Menilik Bagan Tersirat Islamofobia
Oleh : Nahida Ilma (Aktivis Dakwah Kampus)
Munculnya istilah islamofobia yang masif dihembuskan sejatinya dimulai sejak peristiwa 11 September yang dikemudikan oleh AS sebagai agenda global upaya wajib memerangi terorisme. Sejak itu, Islam dijadikan sebagai sasaran diskriminasi dan selalu menjadi pihak yang tertuduh. Terlebih, media yang terus menarasikan dan mengopinikan secara negatif, memberikan gambaran buruk dengan berbagai label dan stigma. Islam digambarkan sebagai agama pro kekerasan dengan ajaran jihad dan perangnya. Fanatisme terhadap Islam dinilai akan menumbuhkan ekstrimisme dan terorisme. Kecintaan yang mendalam terhadap agama dianggap membuka peluang menjadi pribadi yang radikal. Simbol dan ajaran Islam dipermasalahkan, seperti celana cingkrang, cadar, jihda dan Khilafah.
Kali ini isu Islamofobia tengah ramai di India. Mengopinikan bahwa symbol dan atribut keagamaan hanya akan mendatangkan masalah. Berawal dari video amatir viral di social media yang direkam salah satu penduduk, memperlihatkan Muslimah-muslimah india yang diperlakukan sangat tidak sopan. Mereka disiram air ketika tengah berjalan dan tidak diperbolehkan masuk ke dalam universitas oleh beberapa pemuda. Setelah ditilik lebih ke belakang, nyatanya fakta ini bermula dari pelarangan menggunakan hijab dari pihak kampus.
Sejumlah pelajar muslim India melakukan aksi unjuk rasa untuk memprotes larangan gadis Muslim berhijab untuk masuk ke ruang kelas di beberapa sekolah di negara bagian Karnataka, India selatan, di Kolkata, India, Rabu (9/2/2022).
Gadis Muslim berhijab dilarang menghadiri kelas di beberapa sekolah di negara bagian Karnataka, India selatan, yang memicu protes selama berminggu-minggu oleh para siswa. Kebijakan diskriminatif ini menyebabkan protes dan kekerasan yang meluas. (Republika.co.id, 10 Februari 2022)
Gadis bernama Muskan Khan dijadikan sebagai simbol perlawanan Muslimah di India. Dengan keberaniannya menghadapi kesendiriannya sebagai yang tengah dikeroyok secara verbal oleh segerombolan pria. Berdiri dengan berani melawan ribuan sorot mata yang tengah mempermasalahkan hijab yang ia kenakan. Kesendirian yang ditemani pekikan takbir yang terus menguatkannya, mengingatkan bahwa tidak ada yang salah denga apa yang digunakan.
Wakil Ketua Umum (Waketum) MUI Anwar Abbas menyesalkan larangan penggunaan hijab di beberapa lembaga pendidikan di India. Tindakan tersebut dinilai sebagai islamofobia bagi umat muslim di sana (Okezone.com, 9 Februari 2022).
Tak sedikit pihak yang menyatakan bahwa apa yang terjadi di India merupakan Tindakan yang mencerminkan islamophobia secara terang-terangan. Namun sudah sepatutnya harapan lebih tidak dihadirkan, karena mereka hanya bisa mengecam. Tidak lebih. Menunjukkan bahwa mereka berpihak pada pihak yang nampak menderita, hal itu dinilai sudah lebih dari cukup. Bahkan tak sedikit para pemimpin negeri Islam justru tidak tertarik untuk berkomentar.
Jangan harap akan mendengar suara para penggiat gender atau pejuang feminisme. Suara mereka bahkan tidak terdengar sama sekali, padahal fakta dilapangan sudah jelas-jelas menunjukkan penindasan pada kaum perempuan. Tindakan yang sangat tidak sopan kepada para perempuan, Muslimah.
Urgensitas penghentian Islamofobia semakin nampak. Sayangnya solusinya tidak cukup berdakwah dan memberikan penjelasan bagaiman ajaran islam yang benar. Karena isu ini bukanlah isu yang tiba-tiba muncul dan ramai, lebih dari itu. Umat harus disadarkan, dibalik istilah islamophobia ada rencana jahat guna menjegal laju perjuangan Islam kaffah. Sepak terjang mereka untuk menimpakan kemudaratan pada orang beriman sudah dinyatakan Allah dan firman-Nya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (TQS. Ali Imran:118)
Imam Al Qurthubi memberikan penjelasannya, “Makna mereka tidak henti-hentinya menimbulkan mudarat kepada kalian, mereka tidak akan capek dalam upaya merusak kalian, artinya meskipun mereka tak memerangi kalian, akan tetapi mereka tetap melakukan makar dan tipu daya.”
Selain membongkar skenario jahat orang kafir, umat juga harus disadarkan bahwa penyelesaian islamophobia akan tuntas Ketika syariat kaffah diterapkan secara praktis oleh negara yang disebut dengan Khilafah. Saat itulah seluruh mata akan menyaksikan keadilan dan kesejahteraan yang nyata di hadapan mereka. Fitnah dan tuduhan keji terkait Islam dengan sendirinya akan tertampar realitas yang disuguhkan oleh daulah Islam. Rahmat dan berkah yang dijanjikan Islam akan tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Wallahu a’lam bi ash-showab
__________________________________________
Dukung terus Penamabda.com menjadi media rujukan umat.
Dukung juga channel youtube dan IG Pena Mabda ya sahabat!
Posting Komentar