Melawan Pemiskinan Sistematis
Oleh: Ika Wulandriati
Ternyata awal tahun bukan hanya angka saja yang berganti, tetapi ternyata harga – harga pun ikut berganti. Seperti yang kita ketahui masyarakat kelas menengah kebawah merupakan masyarakat yang hidupnya pas – pasan, pendapatan mereka hanya cukup untuk dimakan saja, apalagi yang hanya memiliki gaji kurang dari satu juta atau yang tidak mempunyai pekerjaan tetap seperti buruh tani dan kuli bangunan, mereka akhirnya masih harus berhutang untuk menutupi kekurangan keluarganya.
Sebagaimana data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2020. Jumlah penduduk miskin naik menjadi 26,42 juta jiwa. Data ini naik 1,63 juta jiwa jika dibandingkan September 2019. Garis kemiskinan di bulan Maret 2020 juga naik, sebesar 3,2% dari bulan September 2019. Dengan pendapatan Rp454.650,- per bulan.
Jika pendapatan penduduk di atas garis kemiskinan, misalnya Rp500.000,- per bulan, maka penduduk tersebut tidak bisa dikatakan miskin. Pertanyaannya, cukupkah penghasilan sebesar itu untuk membiayai kebutuhan selama sebulan?
Sejahtera di bawah naungan kapitalisme bagaikan mimpi di siang bolong. Kapitalisme yang mengagungkan kebebasan kepemilikan membuat orang berlomba-lomba menumpuk kekayaan. Mereka menghalalkan segala cara untuk memenuhi nafsunya. Akhirnya yang punya modal akan tambah kaya.
Uraian di atas adalah sekelumit potret suram Indonesia. Selama beberapa generasi, elit politik Indonesia telah bertarung dalam pemilihan umum. Sebagian mereka memiliki tujuan memperkaya diri sendiri dan menjarah harta negara. Ini menjadi tradisi demokrasi ketika politisi akan menghabiskan uang dalam jumlah sangat besar untuk bertarung dalam pemilihan umum. Begitu berkuasa mereka lupa, mereka terlibat dalam kegilaan liar dalam memperkaya diri sendiri bersama kroninya.
Seluruh politisi sebaiknya mempelajari bagaimana Rasulullah SAW meletakkan dasar-dasar sistem politik yang baru, dimana kebutuhan rakyat diletakkan menjadi skala prioritas, menolak intervensi pemodal dalam pelayanan urusan publik. Sistem politik ini mampu mencapai hasil yang luar biasa. Sistem ini menolak semua bentuk kediktatoran dan demokrasi. Menolak campur tangan manusia dalam membuat undang-undang, sebagaimana contoh UU dalam demokrasi yang memberi manfaat kepada elit dan bukan pada rakyat jelata.
Negara ini telah gagal menjalankan tugas pokok dan fungsi yang fundamental. Kegagalan ini disebabkan oleh dua faktor utama, yakni pemimpinnya yang tidak amanah serta buruknya sistem yang dipakai untuk mengatur negeri ini yakni sistem sekuler-kapitalisme. Oleh karena itu, bila benar-benar diinginkan perbaikan, maka tidak bisa tidak sistem yang telah gagal itu harus dibuang. Sebagai gantinya adalah sistem yang bersumber dari Zat Yang Maha Benar dan Maha Tahu sehingga tidak mungkin gagal, yakni Syari'ah Islam. Juga harus dihadirkan pemimpin yang baik, yang mau tunduk pada syari'ah dan memimpin dengan penuh amanah.
Waallahu’alam bi showwab.
Posting Komentar