Politik Klenik Di Tengah Polemik (IKN)
Oleh : Esnaini Sholikhah,S.Pd
(Pendidik dan Pengamat Kebijakan Sosial)
Beberapa waktu yang lalu Presiden Jokowi telah melakukan kemah dengan para Gubernur di titik nol Ibu Kota Negara (IKN), Kalimantan Timur. Dalam acara tersebut, telah hadir para gubernur se-Indonesia untuk melaksanakan ritual 'Kendi Nusantara'. Untuk pelaksanaan ritual 'Kendi Nusantara', para gubernur diminta membawa tanah dan air dari daerah asalnya masing-masing. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Juru Bicara Gubernur Kalimantan Timur, HM Syafranuddin. "Air satu liter dan tanah sekitar 2 kilogram, nantinya akan disatukan dalam kendi. Selanjutnya, ujar dia, tanah dan air tersebut akan diisikan ke dalam 'Kendi Nusantara' untuk disimpan di titik nol IKN Nusantara. Para gubernur se-Indonesia kemudian mengumpulkan tanah dan air dari daerah masing-masing.
Ritual mengisi Kendi Nusantara yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama 34 gubernur se-Indonesia di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dinilai sebagai bentuk politik klenik. "Praktek semacam itu dalam terminologi sosiologi budaya dan sosiologi politik bisa dikatagorikan sebagai politik klenik. Suatu praktik politik mengimplementasikan kemauan penguasa (IKN) berdasar imajinasi irasionalitasnya yang meyakini semacam adanya mistisisme tertentu," kata pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun kepada Kompas.com, Minggu (13/3/2022).
Menurut Ubedilah, praktik mengisi Kendi Nusantara dan membawa tanah dan air dari seluruh provinsi adalah sesuatu yang mengada-ada tetapi diyakini sebagai sebuah hal yang mengandung pesan mistik. Politik klenik itu menunjukkan suatu kemunduran peradaban politik. Praktik itu bertentangan dengan rasionalitas masyarakat modern. Sebab politik modern yang menghadirkan pemerintahan modern meniscayakan syarat rasionalitas dalam seluruh implementasi kebijakannya. Membawa kendi berisi air dan tanah dari 34 provinsi itu sesuatu yang irasional," ucap Ubedilah.
Presiden Jokowi berkemah di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, mulai Senin (14/3/2022) sampai Selasa (15/3/2022). Agenda kemah tersebut juga dihadiri oleh sederet pejabat pemerintah pusat dan gubernur dari 34 provinsi se-Indonesia. Ini Maknanya Kendi Nusantara yang berisi tanah dan air yang tercampur dari 34 provinsi, akan diletakkan di titik nol IKN sebagai titik awal pembangunan IKN. Prosesi ritual Kendi Nusantara disinyalir mengandung filosofi sebagai pengingat asal usul nenek moyang dan kearifan leluhur. Dalam kegiatan itu, Jokowi mengatakan filosofi proses penyatuan tanah dan air dari 34 provinsi adalah wujud dimulainya proses pembangunan IKN Nusantara. "Pada hari ini Senin 14 Maret 2022 hadir bersama-sama di sini dalam rangka sebuah cita-cita besar dan pekerjaan besar, yang akan kita segera mulai yaitu pembangunan Ibu Kota Nusantara," kata Jokowi di lokasi acara, seperti dilansir dari Kompas TV, Senin (14/3/2022). Jokowi mengatakan, acara ini dihadiri oleh 34 kepala daerah dari 34 provinsi di Indonesia. Hadir pula 15 tokoh masyarakat dari Kalimantan.
Di tengah penolakan dan proses gugatan masyarakat terhadap kelanjutan proyek IKN, pemerintah justru memamerkan politik klenik yang bermakna mengundang azab Sang Khaliq. Bahkan pakar antropolog pun mengatakan hal tersebut bertentangan. Berbeda dengan sistem Islam yang memprioritaskan pembangunan sesuai kebutuhan umat (rakyat), sehingga setiap daerah akan berkembang, dan pembangunan akan dirasakan oleh masyarakat setempat. Sedangkan dalam masalah investasi, Islam memiliki kekhasan untuk tidak mengizinkan investasi dari Barat untuk pembangunan dalam Negara Islam, dengan sebuah pertimbangan politis bahwa apapun yang dapat melemahkan kedaulatan Negara Islam akan dihindari. Khalifah berdaulat untuk menentukan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan kepentingan rakyatnya. Dalam sistem Pemerintahan Islam, terdapat institusi yang bernama Majelis Umat. Di sinilah rakyat mengadukan segala permasalahan yang dialaminya. Majelis umat juga dijadikan sebagai tempat penyaluran aspirasi masyarakat. Jika kebijakan seorang pemimpin keliru, maka tempat ini menjadi wadah bagi masyarakat Islam melakukan muhasabah. Dan pemimpin Islam karena keimanannya, akan menerima ihlas dan dengan rasa bersyukur. Negara Islam adalah negara Merdeka dan Berdaulat yang terbukti selama 1400 Tahun lamanya.
Sedangkan jika membahas simbol dalam menjaga persatuan dan keberkahan negeri untuk level seorang kepala negara, dalam Islam sudah ada tuntunan yang sempurna. Siapa lagi kalau bukan tuntunan dari Nabi Muhammad SAW. Sebab Rasullullah SAW tidak hanya dikenal sebagai pemimpin bagi umat Islam. Namun ia juga dikenal sebagai pemimpin sebuah negara/daulah Islam yang besar. Sebuah negara yang berisikan berbagai macam agama (tidak hanya berisikan umat Islam saja) dan keberagaman; berbagai suku, ras, daerah dan kebudayaannya.
Pada awal dan pemulaian kepemimpinannya di Madinah, Rasullullah SAW pernah menyatukan antara suku Suku Aus dan Khazraj kedua suku yang telah bermusuhan sejak zaman jahiliah. Ketika Nabi berhijrah dari Makkah ke Madinah, permusuhan di antara mereka pun berhenti karena Rasulullah telah mendamaikannya. Terlebih-lebih saat daulah Islam di Madinah telah berdiri, Rasulullah SAW mampu menyatukan antara kaum yang berbeda-beda dalam berbagai hal tersebut bersatu dan penuh perdamaian.
Dalam kepemimpinannya Rasulullah berhasil mempersatukan seluruh umat Muslim menjadi bersaudara serta membuat perjanjian dengan kaum Yahudi. Saling tolong menolong terutama bila ada serangan musuh di Madinah dan mereka harus sama-sama memperhatikan dan membangun negeri. Selain dari itu, kaum Nasrani dan umat lainnya juga merdeka, mereka tidak dipaksa untuk memeluk Islam namun mereka diberikan kebebasan dalam beribadah menurut kepercayaan masing-masing. Tanpa harus saling menganggu antar satu sama lain. Hal tersebut juga diteruskan di masa kepemimpinan para khalifah pengganti Nabi. Daulah Islam merupakan negara khas yang bersistem sesuai tuntunan Kitabullah dan Sunnah, akidah dan syariat Islam merupakan standar dalam memimpin dan perbuatan kaum Muslim. Maka wajar jika Islam mampu memelihara keberagaman dan persatuan yang riil bagi seluruh warga negaranya, baik antar sesama Muslim maupun dengan umat lainnya. Daulah Islam adalah satu-satunya simbol yang shahih dan hakiki di dalam memelihara persatuan yang diajarkan Islam. Walhasil keberkahan bagi negeri pun Allah limpahkan dari langit dan bumi. Kedamaian, ketenteraman, keamanan dan kekayaan alam bagi kesejahteraan seluruh warga negara tanpa terkecuali dari mereka.
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. al-A'raf : 96).
Ritual Kendi Nusantara adalah gambaran nyata pelaksanaan pemerintahan denganenggumakan sistem demokrasi, kesyirikan dilanggengkan bahkan dijadikan cara untuk meredam gejolak penolakan publik. Sedangkan Islam mempersatukan seluruh umat yang berbeda suku, agama dan ras cukup dari aturan sang Khaliq, yaitu Al Quran dan Assunnah saja.
Wallahu A’lam bisshowab.
Posting Komentar