Menghentikan Aksi Tawuran Pelajar
Oleh : Binti Masruroh, S,Pd
Tawuran Pelajar seakan menjadi trend remaja dalam sistem sekuler kapitalis sekuler. Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Depok menangkap tujuh anak muda yang hendak tawuran. Para ABG itu diketahui tengah siaran langsung di media sosialnya untuk mencari lawan tawuran. Polisi segera meluncur ke lokasi dan berhasil mengamankan tujuh remaja dan yang lainnya melarikan diri. Polisi berhasil menyita 4 senjata tajam, jenis parang dan clurit dari ABG tersebut. Saat dimintai keterangan komplotan pemuda itu bernia tawuran karena tertantang oleh komentar di Instagram, akhirnya mereka berkeliling mencari lawan yang menantang tersebut. (detiknews.com 27/02/22).
Anggota Satlantas Semarang juga berhasil menggagalkan aksi tawuran sejumlah pelajar SMP di Desa Asinan Kecamatan Bawen Kecamatan Bawen Semarang. Penggagalan aksi tawuran tersebut bermula dari laporan warga sekitar lokasi bahwa ada dua kelompok remaja yang sudah saling berhadapan siap tawuran di sekitar restoran kampung Kopi Banaran. . Satlantas Polres Semarang segera menuju lokasi. Melihat kedatangan polisi para pemuda tersebut segera melarikan diri, polisi berhasil menangkap 8 pemuda. Polisi berhasil mengamankan barang bukti berupa sebilah sabit, 3 buah sabuk gir sepeda motor. (republika.co.id 15 /02/22).
Terus berulangnya kasus tawuran serta penggunaan senjata tajam hingga memakan korban jiwa, seperti yang terjadi di jalan Bhayangkara kota Serang mengakibatkan seorang meninggal, mestinya mendorong evaluasi mendasar pada sistem pembangunan generasi yaitu pendidikan di keluarga, sekolah dan lingkungan).
Maraknya tawuran pelajar karena cara pandang sistem kapitalis sekuler. Paham sekularisme mengajarkan pemisahan agama dari kehidupan. Agama dijauhkan dari kehidupan. Akibatnya melahirkan kebebasan pada diri manusia sehingga manusia bisa berbuat sesuka hati, tidak takut perbuatannya merugikan orang lain dan tidak takut terhadap dosa. Remaja merasa bebas mendapatkan eksistensi sebagai makhluk dewasa, tanpa diiringi ketaatan terhadap agamanya.
Cara pandang sekuler liberal juga dipengaruhi oleh pendidikan yang diterapkan oleh negara. Pendidikan tidak jarang hanya ditujukan untuk keberhasilan di tingkat intelektualitas. Pendidikan hanya mengejar nilai uang tinggi, agama hanya sekedar pelajaran tambahan yang sifatnya sekedar keilmuan, tidak untuk diterpakan, kecuali hanya yang berhubungan dengan ibadah mahdhah. Sehingga tidak jarang pelajar tidak memahami jati dirinya. Sehingga Ketika ingin menunjukkan eksistensi diri, tawuran antar pelajar menjadi solusi alternatif.
Hal ini sangat berbeda dengan corak sistem Pendidikan Islam. Islam memandang generasi adalah aset masa depan bangsa. Sehingga perhatian terhadap anak darus dilakukan pada pendidikan keluarga , masyarakat dan negara. Dalam keluarga Islam memerintahkan orang tua untuk memperkenalkan anaknya sejak dini bahwa dirinya adalah hamba Allah, mendidik anak-anak mereka dengan ketakwaan dan ketaatan. Sehingga anak akan memiliki kesadaran bahwa mereka harus terikat terhadap hukum syariat. Allah SWT berfirman yang artinya “ Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka “ (TQA at Tahrim :6).
Dari sisi masyarakat, Islam memerintahkan masyarakat untuk saling tolong menolong, amar ma’ruf nahi mungkar. Sehingga terbentuklah suasana keimanan dalam kehidupan masyarakat, bukan suasana menunjukkan eksistensi dengan cara yang salah.
Sementara negara berperan menyediakan pendidikan yang berbasis Aqidah Islam. Sistem Pendidikan Islam terbukti berhasil mewujudkan generasi yang fakih fiddin, generasi yang memiliki berkepribadian Islam, generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan ajaran Islam, serta menguasai Iptek.
Dengan menerapkan sistem pendidikan Islam dibawah naungan Khilafah Islamiyah, akan menghentikan segala bentuk aksi tawuran pelajar seperti yang terjadi pada saat pelaksanaan sistem sekuler saat ini. Yang ada adalah para pelajar yang gemar menuntut ilmu, berhati-hati dalam setiap perbuatannya, berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan, saling membantu, saling tolong menolong, saling memaafkan karena mereka paham hakekat jati dirinya adalah sebagai hamba Allah SWT yang dihidupkan di dunia dalam waktu yang sangat singkat memiliki tugas untuk beibadah kepada-Nya, dan nanti dia akan dimintaipertanggung jawaban atas semua perbuatan yang dilakukan di dunia.
Wallahu A’lam bi ash-showab
Posting Komentar