Penanganan Pandemi tanpa Edukasi, Perparah Situasi
Oleh : Rut Sri Wahyuningsih
(Institut Literasi dan Peradaban)
Beredar video ratusan warga Madura menerobos pos penyekatan di Jembatan Suramadu, berasal dari unggahan di aplikasi percakapan whatsapp. Tak hanya menerobos, mereka juga merangsek masuk dan merusak pos penyekatan yang dijaga petugas gabungan. Dilansir dari news.detik.com, 18 Juni 2021, peristiwa yang terjadi sekitar pukul 03.00 WIB, Jumat (18/6/2021), ini merusak beberapa fasilitas seperti kursi, meja, hingga berkas-berkas untuk pelaksanaan swab antigen. Namun saat pukul 08.30 WIB, kondisi pos penyekatan kembali kondusif. Pos tersebut juga sudah tertata rapi. Bahkan pengendara yang akan melakukan swab antigen tampak mengantre secara tertib.
Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, AKBP Ganis Setyaningrum mengatakan, penyekatan di Suramadu ini untuk masyarakat agar sehat maka pelaksanaannya 1x24 jam agar masyarakat bisa segera memiliki surat Rapid tes antigen (news.detik.com, 18/6/2021).
Kurang Edukasi Menambah Runyam
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengaku aksi menerobos dan merusak pos penyekatan Suramadu dilakukan karena masyarakat takut swab maka pemerintah harus hadir memberikan ketenangan (news.detik.com,18/6/2021).
Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) hingga Kamis (17/6) merawat 377 pasien positif COVID-19. Mayoritas pasien yang dirawat berasal dari Madura khususnya Bangkalan. Rumah sakit ini mengalami pelonjakan pasien dengan mindset sebagai tahanan karena jalan disekat, bukan sebagai pasien yang harus disembuhkan sehingga mereka susah diatur dan bahkan menolak semua pelayanan dan protokoler kesehatan yang diperintahkan rumah sakit.
Radian Jadid, Ketua Pelaksana Program Pendampingan Keluarga Pasien Covid-19 membenarkan fakta di atas i(news.detik.com, 17/6/2021). Wajar jika keadaan menjadi runyam, yang nampak di permukaan justru penduduk Madura keras kepala dan susah diatur, makin meruncing ke arah suku dan budaya keras yang seringkali diperlihatkan masyarakat Madura, padahal akar persoalannya hanyalah kurangnya edukasi pemerintah tentang Covid-19.
Saatnya Evaluasi
Satu kebijakan gagal ganti dengan yang lain namun sama-sama tak menghasilkan progres. Alih-alih mencari solusi terbaik, fokus pemerintah malah pada pemulihan ekonomi, rengekan koorporasi lebih menyayat daripada rakyat yang menganggur, bodoh, putus sekolah, sakit dan papa. Informasipun tak jelas, bergantung pada kepentingan para menterinya. Inilah bukti edukasi tak boleh diabaikan agar penanganan optimal. Sebab rakyat sehat jaminan negara kuat.
Secanggih-canggihnya informasi digital hari ini, edukasi yang dekat kepada rakyat sangatlah dibutuhkan. Sehingga rakyat mudah paham dan tak termakan hoax atau informasi "katanya" yang banyak bersliweran di media sosial yang kemudian menyesatkan. Untuk kasus Madura ini saja media memberitakan dua kubu yang seolah berseteru, satu sisi mendukung tindakan pemerintah, sementara sisi yang lain mencela habis-habisan pemerintah bahkan dengan segala alasan yang mereka gunakan untuk memperkuat argumen mereka meski salah. Covid-19 dan variasi terbarunya memang harus disikapi dengan bijak, kalaukah dianggap makhluk asrtal ( tak kasat mata) bukan pula kemudian mencela mereka yang ingin taat prokes.
Saatnya Evaluasi, dua tahun pandemi mengapa tak kunjung usai bahkan terus menerus fluktuasi, tentu ada kesalahan dari landasan pemikiran setiap kali dikeluarkannya kebijakan. Rasulullah bersabda,“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari). Posisi pemimpin adalah periayah, pengurus dan bukan pencari untung rugi.
Rakyat adalah amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, dan rakyat bukan hanya koorporasi, pengusaha atau investor yang punya modal besar meski faktanya riba. Maka, mindset yang harus tertancap adalah bagaimana menjamin seluruh kebutuhan rakyat, khususnya kesehatan bisa tertangani . Saatnya dikembalikan pada sistem Islam, sebab Islam bukan sekedar agama namun juga syariat, yaitu berisi aturan atau solusi dari sang Maha Kaya. Tak ada edukasi terbaik selain peningkatan keimanan dan ketakwaan, sehingga imun pun bisa meningkat.
Wallahu a' lam bish showab.
Posting Komentar