Secercah Harapan Umat Islam
Oleh : Candra Windiantika
Penamabda.com - “Hari ini adalah hari ketika Muslim berdiri melaksanakan salat dengan air mata sukacita, sujud dengan penuh rasa tunduk dan syukur. Hari ini juga adalah hari kehormatan dan kerendahan hati,”
Itulah petikan khotbah Jum'at (24 Juli 2020) yang disampaikan oleh Ali Erbas (Kepala Direktorat Keagamaan Turki) pada saat melaksanakan Salat Jum'at pertama di Masjid Hagia Sophia.
Ialah Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki yang mengembalikan fungsi Hagia Sophia menjadi Masjid setelah 86 tahun. Hal ini menindak lanjuti keputusan Pengadilan Administratif Tertinggi Turki pada tanggal 10 Juli lalu yang menganulir keputusan Presiden Turki pertama, Mustafa Kemal Ataturk, pada tahun 1934, yang mengalih fungsikan Haghia Sophia menjadi sebuah museum.
Setelah pengembalian status Masjid Hagia Sophia, seruan Khilafah semakin mendapat sambutan publik Turki. Pasalnya sejak diterapkannya sistem sekuler di Turki, tak ada prestasi yang menarik untuk diperbincangkan. Turki gagal menjadi bangsa besar. Alih-alih mengembalikan kejayaan Utsmani, Turki justru menjadi bangsa yang tidak diperhitungkan baik di dunia Islam sendiri maupun di dunia Barat.
Gerçek Hayat, majalah yang dimiliki oleh Albayrak Media Group ini mengeluarkan seruan untuk membangkitkan kembali kekhalifahan Islam. Seruan itu muncul dalam majalah yang diterbitkan tanggal 27 Juli. Majalah itu juga memuji keputusan Presiden mengubah ikon Istanbul, Hagia Sophia menjadi masjid.
Di halaman sampulnya bertuliskan, "Hagia Sophia dan Turki Bebas Sekarang." Tak hanya itu, terdapat beberapa kalimat lain yang berbunyi, "Jika tidak sekarang, kapan?Jika bukan Anda, siapa? Berkumpul bersama untuk kekhalifahan".
Namun penolakan datang dari partai berkuasa di Turki yang memenangkan Recep Tayyip Erdogan sebagai Presiden. Mereka menolak seruan majalah pro-pemerintah untuk membangkitkan kembali kekhalifahan Islam, menyusul pembukaan kembali Hagia Sophia di Istanbul sebagai masjid.
Juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada Senin (27/7/2020) meyakinkan kaum skeptis bahwa Turki akan tetap menjadi republik sekuler setelah majalah Gercek Hayat menimbulkan kegemparan dengan menyerukan pembaruan kekhalifahan.
Jelas, bahwa memperjuangkan kebangkitan Islam pun tidak bisa melalui jalan demokrasi. Karena demokrasi bukan metode yang ditempuh oleh Rasulullah.
Metode Rasulullah dalam menegakkan syariah Islam secara kaffah yaitu dengan beberapa tahapan:
1. Tahap pembinaan dan pengkaderan
Ini adalah tahap mendidik dan membina masyarakat dengan ‘aqidah dan syariah Islam. Pembinaan ini ditujukan agar umat Islam menyadari tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang Muslim.
2. Tahap interaksi dan perjuangan di tengah ummat
Pada tahap ini, ndividu-individu Islam yang telah dibina dan terhimpun dalam partai politik Islam yang ikhlas ini harus diterjunkan di tengah-tengah masyarakat untuk meraih kekuasaan dari tangan umat.
3. Tahap penerapan hukum Islam
Setelah tahap 2 berhasil, maka tahap selanjutnya yaitu penerapan syari’at Islam sebagai hukum dan perundang-undangan bagi masyarakat dan negara secara kaffah.
Adanya seruan untuk kembali ke khilafah menunjukkan munculnya kesadaran di tengah-tengah umat. Seruan ini juga menunjukkan kerinduan umat terhadap persatuan Umat Islam.
Sebagaimana kita ketahui, sekuler adalah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Artinya hukum-hukum Allah tidak digunakan untuk mengatur kehidupan manusia. Sekulerisme melahirkan adanya kebebasan. Salah satunya kebebasan dalam kepemilikan. Hal inilah yang menyebabkan penguasaan kekayaan oleh segelintir orang. Jelas sistem ini bertentangan dengan Islam yang mengharuskan penerapan secara menyeluruh.
Maka sudah seharusnya kaum muslim mencampakkan sistem sekuler ini. Kembali pada sistem yang haq, yaitu Islam. Sistem yang dasar hukum nya berasal dari Allah swt. yang maha adil, bukan dari manusia yang terbatas. Sistem ini adalah sistem Islam yang diemban oleh negara, Daulah Khilafah Islamiyah.
Semoga pengembalian fungsi masjid Hagia Sophia menjadi titik awal terwujudnya bisyarah Rasulullah tentang kembalinya Daulah Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah. Tentunya kita tidak hanya menunggu, namun turut bergabung ke dalam barisan orang-orang yang memperjuangkannya.
Wallahu’alam bishshawwab
Posting Komentar