Tingginya Kasus Corona Karena Cara Pandang Kapitalis yang Dipakai Negara
Oleh : Nurul Afifah
Penamabda.com - Hingga hari ini angka kasus baru corona semakin bertambah . Penambahan kasus Covid-19 harian di Indonesia masih di kisaran 1.000 orang per hari. Pada Jumat (26/06), kasus baru bertambah 1.240 sehingga total kasus mencapai 51.427 orang. (BBC.com 26/06/2020)
Para ahli berpandangan bahwa tingginya angka kasus baru corona di berbagai daerah disebabkan karena pelonggaran PSBB ditengah kondisi ketidaksiapan masyarakat. Karena semestinya program new normal dicabut.
Pemberlakuan new normal atau kenormalan baru selama pandemi virus corona yang direncanakan pemerintah dinilai belum tepat. Sebab Indonesia masih belum aman dari penyebaran Covid-19.
Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dr. Iwan Ariawan menyampaikan, dengan jumlah kasus yang masih terbilang tinggi maka penerapan new normal beresiko tinggi terhadap makin masifnya penyebaran virus corona.
Hal tersebut dikatakan Iwan dalam diskusi virtual yang diadakan oleh Para Syndicate, Minggu (21/6). "Seharusnya, mengacu persyaratan WHO, kalau kondisi jumlah kasus tidak naik selama dua minggu baru bisa dilonggarkan bahkan ada beberapa negara yang menetapkan pelonggaran dilakukan kalau sudah menurun selama satu bulan. Jadi sekarang kondisi di Indonesia belum aman untuk keluar dan bergerak, risikonya masih tinggi," katanya. (CNN Indonesia 22/06/2020)
Sementara pihak pemerintah beralasan semakin tingginya angka kasus corona disebabkan tes masif dan pelacakan yang agresif oleh pemerintah.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebut masih tingginya kasus baru Covid-19 karena pelacakan yang dilakukan secara agresif. "Penambahan ini sangat signifikan di beberapa daerah karena kontak tracing dari kasus konfirmasi positif yang kami rawat lebih agresif dilaksanakan dinas kesehatan di daerah," kata Yurianto dalam keterangannya di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu sore. (Kompas.com 20/06/2020)
Semakin tingginya kasus baru corona seharusnya pemerintah fokus pada menekan angka kasus virus corona dahulu ketimbang berpikir melonggarkan aturan demi ekonomi. Kelesuan ekonomi yang dialami para pelaku ekonomi raksasa atau kapitalis seharusnya tidak menjadi pendorong kuat bagi pemerintah untuk memberlakukan new normal dengan mengorbankan keselamatan jiwa rakyat.
Beginilah jika negara masih menggunakan asas kapitalis sebagai corak dalam bernegara. Ekonomi yang akan penjadi prioritas, hal ini dikarenakan materi yang menjadi standart.
Berbeda jika islam yang dijadikan asas dalam bernegara. Dalam keadaan terjadi wabah , islam sebagai pandangan hidup (ideologi) fokus terhadap keselamatan dan terpenuhinya hajat hidup manusia . Bukan yang lainnya.
Didalam islam nyawa manusia lebih utama daripada dunia seisinya . Rasulullah saw bersabda: "Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah, dibanding terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak." (HR. Nasai 3987, Thirmidzi 1455, dan dishahihkan Al-Albani). Inilah yang menjadi landasan awal dalam islam, negara akan menomorsatukan nyawa rakyatnya. Karena sejatinya tugas penguasa adalah sebagi pengurus dan pelindung bagi rakyatnya.
Wallahu'alam
Posting Komentar