HAKIKAT BELAJAR
Oleh : Ummu Ridwan (Guru Mts Darul Hikmah)
Menyoal sekolah menurut literatur berasal dari bahasa latin skhole, ccola, scoalae atau skhola yang artinya waktu luang atau waktu senggang. Jadi sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak, di tengah-tengah kegiatan utama mereka yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan diisi dengan mempelajari cara berhitung, membaca huruf dan mengenal tentang moral (Budi pekerti).
Sebelum ada sekolah zaman dulu anak-anak cenderung berkegiatan sama dengan orang tuanya. Anak petani sehari- hari ikut bertani. Anak nelayan ikut melaut. Anak pedagang ikut jualan. Anak guru rajin membaca. Anak perajin membuat kerajinan.
Kondisi berubah sejak revolusi industri abad 19. Menurut pakar pendidikan Neil Postman, ilmu pengetahuan yang dulu sulit dijangkau, kian terbuka dengan dicetaknya buku- buku dan bertebaran tulisan. Mulailah didirikan sekolah umum di Eropa untuk transfer ilmu. Di revolusi industri mendorong masyarakat untuk bekerja di pabrik atau kantoran. Di pertokoan, di Indomaret bisa di mall seperti bekerja di KDS bahkan di TJM.
Tidak lagi menekuni profesi seperti orang tuanya. Industri membutuhkan tenaga kerja dengan skill tertentu, yang kemudian didesain secara politis dan struktural lewat sekolah.
Hingga tujuan belajar menyempit sekolah hanya meluluskan pekerja. Lebih memenuhi kebutuhan industri. Orang sekolah demi mengejar ijazah bukan ilmu.Apalagi memupuk kepribadian secara luas.
Di tahun 2009 an sekolah berbasis kompetensi. Di tahun 2013 penerapan pendidikan berbasis karakter yang sampai sekarang tidak jelas karakter apa yang mau dibentuk.
Kini sudah berganti lagi sistim belajar Daring dari jaringan internet atau belajar online. Ini juga membingungkan dalam sehari anak ditugasi beberapa mata pelajaran dan itu sudah berlangsung tiga Minggu. Betapa bosannya anak-anak belajar seperti itu rasanya tidak betah dikurung di rumah tanpa ada variasi bermain.
Sudah agak merasakan senang akan masuk sekolah ternyata ditambah lagi belajar di rumah selama dua Minggu lagi. Kalau saya senang saja bisa mengerjakan berbagai pekerjaan di rumah dengan leluasa. Tidak senangnya hp jadi penuh jawaban anak-anak itu masih satu mata pelajaran. Belum bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika, IPS, fikih, bahasa Arab, bahasa Jawa, seni budaya, PKN dan Al-Qur'an hadits wah bisa hang itu hp nya.
Sejarah Islam belajar tidak menitik beratkan pada sekolah. Menitik beratkan pada filosofi belajar mencari ilmu. Islam mendorong setiap individu untuk berilmu, belajar, dan mengajar.
Konsep pendidikan dalam Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian Islam. Penguasaan terhadap ilmu, tsaqofah, sains dan technologi terjadi karena pemahaman, kemauan dan minat sang pelajar.
Belajar bukan sekedar demi ijazah atau nilai-nilai di atas kertas semata. Yang terkadang tidak tidak dibarengi oleh pemahaman dan penguasaan yang mumpuni. Apalagi model sekolah seperti saat ini lebih bersifat transfer ilmu dibanding taqliyan fikriyan.
Tentu saja di zaman Rasulullah pun tidak ada sekolah. Orang bisa mendapat ilmu dari mana saja. Ilmu yang utama yaitu ilmu Islam. Belajar- mengajar yang utama adalah dakwah. Adapun ilmu-ilmu kehidupan, didapat anak-anak di rumah dan lingkungan tempatnya berinteraksi.
Di masa Khalifah Umar bin Khattab, ia mengangkat guru-guru untuk bertugas memajukan isi Al-Qur'an dan mengajarkan Islam kepada penduduk yang baru masuk Islam. Umar juga memerintahkan panglima untuk membangun masjid-masjid sebagai tempat ibadah sekaligus pusat belajar. Tidak seperti saat ini belajar di masjid- masjid di persulit.
Umat Islam diajarkan cinta masjid. Masjid merupakan pusat ibadah dan belajar. Di masjidlah para ulama didatangi para pencari ilmu, dimintai nasihat, pemahaman dan kebijaksanaan.
Mereka berbondong-bondong mendatangi masjid untuk halaqoh. Menyimak dan mendiskusikan berbagai hal untuk menyerap ilmu. Cikal bakal berdirinya universitas- universitas Islam saat inipun berawal dari masjid. Universitas Al-Qarawiyun di Maroko sebagai Universitas tertua di dunia.
Akan ada nanti lahir generasi Al-Maidah 54 yang mencintai Allah dan Allah juga mencintainya, bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman dan bersikap keras terhadap orang kafir.
Wallahua'lam bisshawab.
Posting Komentar