Konser Solidaritas Kemanusiaan Pengundang Solusi atau Azab?
Oleh: Rut Sri Wahyuningsih (Muslimah Penulis Sidoarjo)
Penamabda.com - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) akan menggelar konser solidaritas kemanusiaan bertajuk "Bersatu Melawan Korona," pada Minggu (17/05/2020) pada pukul 19.30- 21.30 WIB. Konser hasil kerja sama BPIP dengan MPR RI, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Indika Foundation, dan GSI Lab.
Kegiatan yang dimeriahkan artis-artis ternama seperti, Judika, Rossa, dan Via Vallen ini akan disiarkan secara langsung di berbagai saluran televisi serta bisa dinikmati melalui siaran live streaming .
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo mengatakan, konser ini akan dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi), Wakil Presiden KH Ma'aruf Amin, Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri, Ketua MPR Bambang Soesatyo, dan Kepala Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo "Konser ini merupakan gerakan bersama sebagai wujud nyata kita dalam mengatasi virus corona dengan segala dampaknya," demikian kata Benny.
Beni juga mengatakan bahwa sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam Pancasila menjadi titik temu dalam mengatasi segala kesulitan ( visimuslim, 16/5/2020).
Pertanyaannya, setelah sekian lama pandemi ini menghajar rakyat Indonesia dari berbagai aspek kehidupan, mengapa BPIP baru bergerak hari ini? Itupun berupa konser, dimana korelasinya dengan penanganan Covid-19?
Dengan entengnya pula menyebutkan kegiatan ini berlandaskan sila ke-2 Pancasila, di mana letak keadilannya jika acara ini hanya menyajikan sebuah hura-hura dan campur baur yang tak terelakkan yang identik dengan peradaban barat? Bagaimana pula dengan 4 sila yang lainnya, mengapa harus dipisahkan jika Pancasila itu satu kesatuan? Misal, sila ke-1, Ridhakah Allah SWT dengan konser ini?
Bukankah pandemi ini juga berawal dari tingkah pola manusia yang melanggar ketentuan Allah SWT, yaitu mengabaikan pola makan berdasarkan halalan toyyibah, hingga virus yang sejatinya ada pada hewan kelelawar berpindah kepada manusia? Seketika pelanggaran berubah jadi wabah yang memporak-porandakan dunia, kita dengan pongah hendak mengundang azab lagi yang lebih dahsyat?
Rakyat butuh tindakan nyata, mereka lapar nyawa mereka terancam setiap saat dengan pandemi yang mulai menunjukkan pola OTG ( Orang Tanpa Gejala), berikut langkanya rasa aman yang semakin hari semakin langka dengan banyaknya tindakan kriminal. Depresi semakin meningkat , sebab terjadi krisis multidimensi dan tanpa solusi hakiki. Orang stress terjadi dimana-mana mengapa mereka yakin bisa diselesaikan dengan konser?
Inilah solusi bak menegakkan benang basah yang tak mungkin sampai kepada penyelesaian yang sebenarnya, mereka hanya bersenang-senang tanpa melihat pada fakta persoalan yang sebenarnya. Bukti nyata, mereka hanyalah penjaga Pancasila, sebab yang mereka jagapun tak mampu memberi solusi nyata. Sila mana yang berhubungan langsung dengan konser sebagai bentuk kepedulian nyata?
Penanganan pada Covid-19 dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang terkesan lambat , juga tidak terorganisir dengan baik, telah membuat pandemi ini tidak segera berakhir . PSBB yang dijalankanpun tak membawa hasil, sebab kebijakan berikutnya telah mementahkan kembali , seperti bolehnya moda transportasi umum beroperasi, mall kembali dibuka, demikian pula sekolah, namun siapakah yang bakal menjamin bahwa bumi ini tidak akan mengalami gelombang kedua dari inkubasi Covid-19?
Marilah mulai berpikir dengan akal sehat , mungkinkah dengan konser akan didapatkan penyelesaian? kalaulah penghasilan yang didapat dari hasil konser itu disumbangkan untuk pendanaan penanganan covid-19 bukankah lebih baik mereka mengumpulkan uang atau apapun yang mereka miliki secara langsung tanpa harus melanggar syariat?
jika mereka mengatasnamakan sebagai penjaga Pancasila tentu tidak hanya sila kedua yang harus mereka amalkan dalam menangani masalah Covif-19 ini, namun 4 pasal yang lainnya pun tidak bisa diabaikan terutama pasal pertama yang menyatakan Ketuhanan yang Maha Esa , mereka yang muslim pasti sangat paham apa makna dari ketuhanan yang maha esa itu.
Artinya tidak ada Tuhan selain Allah , maka sebetulnya mengambil solusi itu bukan dari benak manusia sebagai makluk, tapi kembali kepada fitrah yaitu mengambil hukum-hukum yang telah Allah turunkan berupa syariatNya. Adakah yang meragukan bukti nyata bahwa syariat itu berasal dari Allah dan sekaligus menjadi solusi bagi kaum beriman?
Tentu kita harus berhati-hati sebab bergesernya keimanan kita sedikit saja, telah menjadikan kita masuk ke dalam golongan kafir, yaitu orang-orang yang menolak kebenaran firman Allah SWT. Telah jelas pula bagaimana contoh Rasulullah sebagai suri teladan terbaik kita dalam mengatasi wabah pandemi ini.
Wallahu a' lam biashowab.
Posting Komentar