Bercanda Tapi Bohong, Bolehkah?
Oleh : Aya Ummu Najwa (Ibu Rumah Tangga dengan dua putri, penulis lepas artikel-artikel Islami, pemerhati dan peduli terhadap perkembangan generasi Islam)
Penamabda.com - Memasuki bulan April ini, di media sosial hingga kehidupan nyata banyak dijumpai candaan-candaan yang membuat kaget hingga takut, yang dilakukan oleh teman, keluarga, bahkan artis dan public figur. Candaan di awal bulan April inilah yang disebut dengan April Mop.
Pada dasarnya April Mop adalah hari di mana seseorang diizinkan untuk berbohong dan tidak akan disalahkan pada hari itu, walaupun mungkin itu menyakiti orang lain. Budaya yang berasal dari negara-negara kafir namun kemudian meluas dan dilakukan di seluruh dunia, bahkan kaum muslimin pun dengan membabi buta mengikuti dan merayakannya. Sungguh sangat disayangkan.
Dalam Islam, berbohong adalah hal yang sangat besar di hadapan Allah.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ.
كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (Surat Ash-Shaf, Ayat 2-3)
Sungguh, berbohong walaupun untuk bercanda dan bergurau tetap merupakan dosa besar.
Dari Mu'awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu'anhu, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam:
ويلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ بالحدِيثِ لِيُضْحِكَ بِهِالقوْمَ فيَكَذِبُ ويلٌ لَهُ ويلٌ لَهُ
"Celakalah bagi orang yang berkata-kata, dan untuk membuat orang-orang tertawa ia membuat kedustaan. Celaka baginya, celaka baginya" (HR. Abu Daud no. 4990, Tirmidzi no. 2315, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa berbohong dalam bercanda dapat menimbulkan permusuhan atau salah paham di antara manusia. Syariat ini dalam rangka untuk menuntup jalan ke arah yang lebih buruk, jadi meskipun tidak menyebabkan langsung, tetapi bisa jadi menjadi penyebab permusuhan dan salah paham di kemudian hari. Beliau berkata,
وقد قال ابن مسعود : ” إن الكذب لا يصلح في جَدٍّ ، ولا هزل ” … .
وأما إن كان في ذلك ما فيه عدوان على المسلمين ، وضرر في الدين : فهو أشد تحريماً من ذلك ، وعلى كل حال : ففاعل ذلك – أي : مضحك القوم بالكذب – مستحق للعقوبة الشرعية التي تردعه عن ذلك .
“Ibnu Ma’sud berkata, ‘Berbohong itu tidak layak baik dalam keadaan serius maupun bercanda’. Apabila dalam candaan menimbulkan permusuhan di antara manusia dan menimbulkan madharat dalam agama, maka lebih diharamkan lagi. Pelakunya berhak mendapatkan hukuman yang bisa membuat jera.” (Majmu’ Al-Fatawa 32/256]
Bercanda hukumnya boleh, namun tetap tidak boleh melanggar hak dan menyakiti saudaranya, apalagi sampai dengan cara berbohong.
Allah sangat membenci orang-orang yang mengatakan sesuatu tanpa bukti, yang mengatakan mengerjakan sesuatu hal padahal dia tidak melakukannya. Lalu bagaimanakah kesudahan orang-orang yang dibenci Allah? Sedang dia hanya mengikuti kebiasaan orang-orang kafir tanpa ilmu, tentu ia hanya akan menjadi orang-orang yang merugi.
Seorang sahabat Nabi, Abdullah bin Amir رضي الله عنه bercerita:
دَعَتْنِي أُمِّي يَوْمًا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ فِي بَيْتِنَا فَقَالَتْ هَا تَعَالَ أُعْطِيكَ فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا أَرَدْتِ أَنْ تُعْطِيهِ قَالَتْ أُعْطِيهِ تَمْرًا فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا إِنَّكِ لَوْ لَمْ تُعْطِهِ شَيْئًا كُتِبَتْ عَلَيْكِ كِذْبَةٌ
"Suatu hari ibuku memanggilku, sementara Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ duduk di dalam rumah kami. Ibuku berkata, “Hai kemarilah, aku akan memberimu sesuatu.” Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pun bertanya kepada ibuku, “Apa yang akan engkau berikan kepadanya?” Ibuku menjawab, “Aku akan memberinya kurma.” Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pun bersabda kepada ibuku, “Ketahuilah, jika engkau tidak jadi memberikan sesuatu kepadanya, maka itu akan dicatat atasmu sebagai kebohongan.” (HR. Abu Daud no. 4339 Maktabah Syamilah)
Berkata Imam Abu Thayyib Muhammad Syamsul Haq:
وَفِي الْحَدِيث أَنَّ مَا يَتَفَوَّه بِهِ النَّاس لِلْأَطْفَالِ عِنْد الْبُكَاء مَثَلًا بِكَلِمَاتٍ هَزْلًا أَوْ كَذِبًا بِإِعْطَاءِ شَيْء أَوْ بِتَخْوِيفٍ مِنْ شَيْء حَرَام دَاخِل فِي الْكَذِب
"Dalam hadits ini terdapat penjelasan bahwa apa yang diucapkan oleh orang-orang dengan bergurau atau bohong kepada anak-anak tatkala menangis, misalnya akan memberi sesuatu atau menakut-nakuti dari sesuatu (padahal tidak ada) adalah haram dan termasuk dusta. " (Aunulma'bud juz 11 hal. 27 Maktabah Syamilah
Sayangnya hari ini, berbohong seakan menjadi sesuatu hal yang lumrah. Yang tidak hanya dilakukan orang tua untuk menenangkan anaknya ketika rewel. Ketika musim kampanye tiba, para caleg sibuk dan seolah berlomba untuk membuat janji yang dapat memenangkan hati umat, begitu menggiurkan dan melenakan, berbohong ibarat madu yang begitu manis dan lezat, sehingga seolah menyehatkan, padahal ketika kampanye selesai dan para caleg sudah mendapatkan kekuasaan, mereka seakan lupa dan amnesia tentang janji-janji yang pernah mereka ucapkan, mereka tak peduli dengan penderitaan umat, mereka sibuk mengembalikan modal dan mengamankan posisi mereka, dan pada akhirnya mereka dikenal dengan pemimpin pendusta. Namun harus diingat, sejarah para penguasa yang selama berkuasa banyak menjalankan korupsi, menyakiti rakyatnya dan banyak menindas umat, mendustakan janji-janji, mereka akhirnya harus berpisah dengan kekuasaan dalam kondisi yang sangat hina lagi mengenaskan. Naudzubillah
Wallahu a'lam
Posting Komentar