Corona Naik Daun, Pemimpin Lepas Tangan?
Oleh : Siti Farihatin (Guru KB dan Aliansi Penulis Rindu Islam)
Bagai anak ayam kehilangan induknya, seperti ini gambaran rakyat Indonesia karena ketidak-tegasan sang pemimpin menyikapi Covid-19 yang semakin hari semakin naik daun. Banyak masyarakat yang dibuat bingung dengan kebijakan yang diambil orang nomer satu di negara tercinta kita. Salah satu Tokoh Senior Jawa Barat yang menyatakan, "Menurut Kang TjeTje Hidayat Padmawinata, Tokoh Senior Jawa Barat, “Indonesia hari ini ‘A Nation without a Leader’, Krisis Kenegarawanan”. Wah in tondo2," tulis Rizal Ramli melalui akun Twitternya, @RamliRizal, dikutip VIVAnews, Minggu, 15 Maret 2020.
Membaca statemen tersebut sungguh mengejutkan. Negara sebesar Indonesia dengan rakyat terbanyak kedua sedunia ternyata ada yang berpendapat bahwa Indonesia krisis pemimpin. Kasus Corona yang dampaknya luar biasa bahkan sudah ditetapkan WHO sebagai bencana Nasional harus menjadi perhatian lebih, khususnya bagi pemerintah. Salah satu kebijakan negara-negara untuk mencegah corona adalah dengan lockdown.
Lockdown berarti mengunci akses keluar dan masuk ke negara tertentu. Tapi tidak dengan Indonesia, Indonesia malah kecolongan dengan adanya TKA dari Cina sebanyak 49 orang yang masuk di Kendari.
Presiden menyatakan akan terus memantau kondisi yang ada, Jokowi menegaskan kebijakan lockdown tidak menjadi pilihan. Ia mengatakan yang paling penting saat ini ialah mencegah penyebaran virus dengan mengurangi mobilitas masyarakat. Ia pun menginstruksikan pemda dalam mengeluarkan kebijakan harus dibahas dengan pemerintah pusat. Hal ini disampaikan ketika konfrensi pers hari Senin 16 Maret 2020.
Indonesia menjadi negara pertama dengan prosentase penyebaran virus covid-19 tercepat, sungguh menakjubkan bukan?Dilansir dari CNN ada 369 positif covid-19, 17 orang sembuh dan 32 meninggal. Melihat perkembangan yang ada, seharusnya ketika ada negara yang sudah terjangkit, pemerintah harus bisa menetapkan ini sebagai bencana Nasional dan bukan bersikap tenang-tenang saja bahkan ada beberapa statemen menteri yang menunjukkan kasus ini adalah lelucon. Orang Indonesia tidak akan terkena virus karena makan nasi kucing, begitulah statemen yang digaungkan. Miris bukan, hanya dua pekan terakhir kabar korban sudah mencapai 100 lebih dan mungkin masih banyak lagi yang belum dilaporkan. Sebaiknya kita sebagai manusia harus berikhtiyar penuh dengan adanya kasus ini dan tidak bersikap sombong bahkan menyepelekan kasus yang mematikan ini. Lebih miris lagi pemerintah masih membuka pintu untuk WNA (Warga Negara Asing) yang sejatinya mereka adalah sumber dari virus covid-19.
Beginilah kepimpinan dalam naungan sistem kapitalis, ketika rakyat resah dengan virus covid-19, pemerintah hanya memikirkan ladang pemasukan misalnya dari segi pariwisata dan yang lainnya. Ketika rakyat membutuhkan antiseptik dan masker sebagai kebutuhan pokok tenaga medis dan rakyat negara tidak bisa menyediakan secara cuma-cuma, katika masyarakat butuh adanya pemeriksaan untuk virus covid-19 negara tidak memberikan fasilitas gratis. Miris sungguh sangat miris rakyat bagaikan anak ayam kehilangan induknya. Berbeda dengan kepemimpinan Islam, sungguh luar biasa beliau-beliau yang mengemban amanah sebagai pemimpin. Umar bin Khattab, baliau adalah pemimpin yang keras tapi lembut hatinya tiap malam beliau sidak untuk melihat kondisi rakyatnya, sampai pada suatu ketika beliau mendapati ada rakyatnya yang miskin beliau sendiri yang membawakan gandum dari baitul mal. Umar bin Abdul aziz pada masa kepimpinan beliau tidak ada satu pun rakyatnya yang mau menerima zakat dan berkata ketika ada jalan yang berlubang dan ada keledai yang terperosok karena kepeminpinanku maka akan menjadi tanggung jawabku.
Begitulah sejatinya seorang pemimpin selalu bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada rakyatnya, menjadikan setiap waktu hanya untuk memikirkan rakyatnya. Tapi sekarang kita kehilangan kepemimpinan yang sejati, kepemimpinan yang seharusnya bisa mengayomi rakyat. Semoga kita sebagai rakyat akan menemukan kepemimpinan sejati di bawah panji Rosulullah, kepemimpinan yang berdasar pada akidah yang benar, kepemimpinan yang menjadikan dunia rahmatan lil alamin.
Posting Komentar