahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena dirinya hanya mengandalkan berjualan sayur.
“Kalau begini terus kami nanti setengah mati. Kami mau makan minum harap dari mana lagi. Belum lagi harus bayar utang,” ujarnya.
Dirinya kemudian berharap, dengan adanya kondisi ini, Pemerintah Kabupaten Sikka bisa memperhatikan mereka dengan memberikan bantuan sembako. “Kalau minta kami istirahat total, nanti kami makan apa, harapan kami hanya ini saja. Apalagi sekarang ini sepi sekali. Ini tadi saya belanja lagi Rp 1 juta, tapi sepi begini saya bisa apa sekarang,” ungkapnya.[kumparan]
Posting Komentar