TANAM KELOR, SOLUSI STUNTING?
Oleh : Sumiati
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Upaya untuk mengatasi masalah stunting disampaikan oleh anggota DPRD F-PDI Perjuangan Kabupaten Bandung, Yayat Sumirat, yang bertekad akan melakukan penanaman pohon kelor di seluruh desa, dan membawa gagasan daun kelor sebagai solusi makanan tambahan dalam mengatasi stunting dalam sebuah kebijakan.
Hal tersebut disampaikan dalam sebuah sosialisasi yang diadakan di Desa Pakutandang di Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu(16/2/22). Sosialisasi tersebut dihadiri sekitar 200 warga terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur, calon pengantin, dan kader-kader posyandu. Hadir juga Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPRD Kabupaten Bandung, Mochamad Luthfi Hafiyyan, Kepala Desa Pakutandang, Suryaji, Camat Ciparay Gugum Gumilar, pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Iis Aisjah, dan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bandung Muhammad Hairun.
Yayat menyebutkan dalam Gerakan Melawan Stunting, HaloPuan memang membawa solusi memanfaatkan daun kelor, tanaman yang sebenarnya banyak tumbuh di Tanah Air tapi kerap diabaikan. Oleh karena itu, dirinya bertekad untuk menggerakkan penanaman pohon kelor di wilayah ini.
Menjadikan daun kelor sebagai makanan tambahan untuk solusi masalah stunting, sangat jauh panggang dari api. Seharusnya yang diselesaikan adalah faktor-faktor penyebab stunting, seperti rendahnya akses terhadap makanan bergizi, asupan vitamin dan mineral, serta buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani yang diterima anak. Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih, menjadi faktor lain yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.
Adapun faktor ibu yang menyebabkan stunting pada anak, adalah kekurangan nutrisi di masa remaja, masa kehamilan, dan juga laktasi. Kondisi kurang mental, hipertensi atau infeksi pada ibu, merupakan faktor penyebab lainnya. Selain itu juga minimnya pengetahuan ibu dalam hal pola asuh terhadap anak, terutama dalam pemberian makanan terhadap anak.
Dari berbagai penyebab stunting pada anak ini, dapat disimpulkan bahwa secara global hal tersebut disebabkan oleh rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat, sehingga tidak mampu dalam memenuhi asupan gizi dalam makanan yang mereka konsumsi. Termasuk ketidakmampuan mereka dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, karena harus membayar bahkan mahal jika ingin mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi. Selain rendahnya tingkat pendidikan rakyat, yang minim pengetahuan.
Tingkat kesejahteraan yang rendah, disebabkan oleh penyebaran kekayaan yang didominasi oleh segelintir orang, sementara mayoritas rakyat berebut bagian yang sedikit. Inilah realitas kehidupan dalam masyarakat yang menerapkan sistem kapitalisme sekularisme. Segala lini kehidupan dikapitalisasi, termasuk layanan kesehatan dan pendidikan, yang menjadi lahan bisnis sehingga banyak rakyat yang sulit mengaksesnya. Apalagi di tengah sempitnya lapangan pekerjaan, yang menciptakan pengangguran, semakin mempersulit kehidupan rakyat.
Oleh karena itu, masalah stunting hanya akan selesai jika tingkat kesejahteraan rakyat meningkat, dengan penyebaran harta kekayaan yang merata di tengah masyarakat. Jaminan negara terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan agar para laki-laki mampu memenuhi nafkah keluarganya, bahkan negara menjamin pemenuhan kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan) dan juga kebutuhan dasar (kesehatan, pendidikan, dan keamanan). Untuk pemenuhan pangan, negara akan memastikan bahwa orang per orang dari rakyat terpenuhi kebutuhan pengannya secara layak, bergizi, dan seimbang.
Selain itu, mudahnya rakyat dalam mengakses pelayanan kesehatan dan pendidikan, sebagai kebutuhan dasar yang menjadi tanggung jawab negara, menjadikan masyarakat yang sehat dan cerdas pada saat yang bersamaan, sehingga akan melahirkan anak-anak generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Konsep masyarakat yang seperti ini hanya ada dalam konsep Islam, yang menjadikan pengaturan urusan rakyat sebagai hal utama dari keberadaan pemimpin. Pemimpin ibarat pelayan bagi rakyatnya, yang tidak akan hitung-hitungan untung dan rugi dalam mengurus rakyatnya, karena rakyat merupakan amanah dari Sang Khalik, yang akan dimintai pertanggungjawaban di hari akhir nanti.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw
" Pemimpin (Al Imam) itu penanggung jawab yang akan dimintai pertanggung jawabannya atas apa yang dipimpinnya"
(HR Bukhari-Muslim)
Wallahu'alam bishshowab
Posting Komentar