Media Berfungsi Menjaga Umat
Oleh: Tawati
(Koordinator Media Kepenulisan Daerah)
Penamabda.com - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengatakan, dalam smart city yang diterapkannya di Jabar sosial media mempunyai tiga fungsi, yakni to observe, to control, dan to connect.
“Saya menggunakan digital terbagi tiga. Pertama, to observe yaitu untuk melihat situasi, seperti situasi sosial masyarakat,” kata Kang Emil –sapaan Ridwan Kamil– di webinar ‘Indonesian Youthquake 2020: How Social Media Drive Policy Making’ di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (7/8/20) malam WIB.
“Kedua, to control yaitu untuk birokrasi ke dalam. (Contohnya) saya punya sistem untuk memastikan bagaimana penanganan COVID-19 lancar, edukasi lancar, tidak ada korupsi, dan sebagainya,” terangnya.
“Ketiga, adalah smart city digital ini to connect, yakni untuk mengoneksikan antara warga dengan pemerintahannya, untuk berkomunikasi dengan publik,” tambahnya.
Sosial media ibarat mobil. Dipakai kebaikan akan menghasilkan kebaikan-kebaikan yang lain, dipakai keburukan juga akan menghasilkan kemudaratan. “Jadi gimana niat. Intinya sosial media juga kebutuhan. Kedua, tujuan penggunaan ini bagaimana niat,” jelas Kang Emil. (Jabarpublisher, 8/8/2020)
Komentar:
Dalam Islam, media didaulat sebagai sarana menebar kebaikan, alat kontrol dan sarana syiar dakwah Islam baik di dalam maupun ke luar negeri. Dengan kata lain, media memiliki peran politis dan strategis sebagai benteng penjaga umat dan negara, sehingga suasana taat terus tercipta dan wibawa negara terus terjaga.
Peluang penyelewengan fungsi media sebagai alat penguasa maupun alat propaganda kebatilan pun ditutup oleh paradigma Islam tentang fungsi kekuasaan atau kepemimpinan itu sendiri. Dimana dalam Islam, kekuasaan dan kepemimpinan dipandang sebagai amanah yang berdimensi dunia akhirat. Bukan alat untuk meraup materi atau kepentingan pribadi dan kelompok.
Oleh karenanya peran media dalam sistem Islam akan dimaksimalkan sebagai salah satu sarana kontrol dan alat propaganda atau dakwah negara tentang kebaikan Islam dan sistemnya. Media juga sekaligus berperan sebagai sarana edukasi umat dalam kerangka mendukung penerapan dan pelaksanaan hukum syara yang terbeban di pundak penguasa tadi, baik dalam kehidupan individu, keluarga maupun masyarakat di dalam negeri, maupun untuk kepentingan pelaksanaan politik luar negeri berupa kewajiban mengemban dakwah Islam ke seluruh alam.
Itulah mengapa, kehidupan dalam masyarakat Islam terasa jauh dari kerusakan, penuh kedamaian dan keindahan. Suasana keimanan begitu kental, dan keterikatan terhadap syariat juga terjaga. Hingga kondisi ini memungkinkan negara melaju cepat dalam membangun peradaban cemerlang. Dan dengan begitu, eksistensi dan wibawa negara Islam sebagai negara pertama dan umat Islam sebagai umat terbaik pun terbangun dengan sendirinya. Menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Betul bahwa kontrol negara dalam paradigma Islam sangat ketat terhadap kerja media. Dalam arti, negara akan memastikan kerja media tak keluar dari koridor hukum-hukum syara. Lembaga i’lamiyah atau penerangan, akan senantiasa memastikan konten berita tak membawa kemudharatan bagi umat. Termasuk menjaga tersebar luasnya pemikiran asing atau budaya yang tak sesuai dengan hukum-hukum Islam. Dan negara akan memberi sanksi tegas terhadap pelaku pelanggaran.
Meski ada kontrol ketat terhadap kerja media seperti itu, namun tak ada kesan negara otoriter atau mengekang kebebasan media. Atau kesan media dipaksa mengabdi pada rezim penguasa. Karena semua paham tentang kewajiban dan urgensi melangsungkan kehidupan Islam melalui penerapan Islam kaffah di tengah-tengah umat.
Mereka justru paham, bahwa kerja media adalah bagian dari berlomba-lomba dalam kebaikan dan ikhtiar menguatkan ketaatan, bukan sebagai alat untuk saling menjatuhkan apalagi menyebarluaskan kebohongan dan keburukan. Sehingga diluar media yang dikelola oleh negara, diniscayakan muncul media-media swasta yang siap beramal mengokohkan fungsi negara sebagai pengurus dan perisai rakyat, sekaligus sebagai pengemban risalah Islam ke seluruh alam.
Paradigma inilah yang seharusnya dihadirkan kembali ke tengah-tengah umat. Terutama pada situasi saat umat dikungkung oleh kerusakan dan kedzaliman akibat hegemoni sistem sekuler tengah mendera umat. Umat harus menyadari bahwa akar problem kerusakan hari ini justru ada pada sistem buruk yang dikukuhkan oleh rezim penguasa, dan didukung para kapitalis yang diuntungkan, serta dijaga oleh media sekuler milik mereka.
Oleh karenanya, wajib dan urgen bagi umat untuk segera mendukung bahkan bergabung dalam perjuangan meruntuhkan sistem sekuler dan mewujudkan sistem Islam agar dominasi kekufuran segera hilang dan keberkahan segera kembali menaungi kehidupan.
Wallaahu a’lam bi ash-shawwab.
Sumber referensi: Muslimahnews.com
Posting Komentar