Mempermainkan Agama
Oleh : Ishmah Hafidzah
Penamabda.com - Fenomena yang sering terjadi sekarang ketika umat membicarakan, mengambil islam sebagai solusi, kadang perkataan tersebut dicemooh, dikatakan bahwa yang membicarakan hukum islam tersebut adalah pelanggarnya juga. Dan ketika seseorang membahas politik dalam islam, maka yang lain akan berkata sinis mengatakan jangan menjadikan Islam sebagai alat poltik.
Hal itu wajar terjadi, mengingat beberapa politikus ketika ingin tujuan politiknya tercapai, maka dia bisa jadi mencapainya dengan menjadi “alim” sesaat. Berkerudung ketika berkampanye, tapi setelah tercapai tujuannya tidak memakainya lagi. Mendekati para ulama untuk menjaring umat, namun setelah tujuan tercapai lalu ditinggalkan. Lebih sering ke mesjid ketika kampanye. Berjanji mensejahterakan rakyat, namun malah ingkar. Bahkan malah dihadiahi dengan kenaikan-kenaikan listrik, air dan kebutuhan hidup yang lain.
Menilik apa yang sedang terjadi hari ini, rasanya persis seperti apa yang disabdakan baginda Rasulullah Saw 14 abad yang lalu. Kala itu beliau bersabda, “Akan datang pada manusia tahun-tahun yang penuh tipudaya. Pada tahun-tahun itu pendusta dibenarkan, orang jujur didustakan, pengkhianat dipercaya, orang terpercaya dianggap pengkhianat. Pada masa itu yang banyak berbicara adalah ruwaybidhah,“. Lalu ada yang bertanya, “Apa itu ruwaybidhah?” Rasul menjawab, “Yaitu orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak“. Hadits shahih ini diriwayatkan oleh Ibu Majah, Rahiimahullaahu Ta’ala.
Dalam hadits ini Rasulullah Saw dengan jelas menggambarkan sebuah situasi politik yang sangat kacau yang akan dihadapi umat Islam di penghujung jaman. Dan kekacauan ini tak lain disebabkan munculnya rezim kekuasaan yang jauh dari tuntunan syariat karena membangun kekuasaannya di atas kedustaan dan pengkhianatan terhadap petunjuk kebenaran.
Padahal dalam Islam, politik itu mulia dan agung, karena politik tak hanya berdimensi duniawiyah tapi juga ukhrawiyah. Dengan politik, negara dan penguasanya mengurus dan melindungi umat atau rakyat hingga mereka bisa merasakan kebahagiaan hidup sebagai manusia, sekaligus bisa memfungsikan dirinya sesuai dengan tujuan penciptaan. Yakni sebagai khalifah pembangun peradaban sekaligus penebar rahmat di muka bumi. Bukan sebagai pembuat kerusakan atau penebar laknat ke seluruh alam.
Janji Allah pasti terjadi. Sistem rusak ini suatu saat akan tumbang, digantikan oleh sistem Islam, yakni sistem Khilafah ala minhajin nubuwwah. Maka tugas kita hanyalah memaksimalkan ikhtiar sebagaimana yang Allah wajibkan. Adapun hasil adalah urusan Sang pencipta kehidupan.
Wallahu'alam bissawab
Posting Komentar