Dana Desa Menjadi Agenda, Meloloskan Penguasa akan Tugasnya
Oleh: Nora Putri Yanti (Aktivis Dakwah Kampus)
Desa merupakan salah satu tujuan peristirahatan dari hingar-bingar dunia yang serba gemerlap menyilaukan mata, meletihkan jiwa mengikuti arus keglamoran fana, membuat haus yang tak kunjung melepaskan dahaga bila mengikuti nya. Seakan kita meminum air garam yang semakin diminum malah semakin kehausan. Itulah dunia yang fana tempat peristirahatan sementara. Sayangnya kampung halaman tercinta yang banyak potensinya menarik mata Para pemilik modal dan pemerintah untuk diolah sebagai solusi perbaikan perekonomian kita, solusikah?
Di Sumatera barat juga salah satu targetnya yaitu di daerah Solok Selatan tempatnya. Dilansir dari harianhaluan.com. Gubernur Sumbar, Mahyeldi mengungkapkan dalam Rapat Koordinasi Provinsi Sumbar (1/7/2021) di hotel Royal Denai, Bukittinggi bahwasanya adanya Pemanfaatan Dana Desa tahun 2021 diarahkan untuk menunjang adabtasi kebiasaan baru dan pemulihan ekonomi desa yang terdampak oleh COVID-19 sesuai Permendes PDTT Nomor 13 tahun 2020. Dan juga dalam Rangka percepatan Dana Desa tahun 2021 dan Isu Strategis tahun 2022. Menurutnya cuman adanya pergeseran fokus dari penanganan Pandemi covid 19 menjadi pemulihan perekonomian. Benarkah akan terlaksana jika fokus pemerintah selalu terbagi? Lihat saja ketika fokus pemerintah hanya menangani Pandemi saja, nyatanya sampai sekarang sudah menginjak dua tahun kasus ini belum tuntas juga, apalagi fokus pemerintah dialihkan pula dengan dalil pemulihan perekonomian rakyat, apakah wabah ini tertuntaskan sampai ke akarnya?
Rakyat lagi dan lagi mendapatkan angin syurga di tengah wabah yang menyempitkan gerak mereka mengais nafkah, dengan agenda pembangunan nasional berkelanjutan di desa yang diberi nama Sustainable Development Goals Desa, katanya akan mewujudkan desa tanpa kemiskinan dan kelaparan, karena faktanya didepan mata kita terampang nyata Kehidupan yang pendapat perkapitanya terendah di dunia. Dicangkan desa ekonomi tumbuh merata, desa peduli kesehatan, desa peduli pendidikan, desa ramah perempuan, desa berjejaring dan desa tanggap budaya. Sampai sekarang kehidupan seakan terbelah menjadi dua yaitu kalangan atas dan kalangan bawah menengah. Patutlah kita curiga bahwa mereka para pemilik pohon uang punya rencana?
Jika kita telusuri kembali seakan desa-desa kecil diajarkan mandiri bukan? dan mencukupi kebutuhan sendiri? Hanya dengan menggambarkan bahwa pemerintah Menggenggam tangan rakyat kecilnya dengan mengeluarkan kebijakan perbaikan perekonomian dengan SDGs sebagai solusi. yang bekerja rakyat, yang menikmati hasilnya kelak tentu berbagi dengan Negara, hahaha lucunya kita menganggukkan kepala menyetujui mereka, tidakkah kita sadar bahwa ada bentuk pelepasan tangan Negara akan kewajiban atas rakyatnya dari jaminan kelangsungan hidup rakyatnya, keamanan dan kenyamanan mereka?
Coba kita bawa duduk sejenak wahai para pemuda penerus bangsa untuk memikirkan nya, jika ingin membuka lahan pertanian seperti usul pemerintah, tentu kita membutuhkan modal yang tidak sedikit pula. Mulai dari pembelian bibit yang tentunya unggul dan berkualitas setelah itu pembelian pupuk juga memerlukan dana, sama saja membuka peluang para kapital menanam saham mereka dan ikut berkelana menikmati jerih payah rakyat juga, belum lagi standar keberhasilan
Akan berbeda keadaannya jika kita masih hidup dengan Daulah Khilafah. Dalam Islam ketakwaan dan ketaatan calon pemimpin kepada Allah SWT adalah modal utama untuk menjadi pengusaha. Sehingga para penguasa yang terpilih nantinya akan amanah melayani rakyatnya. Ini penting, karena hanya dengan ketaqwaani penguasa akan merasa senantiasa diawasi Sang Pencipta, sehingga dalam setiap perbuatannya akan muncul kesadaran akan pertanggungjawaban pada hari penghisaban diakhirat kelak, dan dijadikan pemecut terbentuknya pribadi yang amanah dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Semua itu hanya akan menjadi ilusi semata jika sistem nya masih kapital sekuler berkuasa, karena pemimpin terbaik dalam kepemimpinannya hanya akan terlahir dari sistem yang baik pula. Bukankah seharusnya kita tidak lupa bahwa ada sistem kehidupan yang terbukti berjaya, itulah Sistem Islam yang dengannya diterapkan semua aturan -Nya tanpa dipilah-pilah, hanya Islamlah menjadi satu-satunya sistem terbaik dalam mengatur kehidupan. 13 abad mampu memimpin dunia yang terbukti dalam catatan Sejarah.
Posting Komentar