Susahnya Daring...
Oleh : Madina Arifin (Mahasiswa Malang Raya)
Penamabda.com - Sistem Pendidikan di Indonesia dalam masa pandemi menjadi sesuatu hal yang sangat renyah untuk dibahas. Pasalnya baru-baru ini sistem pendidikan daring menuai banyak permasalahan pada setiap jenjang pendidikan. Banyak cerita yang tertoreh dalam masa pendidikan dimasa pandemi saat ini. Dilansir dari MediaIndonesia.com Bagi sebagian masyarakat perkotaan, sudah bukan sesuatu yang aneh atau sulit untuk mempunyai gawai.
Namun, bagi kebanyakan masyarakat pedesaan, perangkat telepon pintar itu menjadi barang baru dan mewah, terlebih bagi keluarga dengan ekonomi lemah. Padahal telepon pintar menjadi syarat lancarnya KBM (Jum’at, 24/7/2020).
Dalam pembelajaran daring, media social menjadi suatu hal yang penting demi lancarnya KBM. Hal itulah yang menjadi permasalahan dengan banyaknya keluahan dari masyarakat khususnya masyarakat menengah kebawah mulai dari akses internet yang susah, tidak mempunyai fasilitas yang memadai untuk mengikuti KBM, dan lain-lain. Bahkan dari media Portaljember dijelaskan bahwa seorang siswa bernama Dimas tidak bisa mengikuti proses belajar dari rumah (BDR) secara daring karena tidak memiliki HP. Ia pun belajar di kelas seorang diri dengan dibimbing seorang baru (25/7/2020). Hal ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan daring yang diterapkan oleh pemerintah belum berhasil.
Salah satu media yang bernama Asumsi juga menjelaskan bahwa Kemendigbud mengaku kaget bahwa banyak siswa tak memiliki akses listrik dan sinyal internet memadai. Ada yang bilang tidak punya sinyal televisi untuk KBM. Bahkan ada yang bilang tidak punya listrik(12/5/2020).
Hal diatas menunjukkan bahwa pemerintah seringkali memberikan kebijakan di masa pandemi tanpa mempersiapkan dan tanpa berfikir bagaimana kondisi masyarakat khususnya masyarakat menengah kebawah. Disisi lain, pemerintah sering kali menggembor-gemborkan untuk perbaikan infrastruktur, namun tidak memberi daya dukung/manfaat bagi pemenuhan kebutuhan dasar rakyat. Karena pada faktanya mesyarakat banyak yang tersiksa dalam masa pembelajaran daring.
Sehingga Pembelajaran jarak jauh yang menuntut sarana telekomunikasi dan ketersedian jaringan, memaksa puluhan juta pelajar kehilangan hak nya untuk menerima pendidikan dengan nyaman dan layak. Beginilah gambaran sistem pendidikan kapitalisme. Sistem pendidikan kapitalis dalam sistem demokrasi seringkali membuat masyarakat justru kehilangan kesempatan untuk mendapat pendidikan.
Berbeda jika berbicara tentang sistem Khilafah. Dalam sistem khilafah, pemimpin/khalifah akan benar-benar memperhatikan kesejahteraan rakyatnya termasuk dalam pendidikan. Seorang pemimpin dalam sistem Islam akan selalu memposisikan dirinya sebagai pelayan rakyat. Sehingga akan selalu berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik dan berusaha agar rakyat tidak menderita.
Dalam sistem Islam, rakyat akan diberikan fasilitas terbaik seperti digratiskannya biayaya pendidikan, dipenuhi fasilitasnya, dan pemimpin juga akan menjamin setiap orang akan mendapat pelayanan pendidikan dengan baik tanpa memandang rakyat tersebut dari kalangan menengah kebawah ataupun menengah keatas. Sebagai contoh pada kekhilafahan al-Ma’mun beliau menaruh perhatian yang serius dalam pengembangan pendidikan.
Hal ini dapat dilihat misalnya beliau banyak mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang dijadikan sarana belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat pada waktu itu. Beliau juga selalu menjamin untuk seluruh rakyat akan mendapatkan pendidikan dengan layak tanpa diminta biaya sedikitpun.
Sehingga sangat penting bagi kita untuk kembali menerapkan sistem Islam layaknya para khalifah terdahulu dalam menerapkan sistem Islam.
Dalam sejarahpun tercatat bahwa dunia ini pernah dinaungi oleh Khilafah selama 13 abad lamanya. Dengan sistem terbaik yang diturunkan oleh pencipta manusia. Sehingga sistem ini akan memunculkan keberkahan ditengah-tengah kehidupan manusia dibumi.
Wallahualam
Posting Komentar