Ritual Pantai Payangan, Buah Diterapkannya Sistem Asal-asalan
Oleh : Syifa Islamiati
Beberapa waktu lalu, jagad maya dipenuhi dengan pemberitaan ritual maut yang terjadi di Pantai Payangan, Jember. Ritual sesat yang memakan korban jiwa berjumlah belasan orang tersebut berawal dari datangnya rombongan padepokan tunggal jati nusantara berjumlah 24 orang ke pantai Payangan.
Mereka melakukan ritual tersebut dengan maksud menyucikan diri. Dan yang melakukan ritual di bibir pantai sebanyak 20 orang sedangkan 4 orang lainnya melakukan ritual di atas tebing. Sungguh malang, mereka yang melakukan ritual di bibir pantai sempat diterjang ombak sebanyak 2 kali. Nahasnya, 13 dari 20 orang tersebut hanyut terbawa ombak dan ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa, selebihnya berhasil lari dari terjangan ombak dan selamat. (republika.co.id, 16/02/2022)
Pantai Payangan, selain menjadi tempat pariwisata alam, juga sering dijadikan lokasi untuk melakukan ritual bagi sebagian orang. Bukan hanya rombongan tersebut yang melakukan ritual, sebelumnya banyak pula rombongan dari berbagai daerah yang datang ke pantai payangan untuk melakukan ritual dengan maksud yang beragam.
Tidak aneh jika masyarakat hari ini berbondong-bondong melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan harta kekayaan yang melimpah, pangkat/jabatan yang tinggi, dan sejenisnya, walaupun dengan jalan yang sangat berbenturan dengan syari'at, semisal ritual. Hal tersebut bisa terjadi salah satunya karena faktor lemahnya akidah masyarakat hari ini.
Ritual yang dimaksud di sini adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang secara turun temurun yang melakukan serangkaian upacara sesembahan di sebuah tempat tertentu dengan tujuan tertentu. Ritual tersebut merupakan budaya yang sulit dihilangkan di tengah-tengah masyarakat hari ini. Terlebih masyarakat di pedesaan yang masih sangat kental dengan budaya tersebut.
Ritual sesat tersebut mulai terjadi pada abad ke 2-4 setelah masehi. Mengapa mereka masih melakukannya sampai saat ini? Tentu kesalahan bukan hanya datang dari faktor individunya saja, masyarakatnya pun juga seharusnya mampu menaikkan level pemikiran dan mengikatkan tingkah lakunya sesuai syari'at. Sehingga ada semangat untuk saling menasehati dan beramar makruf nahi munkar. Tapi kenyataan hari ini kan justru sebaliknya. Masyarakat lebih cenderung pada gaya hidup hedonis tidak lagi peduli dengan orang lain, yang mereka pikirkan hanya kebahagiaan diri sendiri yang sifatnya materialistik.
Begitu juga peran negara, jelas dibutuhkan dalam menjaga akidah umat yang mulai melemah dan terkikis oleh zaman. Tetapi tidak mungkin negara dengan sistem sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) yang dianut saat ini mampu melakukannya. Negara hari ini justru memberikan ruang dan kebebasan terhadap masyarakat untuk melakukan hal-hal yang sekalipun dilarang oleh agama, atas nama hak asasi manusia. Sehingga mereka dengan bebas melakukan apapun sekehendak hatinya karena merasa tidak mengganggu orang lain.
Diterapkannya sistem sekuler saat ini merupakan pangkal utama lahirnya masyarakat dengan berbagai macam tingkah laku dan perbuatan serta pemikiran yang menyimpang. Sistem yang asal-asalan seperti inilah yang jelas-jelas rusak dan merusak. Negara justru seolah menghalangi masyarakat menjalani kehidupan sesuai dengan aturan agama. Ini bisa dilihat dari buruknya sikap penguasa terhadap aktivis-aktivis dakwah. Bagi negara sekuler, agama hanya sebatas ibadah seremonial semata.
Berbeda dengan Islam, Islam adalah diin yang sempurna. Ketika negara menerapkan syari'at Islam maka negara dengan mudah mampu mengontrol setiap kegiatan masyarakat. Negara juga akan memastikan bahwa seluruh aktivitas masyarakat terikat dengan hukum syara'. Akan terbentuk pula masyarakat dengan pemikiran yang cemerlang sehingga tidak mudah terpengaruh oleh ajaran-ajaran sesat, dan mereka mampu membentengi diri dari pemikiran-pemikiran sesat tersebut.
Maka kecil kemungkinan masyarakat melakukan hal-hal yang jelas-jelas dilarang oleh Allah Swt, jikalau pun ada, negara pasti akan turun tangan dan bertindak tegas memberikan sanksi terhadap pelaku maksiat tersebut. Maka dari itu, sangat penting bagi kita mempelajari Islam kaffah agar memiliki bekal untuk menangkal segala pemikiran-pemikiran sesat. Dan kita berkewajiban mendakwahkan ajaran-ajaran Islam sehingga syari'at dapat ditegakkan dan kasus seperti tersebut di atas tidak akan kita jumpai lagi. InsyaAllah.
Posting Komentar