MENCARI SOLUSI KRISIS MULTIDIMENSI
Oleh : Zahida Arrosyida (Revowriter Kota Malang)
Kapitalisme yang melingkupi banyak negeri di dunia telah mempertontonkan berbagai tragedi kemanusiaan yang sungguh mengusik naluri dan akal sehat. Dalam genggaman kapitalisme manusia merana, dunia gelap tanpa cahaya. Manusia menyembah berhala moderen. Mereka hidup tanpa moral layaknya binatang ternak. Darah dengan mudah tertumpah. Harta dirampas sekelompok pemodal. Kemiskinan merajalela. Hukum dan keadilan raib pada rakyat jelata. Selaksa persoalan itu menumpuk tanpa pernah terselesaikan. Kenyataan ini terjadi karena hukum-hukum Allah SWT disingkirkan dari kehidupan.
Allah berfirman dalam QS Ar Ruum ayat 41 :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
(Ar Ruum: 41).
Muhammad Ali Ashabuni dalam kitab _Shafwatu al-Tafasir_ menyatakan bahwa yang dimaksud dengan _bi maa kasabat aydinnaas_ dalam ayat ini adalah "oleh karena kemaksiatan-kemaksiatan dan dosa-dosa yang dilakukan manusia "(bi sababi ma'ashi al-anaas wa dzunu bihim)". Dan maksiat adalah setiap bentuk pelanggaran terhadap hukum Allah, yakni melakukan apa yang dilarang dan meninggalkan apa yang diwajibkan Allah.
Tak sulit bagi kita untuk menyaksikan berbagai penyimpangan perilaku manusia dan kerusakan yang terjadi hari ini. Bahkan tak jauh dari lingkungan keluarga dan masyarakat yang bisa kita saksikan sehari-hari. Sesungguhnya semua hal itu sudah memenuhi kriteria kerusakan yang besar (fasad kabiir). Namun ada kenyataan yang mesti kita renungkan. Betapa mudahnya kita melihat penyimpangan,namun terasa sulit saat ini bagi mayoritas kita untuk merasakan dan mengakui bahwa semua ini adalah kerusakan nyata yang teramat parah sebagaimana Allah SWT menggambarkan dalam ayat di atas.
Sulitnya merasakan kerusakan besar ini boleh jadi karena penyimpangan tersebut kerapkali terjadi sehingga menjadi sesuatu yang biasa. Ini akibat dari tidak segeranya penyimpangan tersebut mendapat penyelesaian yang tuntas. Padahal kerusakan demi kerusakan itu sejatinya menjadi pembelajaran agar manusia kembali ke jalan yang lurus. Benarlah firman Allah SWT dalam Alqur'an surat Thaha ayat 124 :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."
Betapa tidaklah sempit dan menyesakkan dada bila kita urai satu persatu penyimpangan itu. Islam memerintahkan agar perempuan menutup aurat dan laki-laki menjaga pandangan,lihatlah saat aturan ini tidak dijalankan. Banyak kriminalitas seksual yang terjadi. Saat aturan hubungan laki-laki dan perempuan di lingkup publik diarahkan Islam untuk bermuamalah dan bekerjasama dilanggar, diganti dengan pandangan naluri seksual (pemikiran barat),tidak sedikit rumah tangga menjadi retak bahkan berujung perceraian.
Belum lagi pengaruh media massa dan media sosial yang terus merangsang naluri seks, semuanya dalam genggaman tangan hingga masuk di tengah jantung keluarga kita.
Kita juga menyaksikan dampak dari tidak diterapkan hukum ekonomi Islam. Kemiskinan yang diakibatkan oleh distribusi yang tidak adil,membuat sempit kehidupan masyarakat. Sistem ekonomi kapitalis yang tengah dianut umat saat ini membawa tatanan kehidupan yang teramat luas. Sebut saja bagaimana suami istri harus bertengkar karena masalah kekurangan pemenuhan kebutuhan hidup. Ibu yang harus berkorban perasaan berangkat keluar negeri meninggalkan keluarga yang dicintai. Siapa yang menjadi korban? Tentu anak-anak mereka. Tak hanya itu karena lilitan hutang yang tidak kunjung terurai banyak orang yang mengakhiri hidup dengan minum racun,gantung diri dan sebagainya.
Bagaimana dengan sepak terjang para pejabat dan politikus negeri ini? Sudah cukup banyak media yang secara objektif membuka mata masyarakat akan perilaku mereka. Sudah sangat banyak rakyat yang menanggung derita akibat menjadi korban kedzaliman mereka.
Apa kabar pendidikan kita? Tragedi dunia pendidikan moderen dewasa ini merupakan bukti kenyataan sistem yang tidak mampu memberikan manfaat kesejahteraan bagi hidup umat. Pendidikan sekuler telah memberikan pengetahuan dan ilmu tapi gagal dalam membentuk kepribadian Islam siswa dan kader-kader yang dibutuhkan umat. Pendidikan telah mencetak mereka menjadi manusia yang sekuler dan apolitis.
Ilmu yang dimiliki digunakan untuk melakukan "kejahatan intelektual" bukan lagi agar memberikan kontribusi bagi kebangkitan & kejayaan umat.
Inilah sekelumit fakta dan persoalan yang kita jumpai sehari-hari. Hidup hari ini semakin hari semakin membuat fitrah &akal sehat kita terusik. Ada apa dengan kehidupan. Mengapa semakin banyak kejahatan, mengapa kejujuran begitu mahal,mengapa keadilan sulit dicari, mengapa ketulusan tidak ditemukan, depresi sosial terjadi, kedzaliman merajalela dll. Pertanyaan ini sudah dijawab oleh Alqur'an pada surat Ar-Ruum ayat 41 dan Thaha 124.
Akar masalahnya adalah karena kita saat ini tidak berhukum pada Syariat Allah,kita telah meninggalkan Syariat Allah dalam semua aspek kehidupan. Kapitalisme, sekulerisme dan demokrasi telah menyingkirkan hak prerogatif Allah untuk di mengatur manusia, mahkluk yang telah diciptakan-Nya. Demokrasi menjadi berhala baru yang diagung-agungkan. Standar kebenaran, baik-buruk,terpuji-tercela bukan lagi syariat Allah. Demokrasi telah merubah mindset manusia bahwa kebenaran ada pada suara mayoritas, yang berhak membuat hukum adalah manusia, dan suara rakyat adalah suara Tuhan.
Kapitalisme, sekulerisme demokrasi telah menjauhkan manusia dari fitrah & memandulkan akal manusia. Menghasilkan berbagai kerusakan, kedzaliman, dan menggerus nilai-nilai kemanusiaan. Masihkah kita betah dengan kehidupan seperti ini?
Masihkan kita berdiam diri terhadap kemungkaran terbesar ini? Masihkah kita ragu dengan seruan Allah untuk berhukum pada Syariat-Nya?
Islam adalah agama fitrah. Ajaran Islam telah mengembalikan manusia pada fitrah penciptaan, hidup untuk beribadah&menyembah kepada Sang Maha Pencipta, Allah Tuhan semesta alam. Kembali pada Syariat-Nya, kembali pada hukum Allah dibawah naungan Khilafah Islamiyah. Ya Khilafah..karena hanya dengan Khilafah lah semua hukum Islam akan terterapkan secara sempurna, tidak dalam wadah sistem kapitalis sekuler.
Inilah kehidupan yang akan membawa kebaikan di dunia maupun di akhirat kelak. Insyaallah.
Posting Komentar