Muliakan Orang Tua Kedua
Oleh: Shofiyyah Nur Shabrina (santri ponpes Aulia cendekia Palembang, Sumatra Selatan)
Penamabda.com - Mendapati seorang siswa yang bandel, tentulah sikap guru dianggap wajar jika ia harus menghukum murid yang nakal itu sebagai efek jera.
Bahkan, seorang guru yang tegas telah terbukti akan menghasilkan anak-anak didik yang mempunyai masa depan cerah nantinya. Namun jasa istimewa itu kadang terbalas dengan hal yang menyedihkan. Miris rasanya mendapati murid yang membentak gurunya karena tak terima dengan aturan yang dibuat guru. Meskipun aturan yang dibuat tak semena mena, melainkan untuk ketertiban dan kebaikan murid-murid yang dicintainya.
TRIBUNNEWS.COM mengabarkan, pada tanggal 28 Februari 2020, terdapat seorang murid yang dihukum oleh gurunya. Tentu saja guru memberi hukuman yang memberikan efek jera sesuai kemampuan murid tersebut.
Namun, beberapa orang tua murid justru tidak terima dengan hukuman yang diberikan guru kepada anaknya. Meskipun hukumannya terbilang layak dan memberikan efek jera.
Jika melihat perlakuan yang ditunjukkan oleh seorang murid kepada gurunya, tentu saja kita merasa terpukul. Contohnya seorang murid SMP yang membentak keras kepada gurunya. Padahal selama ini guru telah memberikan ilmu pengetahuan yang tulus. Dengan jasa yang tak terhingga itu, justru mendapat balasan durhaka dari seorang murid didikannya.
Tentu saja hal ini menimbulkan tanda tanya besar. Mengapa tega, murid yang dibelai, yang juga diajari membaca, menulis dan berbagai ilmu pengetahuan melakukan hal seperti itu?
Seperti diketahui, tentu ada di setiap sekolah guru yang bengis, kasar, dan seringkali mendapat julukan guru killer dari muridnya karena tidak menyukai guru tersebut. Namun guru juga mendapat julukan mulia sebagai orang tua kedua di sekolah. Karenanya harus tetap ada sikap menyayangi mereka layaknya orang tua di rumah.
Dalam keadaan pandemi saat ini, meskipun belajar secara daring pun, tidak lepas kewajiban untuk menghormati guru. Karena berkesan belajar dan mengajar, sekaligus menghormati yang lebih tua.
Lantas bagaimana kita memuliakan seorang guru?
Imam Al Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 431) sebagai berikut:
آداب المتعلم مع العالم: يبدؤه بالسلام ، ويقل بين يديه الكلام ، ويقوم له إذا قام ، ولا يقول له : قال فلان خلاف ما قلت ، ولا يسأل جليسه في مجلسه ، ولا يبتسم عند مخاطبته ، ولا يشير عليه بخلاف رأيه ، ولا يأخذ بثوبه إذا قام ، ولا يستفهمه عن مسألة في طريقه حتى يبلغ إلى منزله، ولا يكثر عليه عند ملله..”
Artinya, “Adab murid terhadap guru, yakni: mendahului beruluk salam, tidak banyak berbicara di depan guru, berdiri ketika guru berdiri, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda”, tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya ketika guru di dalam majelis, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah.”
Faktor lain yang menyebabkan anak tidak beradab kepada gurunya antara lain, kurangnya pendidikan dan perhatian dari orang tua kepada anak. Sehingga berdampak pada pergaulan anak. Anak dapat menjadi tidak sopan kepada orang yang lebih tua. Oleh karena itu, para orang tua perlu mendidik anak dengan ajaran Islam. Islam mengajarkan anak adab sopan santun. Walau bagaimanapun orang tua adalah guru pertama bagi anak anak nya.
Wallahu a'lam bisshowab
1 komentar