Anakku Sayang, Anakku Malang
Penamabda.com - Anak adalah dambaan bagi setiap keluarga. Betapa bahagianya suatu keluarga yang sudah memiliki anak, keluarga terasa lengkap. Namun, anak bisa menjadi sasaran orangtuanya sendiri atau orang-orang terdekatnya.
Seperti akhir-akhir ini semakin meningkat kasus penganiayaan, pelecehan, pembunuhan, penculikan, dan perdagangan anak dibawah umur. Kejahatan diluar nalar ini, sangatlah miris dirasakan. Anak kecil yang begitu polos, menjadi korban kebiadaban dan kekejaman orang-orang yang tidak berprikemanusiaan.
Data kasus kekerasan anak selama pandemi ini, antara Januari - Juni 2020 terjadi 3.468 kasus. Kekerasan fisik ada 852 kasus, kekerasan psikis 768 kasus dan kekerasan seksual 1.848 kasus (sumber data : KPPPA). Ketua Satgas PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) Kabupaten Bantul, menyebut pada 2019 jumlah laporan yang masuk ke PPA Bantul sudah 155 kasus. Sedangkan di tahun 2020 yang baru dihitung sampai bulan Oktober kemaren, jumlah kasus sudah 120 kasus (Suara Jogja, 08/11/2020).
Peningkatan jumlah kasus ini bisa empat sampai lima kali lipat. Menurut Ketua Deputi Bidang Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, semua itu terjadi dilatarbelakangi oleh kondisi pandemi, banyaknya tenaga kerja yang di PHK dan diadakanya pembelajaran daring. Tingginya kenaikkan angka kekerasan dan sebaran daerah makin meluas. Daerah yang terjadi kekerasan anak seperti di daerah Aceh, Sumatra Utara, Riau, Jakarta Timur, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan di daerah-daerah lainnya.
Dari fakta tersebut jumlah kasus kekerasan anak yang terjadi akan menjadi gunung es. Dengan memperhatikan hal tersebut, menggerakkan jiwa kita untuk berpikir jauh ke depan. Bagaimana kondisi masa depan generasi penerus, bila masa-masa kecilnya sudah dihadapkan dengan berbagai kekerasan hidup. Sungguh hal ini sangat memprihatinkan kita.
Semestinya kita yang termasuk bagian dari masyarakat ikut membangun generasi masa depan, hendaknya benar-benar memahami situasi buruk hari ini. Dan segera beranjak untuk mencari solusi yang tepat dan tuntas menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Dari beberapa pihak memang sudah berupaya, untuk memberikan pemahaman kepada orang tua dalam menghadapi pandemi saat ini. Juga upaya melalui online diadakan hotline sehat jiwa yang dipandu oleh seorang psikolog. Diharapkan masyarakat bisa menyampaikan isi hatinya dalam permasalahan keluarga. Namun upaya ini kurang maksimal, dikarenakan infrastruktur IT masih terbatas.
Selanjutnya menghimbau tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama untuk ikut berperan membantu menyampaikan kepada masyarakat terutama para orangtua dalam menghadapi permasalahan yang timbul akibat pandemi. Juga menguatkan hubungan antar anggota keluarga. Memperhatikan kesehatan fisik dan psikis.
Apabila kita perhatikan solusi-solusi yang ada, belum bisa terlaksana dengan optimal dan tidak efektif. Sebenarnya semua permasalahan yang muncul akan terselesaikan dengan adanya perubahan yang mendasar. Akar permasalahannya, berada pada kerusakan sistem yang berlaku saat ini, yaitu sistem kapitalis sekuler, yang bertumpu pada akal manusia yang serba lemah dan aturan-aturannya melahirkan kekacauan. Solusi masalah yang menimbulkan masalah berikutnya.
Maka dari itu, diperlukan perubahan hakiki. Yaitu dengan mencampakkan sistem yang rusak dan menggantikannya dengan sistem yang benar. Sistem yang tegak di atas akidah shahih dan darinya lahir aturan yang memecahkan seluruh masalah kehidupan dengan pemecahan yang benar dan mendasar, itulah sistem Islam. Karena sudah terbukti, saat sistem Islam diterapkan, perlindungan perempuan dan anak benar-benar diperhatikan. Pada masa tersebut, terwujud generasi-generasi gemilang yang menciptakan ahli-ahli dalam bidangnya dengan didasari akidah yang kuat. Anak-anak tumbuh sehat, baik fisik maupun psikisnya. Setiap masyarakat terutama orangtua dalam keluarga, telah memahami solusi permasalahan kehidupan, dengan berpedoman pada akidah Islam. Jadi problem kekerasan anak ini akan bisa teratasi sampai akar-akarnya, apabila semua pihak merujuk pada akidah Islam.
Wallahu a'lam bishawab.
Posting Komentar