DERITA PEREMPUAN DAN ANAK, KAPAN BERAKHIR?
Oleh: Aya ummu Najwa
Penamabda.com - Fenomena penderitaan perempuan dan anak saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Di
berbagai negara di seluruh dunia terlebih di dunia Islam.
Kita lihat di Suriah, korban perang kebiadaban rezim Assad mencapai ratusan ribu nyawa termasuk perempuan dan anak-anak. Di Palestina, negara dengan konflik terlama sejak Zionis menduduki negara itu, sudah tak terhitung lagi korban dari kaum muslimin terutama perempuan dan anak-anak.
Bagaimana dengan Rohingya? Pembakaran desa, pemerkosaan sistematis, pembunuhan dan genosida, terjadi di sana dengan aktor utama penguasa Budhis. Rasa takut, kesedihan, kesengsaraan, dan trauma melanda kaum muslimin terutama anak-anak dan perempuan. Di Xinjiang China, etnis Uighur masih berada dalam kamp-kamp pemurtadan, siapa yang lebih menderita dari pada ibu yang dipisahkan dengan anak-anaknya.
Di Indonesia sendiri meskipun angka kematian ibu dan anak tidak sebesar di negara-negara tersebut, juga bukan karena genosida, tapi setidaknya masih banyak nasib perempuan dan anak-anak di Indonesia yang begitu memprihatinkan. Dari dieksploitasi, dilecehkan, dijadikan komoditi ekonomi maupun seksual, juga human trafficking.
Mengapa semua kepedihan ini terjadi, bukankah perempuan adalah pencetak generasi suatu bangsa? Bukankah anak -anak adalah bibit penerus cita-cita bangsa?
Sebagai pencetak generasi penerus bangsa seharusnya perempuan mendapatkan pelayanan dan jaminan yang baik dari negara, akses pendidikan bagi perempuan dipermudah, lapangan pekerjaan bagi laki-laki diperbanyak sehingga perempuan bisa fokus untuk menjalankan kewajibannya. Bukan malah disuruh keluar dari rumah-rumah mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagaimana yang terjadi hari ini.
Begitu juga dengan anak - anak sebagai generasi penerus tongkat estafet pembangunan, anak - anak seharusnya dijamin masa kanak-kanaknya, pendidikan dibuka selebar-lebarnya dengan biaya yang terjangkau, diberikan tayangan-tayangan mendidik, dikenalkan kepada hal-hal yang memacu kreativitasnya, bukan malah dijadikan komoditi dan bahan eksploitasi.
Kesengsaraan perempuan sejatinya tidak hanya di negara -negara ini saja, tapi hampir di
seluruh negara Muslim di seluruh dunia. Perempuan masih dianggap warga negara nomor dua. Di masa ketika barat berkoar-koar tentang hak asasi manusia, sejatinya inilah wajah asli mereka.
Sistem Kapitalis sekularisme yang diterapkanlah yang menjadi akar masalah perempuan dan anak-anak sekarang ini. Kepentingan negara-negara Barat di dunia Islam —yang notabene kaya akan sumber daya alam maupun sumber daya manusia— yang menjadi sumber kesengsaraan ini. Mereka telah mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia di negeri-negeri muslim dengan begitu rakus dan kejam. Yang tidak hanya melukai tapi membunuh calon-calon generasi pemimpin Islam.
Sesungguhnya dalam Islam, kaum perempuan sangat dimuliakan, mereka ditempatkan dalam kedudukan yang agung. Mereka mempunyai tugas yang mulia yaitu Ummun sebagai ibu pencetak generasi, pendidik utama,pengasuh anak-anak, pembina generasi, menyiapkan mereka untuk siap melanjutkan perjuangan dan memegang kepemimpinan masa depan, juga sebagai Robbatun bait yaitu pengurus rumahtangga suaminya, mengurus harta suaminya, dan membina keluarganya.
Sedang anak-anak adalah bibit penerus cita-cita. Pendidikan, pergaulan, ataupun pelayanan terhadap anak-anak semua bernuansa kasih sayang dan pendidikan Islam. Karena dalam Islam anak adalah amanah bukan aset ekonomi. Di tangan merekalah estafet perjuangan akan berpindah. Merekalah calon-calon pemimpin masa depan, maka bekal yang harus dipersiapkan pun adalah bekal yang terbaik, keluarga yang menerapkan Islam, pendidikan yang baik, lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembangnya, serta tontonan yang edukatif.
Untuk mengakhiri penderitaan perempuan dan anak, maka sistemlah yang harus dirombak dan diganti, dari sistem yang materialistis menuju sistem yang tangguh, yang melindungi dan mengayomi. Sistem pencetak generasi tangguh nan rabbani, sistem yang tidak menjadikan dunia sebagai tujuan yang membunuh keimanan dan kemanusiaan.
Sistem yang melindungi rakyatnya tak melihat laki-laki maupun perempuan, melindungi hak dan kewajibannya, sistem yang mengajak manusia untuk lebih bertaqwa. Sistem pencetak generasi tangguh. Sistem itu adalah sistem Islam, yang menerapkan syariah dalam bingkai Khilafah adalah solusi tepat bagi permasalahan ini. Sistem Islam akan melindungi dan mengayomi perempuan dan anak baik di Indonesia maupun di dunia.
Wallahu a'lam
Posting Komentar