Rinduku di Sanlat Ramadhan
Oleh: Desi Wulan Sari
(Revowriter Bogor)
Penamabda.com - Salah satu momen yang dirindukan di bulan Ramadhan adalah sanlat. Sanlat adalah program pesantren kilat biasanya marak digelar selama Bulan Ramadhan, utamanya di Indonesia. Pesantren kilat atau yang biasa disingkat sanlat ini merupakan kegiatan pesantren yang diadakan dalam kurun waktu yang singkat.
Terlebih sanlat ini sangat di rindukan oleh anak-anak. Berbagai macam agenda program di berikan. Karena sistemnya yang fun learning membuat puasa yang mereka jalani jadi lebih menyenangkan.
Teringat sanlat yang dijalani ananda dan sahabat-sahabatnya ketika duduk di bangku sekolah dasar (SD) kelas 6, menjelang kelulusan sekolah, mereka merencanakan acara bersama. Maklum saja sudah bersahabat sejak kelas 2 SD. MasyaAllah.
Mereka adalah Zahran, Althofa dan Faiz Haitsam. Akhirnya mereka memutuskan ikut program sanlat DT ( Darut Tauhid) Bandung sebagai tujuan pembelajaran mereka. Segala persiapan mereka urus dengan bantuan para manajer Rumah Tangga masing-masing. Para Ibunda tercinta.
Kompak mereka di syukuri, seiring dengan kompaknya kami sebagai orang tua. Alhasil kami mengantar mujahid kami menuju Bandung. Melihat semangat mereka menuntut ilmu membuat kami merasa sangat bersyukur karena memiliki penjaga agama dan orang tua yang senantisa mau belajar dengan ilmu demi dirinya dan masa depan.
Sanlat penuh dengan jadwal harian dimulai pukul 03.00 dini hari untuk sholat tahajud, tadarus, dilanjutkan dengan aktifitas olah raga kecil, permainan, tadarus lagi, sholat berjamaah, bersosialisasi dengan teman baru dan kegiatan diakhiri pukul 21.00 malam. Kegiatan kedisiplinan terus dilakukan selama masa sanlat tujuh hari lamanya.
Sekolah Dasar di mana mereka menunutut ilmu memiliki moto "Sekolah Para Juara" membuat Zahran, Althofa dan Faiz memiliki mental yang kuat. Mereka terbiasa dan di latih dengan kesederhanaan, seperti naik angkot, jalan kaki dengan jarak yang jauh, tidur dengan alas tipis, makan bersama dalam satu nampan, tim building, dan lain sebagainya.
Sehingga sanlat kali inipun mereka jalani dengan perasaan enjoy. Tak ada keluhan ataupun permintaan untuk bisa segera pulang ke rumah yang mereka rindukan dengan segala kenyamanannya. Karena saat datang waktunya komunikasi melepas kangen orang tua, di telpon mereka cerita bahwa ada beberapa peserta yang menangis ataupun ingin dijemput pulang karena merasa tidak bisa berpisah lama dengan orang tuanya.
Itulah sanlat Ramadhan yang dirindukan. Betapa Islam memberikan kenyamanan dan kekuatan terhadap agama dan aturan syariat yang ada. Bahkan bagi anak-anak sekalipun. Ketika mereka mendapatkan ilmu agama yang benar, yang dirasakan adalah ilmu agama merupakan satu kebutuhan bagi mereka.
Dalam hadistpun dijelaskan tentang keutamaan menuntut ilmu. Terutama ilmu-ilmu yang membuat kita semakin ingat dan syukur kepada Allah. Seperti dalam sabda Rasulullah SAW berikut,
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًايَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا,سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ . رَوَاهُ مُسْلِم
"Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)
Pesan penting untuk pemuda-pemudaku Zahran, Althofa dan Faiz, bahwa seorang pemuda muslim dambaan umat haruslah cerdas, cemerlang bagaikan pemuda Mush’ab bin Umair, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan yang lainnya.
Mereka memiliki karakteristik pemuda yang didambakan yaitu,
Pertama, pemuda yang selalu menyeru kepada yang haq (kebenaran).
Kedua, mereka mencintai Allah dan Allah pun mencintai mereka.
Ketiga, mereka saling melindungi dan saling mengingatkan satu sama lain serta taat menjalankan ajaran agama.
Keempat, mereka adalah pemuda yang memenuhi janjinya kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Allah berfirman, ”(Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.” (QS Ar-Ra’d [13]: 20).
Kelima, mereka tidak ragu-ragu dalam berkorban dengan jiwa dan harta mereka untuk kepentingan Islam. ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS Al-Hujurat [49]: 15).
Keenam, pemuda yang (tumbuh) selalu beribadah kepada Allah dan hatinya senantiasa terpaut dengan masjid.
Namun yang disayangkan ketika sistem kufur kapitalis, sekuleris dan liberalis yang kita jalani saat ini, membuat ilmu agama bukanlah suatu hal yang penting. Agama harus dipisahkan dari kehidupan, maka kebutuhan akan pengokohan kepribadian Islam harus dicari oleh umat muslim itu sendiri.
Padahal Islam di masa Daulah, para khalifah menyediakan fasilitas pendidikan baik formal, informal, umum ataupun khusus (agama) bagi seluruh umat. Tidak ada kategori pemisahan pendidikan di dalamnya. Sejatinya kebutuhan pendidikan adalah tanggung hawab negara seutuhnya. Dan hal tersebut pernah terwujud ketika khilafah mengarur segala kebutuhan rakyat dengan aturan syariatnya. pendidikan Islam pada masa Kejayaannya, dimulai pada masa Khalifah Abbul Abbas Al Syoffah, yang pemerintahannya berlangsung selama lima abad yakni antara tahun 750-1258 M. Pada masa itu sistem pendidikan sangat maju. Karena para pemuda sangat bersemangat dalam menuntut ilmu.
Maka semestinya saat ini negaralah yang harus memberikan fasilitas pendidikan secara menyeluruh. Baik pendidikan yang bersifat umum maupun khusus (agama) tanpa dibarengi dengan biaya yang super mahal dalam penyelenggaraan pendidikan.
Sepertinya mujahid pendidikan kami Zahran, Althofa dan Faiz harus lebih giat lagi dalam menuntut ilmu. Khususnya ilmu agama yang akan menjadi bekal dunia dan akhirat kelak. Karena kepribadian yang kuat adalah kegemilangan Islam di masa yang akan datang.
Jika hari ini usia kalian sudah nenginjak dewasa, 17 tahun sudah, maka tanggung jawab agama dan kemaslahatan umat sudah ada di pundak-pundak kalian. Walau sanlat Ramadhan tetap kalian rindukan. Sambutlah Ramadhan dengan hati dan wajah yang penuh cahaya kebahagiaan.
Wallahu a'lam bishawab.
Posting Komentar