Tolong Menolong Dalam Kebaikan dan Taqwa
Oleh : Netty Susilowati (Revowriter Malang)
Penamabda.com - Manusia sebagai makhluk sosial secara naluriah pasti membutuhkan orang lain. Tidak ada satu pun manusia yang ingin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Ia tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dan tujuan hidup jika tanpa bantuan orang lain. Untuk itulah dalam Islam kita diwajibkan tolong menolong dalam kebaikan.
Tolong menolong dalam kebaikan ini hukumnya wajib sebgaimana yang ada dalam QS Al Maidah ayat 2 :
وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Orang yang tolong menolong dalam kebaikan akan memiliki berbagai keutamaan. Sebagaimana yang dituturkan Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Mukasyafatul Qulub, keutamaan orang yang tolong menolong dalam kebaikan adalah sebagai berikut.
Pertama, akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berperang membela kedaulatan agama.
Sabda Nabi:
مَنْ مَشٰی فِی عَوْنِ اَخِيْهِ وَمَنْفَعَتِهِ فَلَهُ ثَوَابُ الْمُجَاهِدِينَ فِی سَبِيْلِ اﷲِ.
“Barang siapa yang berjalan dalam rangka menolong dan memberikan manfaat kepada saudaranya maka ia mendapatkan pahala seperti pahalanya Mujahidin di sabilillah”.
Kedua, mendapatkan pembebasan dari siksa neraka dan nifaq. Seperti sabda Nabi:
مَنْ سَعٰی لِاَخِيْهِ الْمُسْلِمِ فِی حَاجَۃٍ فَقُضِيَتْ لَهُ اَوْ لَمْ تَقْضِ غَفَرَ اﷲ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَاَخَّرَ وَكَتَبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ, بَرَاءَۃٌ مِنَ النَّارِ وَبَرَاءَۃٌ مِنَ النِّفَاقِ
“Barang siapa yang berjalan dalam rangka membantu kebutuhan saudaranya yang muslim baik kebutuhan/hajat nya terlaksana maupun tidak terlaksana maka Allah mengampuni dosa-dosa yang terdahulu maupun yang akan datang, dan Allah mencatat baginya dua pembebasan, yaitu pembebasan dari neraka dan pembebasan dari nifaq”.
Ketiga, setiap langkah dibalas dengan tujuh puluh kebaikan dan dijauhkan dari tujuh puluh kejelekan. Berdasarkan sabda Nabi:
مَنْ مَشٰی فِی حَاجَۃِ اَخِيْهِ الْمُسْلِمِ كَتَبَ اﷲ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَۃٍ سَبْعِينَ خَسَنَۃ وَكَفَرَ عَنْهْ سَبْعيْنَ سَيِّاءۃ. . . . .
“Barang siapa yang berjalan dalam rangka memenuhi hajat saudaranya yang muslim maka setiap satu langkah akan dibalas dengan tujuh puluh kebaikan dan dijauhkan dari tujuh puluh kejelekan. . . “
Keempat, dosa-dosanya dihapus seperti bayi yang baru lahir, seperti sabda Nabi:
فَاِنْ قُضِيَتْ حَاجَتُهُ عَلٰی يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ اُمُّهُ. . . .
“. . . . Jika ia melaksanakan hajat (saudaranya) maka ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa-dosa seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya”.
Kelima, jika ia meninggal dalam keadaan ia membantu orang lain maka ia masuk surga tanpa hitungan amal. Hal ini berdasarkan sabda Nabi:
فَاِنْ مَاتَ فِی خِلَالِ ذٰلِكَ دَخَلَ الْجَنَّۃَ بِغَيْرِ حِسَابٍ. . . .
“Maka jika ia meninggal dalam keadaan (membantu saudaranya) tersebut maka ia masuk surga tanpa hisab”.
Masyaallah begitu mulia seorang muslim yang saling tolong menolong dalam kebaikan. Saat ini di tengah kondisi pandemi, saatnya mewujudkan diri saling menolong dalam kebaikan. Bisa jadi saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari atau saling menasehati dalam kebaikan. Mengingatkan dalam taqwa dan mendekatkan diri pada Allah.
Kaum muslimin juga harus saling tolong menolong dalam dakwah syiar Islam. Bukan saling menjatuhkan hanya karena berbeda kendaraan. Selama tujuan sama untuk dakwah melanjutkan kehidupan Islam, maka harus saling mendukung dan menolong dalam dakwah. Misalnya dengan memberikan fasilitas yang bisa digunakan untuk berdakwah, memberikan support dana, memberikan link pada orang-orang yang berpengaruh untuk dakwah. Lebih hebat lagi, jika kemudian bersama-sama bergabung dalam satu barisan dakwah berjama’ah dan memperjuangkan Islam kaffah. Saling menguatkan, menolong dengan segala potensi yang ada. Wa ma taufiqi illa billah.
Posting Komentar