Rasisme dan Buruknya Wajah Demokrasi
Oleh: Nurhayati (Komunitas Setajam Pena)
Penamabda.com - Beberapa hari ini, dunia diramaikan dengan berita meninggalnya seorang warga kulit hitam Amerika karena ditindih lehernya oleh polisi kulit putih. Demonstrasi dalam rangka menentang rasialisme dan dihukumnya polisi Derek Chauvin terjadi di beberapa kota di banyak Negara Bagian Amerika. Hal ini menjadikan Amerika sebagai pusat berita kebrutalan kasus “Rasisme”. Negara yang melahirkan Sistem Demokrasi Kapitalis memperlihatkan kepada seluruh dunia, betapa buruknya wajah demokrasi.
Sejarah Rasisme
Sejarah rasime muncul di Amerika antara tahun 1500-1800, saat pendatang menduduki Amerika warga Afrika dibawa pedagang budak untuk dipekerjakan di lahan pertanian dan pertambangan. Seiring berdirinya Amerika Rasisme semakin meluas orang kulit hitam semakin sulit mendapatkan Hak-hak dasar mereka. Kedudukan tetap sebagai manusia kelas bawah, yaitu dianggap sebagai budak. Sebenarnya perjuangan membela hak kulit hitam meluas, tapi kenyataannya di tengah klaim luhurnya sebagai pembela HAM dan kehormatan manusia, Amerika sampai saat ini termasuk Negara yang diselimuti ancaman rasisme. Bahkan sejak Donald Trump menang pemilu kondisi ini semakin meningkat, disebabkan Trump mengeluarkan slogan-slogan keunggulan Ras Amerika.
Kapitalisme demokrasi merupakan sistem yang hanya memikirkan materi di saat melakukan perbuatan. Negara dikuasai hanya segelintir manusia, manusia yang mempunyai modal (kapital) untuk menguasai yang lain. Kebebasan yang hanya dimiliki oleh mereka, HAM hanya milik pengusaha dan penguasa. Dan menilai manusia yang lain sebagai sebuah barang (item). Wajarlah ia mempunyai pandangan begitu karena hidupnya dalam ke-sekuler-an. Tuhan ada tapi ia tidak boleh ikut campur di kehidupan dunia. Jadi dalam demokrasi tidak memandang bahwa seorang George Floyd adalah manusia yang punya hak atas hidup.
Demokrasi untuk Siapa?
Demokrasi di Amerika menunjukkan, kebebasan hanya boleh dimiliki dan dinikmati oleh kulit putih, yang lain hanya boleh memandang dari kejauhan saat pemodal menikmati kekuasaannya. Orang pinggiran hanya menjadi obyek penggembira di saat sang pemilik kekuasaan membutuhkan suara mereka. Jangan harap orang pingiran menikmati fasilitas yang dijanjikan demokrasi, mereka hanya diajak untuk memperjuangkan demokrasi agar tetap bertahan hidup. Tidak hanya individu bahkan Negara manapun diajak serta bersamanya. Sayangnya setelah ikut, mereka dicampakkan. Makanya jangan heran apabila seorang Floyd hanya dianggap seorang manusia beda kelas, dari kalangan bawah . Derek Chauvin, seorang polisi yang harusnya melindungi, mengayomi dan memberi pengarahan justru menjadi jalan hilangnya nyawa Floyd. Dalam dunia demokrasi, memanusiakan manusia dipakai sebagai topeng untuk menutupi keburukan wajahnya. Dan sekali lagi semua itu hanya menjadi sebuah item dalam sistem Demokrasi.
Sementara itu, di barat benua Amerika, saat ini kita juga melihat umat Islam di Palestina mengalami hal yang serupa dengan Floyd, warga Palestina hampir setiap hari mengalami penindasan selama bertahun-tahun. Tidak hanya orang dewasa yang diperlakukan seperti itu, tetapi anak-anak pun juga diperlakukan persis seperti Floyd diperlakukan, seolah mereka adalah musuh. Tapi adakah sang pembawa Demokrasi Kapitalis tergoyah sisi kemanusiaannya? Apakah rumah besar bagi pengemban demokrasi (Persatuan Bangsa-bangsa) melindunginya? Meskipun notabene yang tinggal di rumah itu juga banyak orang Islam. Mereka diam seribu bahasa disebabkan yang terjadi di Palestina bukan kalangan yang memberi keuntungan bagi “sang pembuat sistem”, tetapi Palestina dipandang penghalang bagi mereka. Ditambah lagi media saat ini dikuasai oleh kaum Kapital, jadi bisa dipastikan yang mengekspos kejadiaan di Negeri para Nabi jarang bahkan bisa dikatakan tidak ada.
Dunia diam semua dengan ketidakadilan yang dialami umat Islam. Dan lebih mengenaskan lagi para pemimpin umat Islam pun diam tanpa suara atas keganasan kaum kulit putih di sana. Ini yang harus kita renungkan, apakah kita masih harus membela demokrasi, memperjuangkannya? Di saat umat Islam mendukungnya, membelanya bahkan mengembannya ia dilecehkan sendiri oleh sistem ini. Sistem yang mempunyai dua (2) sisi wajah. Sistem hipokrit.
Adakah sistem Alternatif?
Salah satu sistem yang mungkin tidak banyak orang tahu, dan malas untuk mencari tahu, atau mungkin tahu tapi enggan meliriknya, yakni sistem Islam. Sistem yang datang dari Sang Pemberi kehidupan, Islam merupakan agama yang begitu sempurna yang mengatur semua segi kehidupan. Dari masalah rumah tangga, bermasyarakat bahkan bernegara pun diperhatikan, dari bangun tidur sampai tidur pun juga diperhatikan. Sistem yang mengajak untuk hanya menyembah Pencipta dan meniadakan penyembahan pada yang lain.
Sistem yang memanusiakan manusia, karena tahu keberadaannya sebagai makhluk ciptaan Alloh SWT. Makhluk yang mempunyai kedudukan yang sama dihadapan Alloh, baik kulit putih, sawo matang bahkan kulit hitam sekalipun. Sama saat ia tinggal di Jawa atau Irian Jaya atau bahkan di Ethopia sekalipun. Bila seorang manusia faham dengan Islam ia tidak akan menghina fisik orang lain bahkan mencela orang lain. Tidak ada orang yang membenci karena bentuk fisik, tapi bencilah pemahamanya dan perbuatannya yang salah di mata Islam. Hanya ketaqwaan yang membedakan posisinya di hadapan Pencipta.
Sejarah memperlihatkan pada kita, saat Bilal bin Robbah belum memeluk Islam diperlakukan oleh majikannya dengan semena-mena. Tapi di saat masuk Islam kedudukannya sama dengan para sahabat lain, seperti Abu Bakar yang seorang pedagang kaya, Umar bin Khathab Sang Pembeda, Usman bin Afwan seorang pengusaha dan Ali bin Abi Thalib. Tidak ada perbedaan diantara semuanya. Usamah bin Zaid pun juga seorang kulit hitam, sekali lagi para sahabat menghormati dan menghargai beliau saat Rasulullah menjadi komandan perang. Dan masih banyak para sahabat yang berkulit hitam, tapi kedudukkannya mulia di sisi Alloh SWT dan Rasul SAW karena ketaqwaannya. Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu,” (QS: Al-Hujurat: 13).
Sebuah sistem pasti menghasilkan sebuah peradaban. Dan peradaban akan membentuk pemahaman manusia yang tinggal di sistem tersebut. Peradaban yang agung itu hanya mampu diperoleh dari Islam. Saatnya kita menengok sistem yang mendatangkan keberkahan. Yakni ISLAM.
Wallahu’alam bisshowab
Posting Komentar