CFW Ajang Eksis atau Krisis?
Oleh : Friyanti
Remaja milenial yang melek media sosial pasti sudah hafal dengan ajang yang diadakan di Citayam. Ajang yang hits di dunia maya, Citayam Fashion Week (CFW) yang ada dikawasan SCBD mendadak viral.
Pasalnya, puluhan remaja dari berbagai umur dengan bermacam kostum berkumpul disana, adu gaya berpakaian, dan berlenggak-lenggok bak model kenamaan melintasi zebra cross di tengah jalan raya kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat. (Kompas.com, 24 juli 2022)
Fenomena ini mengundang banyak kontra dikalangan masyarakat, namun tidak sedikit pula dukungan dari berbagai kalangan. Rasanya sangat disayangkan, kebebasan berekspresi yang salah kaprah dan kebablasan ini akhirnya ditiru oleh berbagai remaja di daerah lainnya.
Jika ajang ini tetap dibiarkan, tanpa ada tindakan dari pemerintah maka akan memungkinkan melahirkan remaja-remaja yang jauh dari nilai-nilai agama, fokus mereka akan tertuju pada kebahagiaan sementara, seperti senang dengan mengkoleksi fashion kekinian dan dunia gemerlap, yang lebih mengarah kepada gaya hidup hedonis dan tidak peka dengan permasalahan bangsa.
Hal ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Ajang eksistensi diri ini harus segera digantikan dengan aktivitas yang baik yang mendatangkan manfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan bangsa. Gaya hidup yang hedonis dan sekuler ini bukanlah ciri dari remaja muslim yang sehat tapi ini gambaran dari generasi yang krisis.
Dalam sejarah Islam telah memberikan teladan seorang remaja muslim dengan kepribadian yang baik, cerdas, memiliki pengetahuan yang luas dan peka terhadap permasalah umat. Dialah Muhammad Al-Fatih, remaja yang diusia remajanya sudah menjadi pemimpin dan mampu menaklukan kota Konstantinopel.
Untuk menjadi sosok seperti Muhammad Al-Fatih, tentunya disini penting adanya sinergi antara peran orangtua, masyarakat dan negara. Orang tua harus memberikan pendidikan yang cukup untuk anaknya dan masyarakat pun memiliki peran penting untuk menciptakan suasana lingkungan yang islami. Begitu juga dengan peran negara, negara harus hadir di tengah-tengah remaja, untuk mendidik anak bangsa agar peka terhadap permasalahan bangsanya, bukan malah mendukung kebebasan berekspresi.
Sudah menjadi tanggungjawab seorang pemimpin, untuk menyiapkan penerus generasi anak bangsa yang baik, bukan membiarkan remaja asik dengan kebahagiaan yang fana dan tidak memiliki tujuan hidup.
Seorang pemimpin muslim itu berat pertanggungjawabannya di hadapan Allah.
Rasulullah SAW bersabda: "Imam [kepala negara] itu laksana penggembala, dan dialah penanggung jawab rakyat yang digembalakannya."
Seorang pemimpin diibaratkan seperti pengembala yang bertanggung jawab, agar hewan-hewan yang digembalakannya terjaga dengan baik dan terpenuhi semua kebutuhannya.
Namun, sudahkan pemimpin saat ini menjalankan amanahnya dengan baik? Jika belum, maka sudah saatnya pemimpin merangkul anak bangsa dan mengurusinya dengan menanamkan nilai-nilai keislaman sebagai standar penentu perbuatan.
Jika sinergi antara orangtua, masyarakat dan negara sudah terbentuk, maka akan teracipta remaja-remaja yang berprestasi dan mampu mengukir sejarah bukan remaja yang hanya sekadar eksis.
Wallahu a'lam bishowab.
Posting Komentar