Timur Tengah Panas, Virus Corona Buas, Rupiah Lemas, Dinar Dirham Solusi Tuntas
Oleh : Arifah Azkia N.H (Mahasiswi STIS SBI Surabaya Prodi Ekonomi Syariah)
Penamabda.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan pasar spot hari ini, masih bergerak dekat level Rp 15.400/US$. Faktor domestik dan eksternal menjadi beban bagi gerak mata uang Tanah Air.
Jumat (24/4/2020), US$ 1 dibanderol Rp 15.450/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 0,65% dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin. (Kompas.com)
Sementara dari sisi internal terdapat perseteruan kuat antara Timur Tengah dan Amerika Serikat. Para investor kini mencemaskan kondisi geopolitik di Timur Tengah. Presiden AS Donald Trump lagi-lagi melancarkan provokasi kepada musuh bebuyutannya, Iran.
"Saya telah menginstruksikan kepada Angkatan Laut AS untuk menenggelamkan dan menghancurkan semua kapal perang Iran jika mereka mengganggu kapal kami di laut," cuit Trump di Twitter.
Iran pun balik mengancam. Teheran menegaskan jika ada kapal AS yang macam-macam di Timur Tengah, maka akan dihancurkan.
"Saya sudah menginstruksikan kepada Angkatan Laut untuk menghancurkan seluruh pasukan teroris AS di Teluk Persia yang mengancam keamanan Iran. Keamanan di Teluk Persia adalah prioritas strategis Iran," tegas Mayor Jenderal Hossein Salami, seperti dikutip dari Reuters.
Meningkatnya tensi di Timur Tengah menambah beban pikiran investor yang sudah berat gara-gara pandemi virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-19). Dampak ekonomi dari virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini semakin lama semakin parah.
Pada pekan yang berakhir 18 April, Kementerian Ketenagakerjaan AS mencatat jumlah klaim tunjangan pengangguran adalah 4,43 juta. Turun dibandingkan pekan sebelumnya yang mencapai 5,24 juta.
Dalam kondisi yang ada saat ini nampak bahwa kapitalisme dengan mata uangnya masing-masing akan terutama pada tataran Ekonomi seakan menggali lubang kuburnya sendiri, dan lubang itu semakin dalam sehingga akan sulit untuk keluar lagi.
Dengan banyaknya tekanan internal dan eksternal yang terjadi, rupiah menjadi sulit menguat. Jadi tidak heran kalau rupiah sepertinya bakal betah di zona merah dan tetap stagnan.
Demikian pula nilai mata uang negara Adidaya yang juga mengalami penurunan, dikutip dari data perdagangan Reuters, penurunan pada akhir tahun 2019. Hingga pukul 10.00 WIB, dolar AS tercatat bergerak di level Rp 14.070-14.075. Pergerakan dolar AS tercatat lebih rendah dibandingkan posisi penutupan perdagangan di pertengahan bulan November 2019.
Melihat kondisi mata uang era kapitalisme ini membuat kita terdasar bahwa mata uang yang senantiasa stabil adalah yang pernah di terapkan dan dijalankan sebagai nilai tukar perekonomian pada masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin. Dinar dan Dirham juga tercatat sebagai mata uang terbaik.
Nilai dari dinar dan dirham selalu naik dari waktu ke waktu. Secara praktis dalam kehidupan sehari-hari dinar dan dirham memberikan keuntungan karena bebas inflasi. Dalam semua mata uang kertas, kurs dinar emas dan dirham perak naik dari tahun ke tahun.
Adapun Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Akan datang suatu masa pada umat manusia, pada masa itu tidak ada yang bermanfaat kecuali dinar (uang emas) dan dirham (uang perak)” (HR Imam Ahmad)
Dinar emas dan dirham perak merupakan alat tukar paling stabil. Sejak awal sejarah Islam sampai saat ini, nilai mata uang bimetal ini secara mengejutkan sangat stabil. Untuk standardisasi berat dinar emas dan dirham perak mengikuti hadis Rasulullah SAW : “Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah.”(HR Abu Daud)
Seperti dijelaskan di awal, Islam menekankan dinar emas dan dirham perak pada berat kadarnya bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk. Pemikiran kembali kepada dinar dan dirham , merupakan sesuatu yang tidak mustahil. Hal ini mengingat saat ini pun posisi dolar terhadap euro kian memperlihatkan betapa dolar AS yang selama ini kokoh mulai kehilangan mahkotanya.
Maka pengadaan mata uang dinar dirham juga tidak akan lepas dari sistem aturannya yang menggunakan sistem Islam dan akan menggantikan sistem kapitalis yang saat ini semakin terlihat porak poranda dari segala aspek dan terbukti tidak bisa menyelesaikan problematika dari segala lini.
Wallahu a'lam bissowab
Posting Komentar