Hanya Islam Menghentikan Kecanduan Pornografi
Oleh : Dewi Rhevina, Pelajar/Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok
Hai bestie, apakah sesuatu yang bikin candu dan kerusakannya melebihi narkoba? Itu adalah pornografi. Pornografi yang disebut juga dengan istilah narcolemma atau narkotika lewat mata yaitu segala sesuatu yang dilihat baik berupa gambar, alur cerita, foto maupun video yang melanggar norma-norma kesusilaan dan bisa bikin kecanduan.
Sehubungan dengan itu, survei KPPPA memberikan hasil yang mengejutkan yakni pada 2011 diambil sampel dari delapan provinsi anak-anak sekolah dasar kelas 3 sampai dengan kelas 6, ternyata dari 1.600 anak 90% sudah terpapar pornografi. Begitu juga pada 2016, survei katapedia menyatakan, 36.000 anak terpapar narcolemma. Dalam waktu dua bulan, anak mengakses pornografi sebanyak 30-60 kali di tahun 2018.
Ternyata, anak yang terpapar narcolemma diperiksa menggunakan MRA, terjadi kerusakan pada bagian PFC (Pre Frontal Cortex) yakni bagian otak yang fungsinya vital sebagai manager otak, pusat logika, mengambil keputusan, konsentrasi, merencanakan masa depan, dan empati kepada sesama. Jadi, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi ketika seseorang kehilangan kemampuan ini, maka kelakuannya bisa menjadi rendah melebihi rendahnya hewan. Akhirnya, orang tersebut bisa suka melakukan tindak kejahatan seksual.
Bagaimana bisa pornografi merusak PFC? Ya, bisa. Ketika seseorang pertama kali menonton pornografi, mungkin sistem limbic itu memberi sinyal jijik, tetapi di baliknya ada rasa penasaran. Seseorang yang kurang pemahaman agamanya, kurang pengawasan keluarga, lingkungan hidup yang buruk berpotensi meneruskan penasaran itu, sehingga membuatnya kembali menonton dengan sengaja.
Ketika dia menonton, sistem limbic menghasilkan dopamine yang bisa membuatnya merasakan sensasi menyenangkan. Semakin sering menonton, kadar dopamine yang dihasilkan semakin tinggi dan akan membanjiri PFC. Akibatnya, PFC mengalami pengkerutan karena sudah terbiasa dengan kadar dopamine yang tinggi. Dia akan makin tinggi ketergantungannya sehingga terdorong untuk menonton pornografi lagi dan lagi. Astagfirullah.
Ngeri tentunya. Semua ini terjadi akibat dari penerapan sistem sekuler kapitalis yang memisahkan agama dari kehidupan. Jadi, enggak peduli lagi mana yang halal dan haram, asal menyenangkan baginya. Selama memperoleh kesenangan materi, dia pun sebanyak-banyaknya menonton pornografi. Selain itu, negara kapitalis membiarkan konten-konten pornografi mudah diakses seperti di media sosial.
Di media sosial, banyak tayangan mengandung unsur pornografi dan pornoaksi yang bikin orang lemah iman penasaran pornografi. Pornografi enggak hanya menampilkan gambar hubungan seksual saja, akan tetapi gambar wanita dan laki-laki kelihatan auratnya pun termasuk pornografi. Sedangkan, laki-laki dan perempuan yang mesra-mesraan seperti dalam film-film itu termasuk pornoaksi.
Oleh karena itu, satu-satunya solusi menghentikan generasi muda dari pornografi dengan mengganti sistem sekuler kapitalis dengan sistem Islam yang diterapkan oleh negara. Negara akan menerapkan sistem pendidikan Islam berbasis akidah Islam yang tujuannya membentuk generasi yang punya pola pikir dan pola sikap yang Islami. Generasi yang seperti ini tentunya standar hidupnya halal-haram, bukan asal seneng, sehingga enggak bakalan penasaran dengan konten porno yang dibenci sama Allah SWT karena itu dosa.
Tambahan lagi, negara juga akan mengontrol media supaya tayangan-tayangan yang mengandung pornografi dan pornoaksi enggak beredar di media massa dan media sosial. Jika ada satu media menampilkan pornografi, langsung diberikan sanksi tegas oleh negara. Karena dalam Islam, media fungsinya mengedukasi dan menguatkan ketakwaan, bukan mencari keuntungan sebagaimana media sekarang.
Negara akan menjaga generasi muda agar tidak ada seorang anak pun kecanduan pornografi. Peran keluarga juga tak kalah penting. Orang tua memberi pemahaman agama, juga mendampingi dan mengontrol aktivitas anak. Sinergi antara keluarga dan negara yang berlandaskan kepada ketakwaan akan membentuk generasi cerdas, bertakwa dan mampu memanfaatkan teknologi untuk kemashlahatan umat.
Posting Komentar