Penyebab Gagal Ginjal Pada Anak
Oleh: Khantynetta.
Fenomena kasus gagal ginjal akut yang membuat banyak masyarakat khawatir mulai menemukan titik terang. Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin pun membeberkan penyebab di balik lonjakan kasus dari penyakit yang banyak menyerang balita tersebut.
Budi mengungkapkan, jumlah kasus gagal ginjal akut terdeteksi naik tajam di Indonesia sejak Agustus 2022. Sejak saat itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan pemeriksaan patologi untuk mencari tahu penyebabnya. Namun, dari hasil uji patologi ditemukan bahwa gagal ginjal akut bukan diakibatkan oleh virus, bakteri, atau parasit. Sebab, Kemenkes tidak menemukan sama sekali adanya bakteri leptospira di seluruh pasien gagal ginjal akut. Bakteri leptospira adalah salah satu faktor utama penyebab gagal ginjal.
Budi menyebutkan, 7 dari 10 pasien gagal ginjal di Indonesia yang dilakukan analisis toksikologi menunjukkan bahwa darahnya mengandung zat kimia berbahaya yang terkandung dalam obat sirup. Selain itu, seluruh pasien yang dinyatakan meninggal dunia juga menunjukkan ciri-ciri kerusakan ginjal akibat zat berbahaya tersebut
Hingga Senin (24/10/2022) Kemenkes mencatat, kasus gangguan ginjal akut telah mencapai 245 kasus di 26 provinsi dengan angka kematian di atas 57%. Angka kematian tersebut menunjukkan kenaikan, di mana pada Jumat (21/10/2022) lalu, jumlah kematian yang tercatat baru 133 pasien dengan fatality rate 55%.(Cnbc Indonesia, 13/10/2022).
Hampir semua obat jenis sirup mengandung zat pelarut. Zat pelarut digunakan agar sirupnya homogen, tak ada gumpalan. Pelarut obat sirup ini antara lain propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, gilserin/gliserol.
Namun, dalam setiap proses pembuatannya, pelarut ini mengeluarkan zat kimia yang tak diharapkan [cemaran]. Ibaratnya kemunculan asap ketika seseorang memasak sesuatu.
Zat cemaran dari pelarut itu adalah etilon glikol (EG), dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol butil ether (EGBE). Ketiga zat ini sudah pasti muncul, akan tetapi kadarnya tak boleh melebihi ketentuan.
BPOM menyatakan kadar tiga senyawa ini tak boleh dikonsumsi melebihi 0,5mg per kilogram berat badan per hari karena akan menjadi racun.
Orang yang mengkonsumsi melebihi ketentuan ini berisiko mengalami gangguan ginjal, karena ketiga senyawa tersebut memicu asam oksalat dalam tubuh dan selanjutnya membentuk kristal tajam di dalam ginjal.
Tapi kenyataannya, obat-obat sirup dengan cemaran melampaui ambang batas ini beredar di apotik, puskesmas, rumah sakit, toko-toko, meski telah memiliki stempel BPOM yang menjelaskan obat ini aman dikonsumsi. Akibatnya ratusan anak meninggal akibat gagal ginjal setelah mengonsumsinya.(Bbc.Com, 25/ 10/ 2022 )
Butuh Perhatian Serius.
Kasus gangguan ginjal akut pada anak sebelumnya terjadi di Gambia di mana 70 anak meninggal setelah mengkonsumsi obat sirup.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengaitkan perusahaan obat asal India, Maiden Pharmaceuticals terhadap kematian puluhan anak di Gambia ini.
Kasus gagal ginjal juga bukan insiden baru karena sudah terjadi di banyak negara sebelumnya seperti di Bangladesh (2009), Nigeria (2008), China (2006), Panama (2006), India (1998),Haiti (1995), Amerika Serikat (1937). Korbannya mencapai ratusan jiwa, dan diketahui terjadi karena obat yang tercemar Dietilen Glikol (DEG).
Associate Professor di Departemen Kimia, Universiti Putra Malaysia, Profesor Bimo Ario Tejo menengarai kematian gagal ginjal pada anak belakangan ini disebabkan “penggunaan bahan baku sub-standar”.
Menurutnya, pandemi Covid-19 membuat bahan baku pelarut obat ini mengalami kelangkaan di pasaran, sementara permintaannya tinggi. Demi menekan biaya produksi, kata dia, industri farmasi menggunakan bahan baku di bawah standar.
“Hal ini membuka kemungkinan beredarnya bahan baku obat yang tidak sesuai standar untuk memenuhi permintaan pabrik obat. Jadi betul, pandemi menjadi sebab tragedi ini,” tambahnya.
Bimo melanjutkan bahan baku pelarut obat sirup di bawah standar yang berasal dari China atau India bisa masuk ke suatu negara disebabkan pengawasan yang longgar.
Tanggung Jawab Negara.
Kegagalan sistem demokrasi telah tampak pada penanganan penyakit gagal ginjal akut ini.Padahal kesehatan adalah salah satu tonggak pembangunan kualitas generasi.
Urusan umat tidak bisa di tangani dengan skema kerja individualistis. Sudah semestinya ada serangkaian tindakan penguasa yang mengakomodasi berbagai aspek demi menjaga kesehatan warganya, termasuk hal--hal Selain kesehatan terkait penunjang kesehatan seperti ekonomi, pendidikan, ketahanan pangan serta politik.
Anak--anak terancam keselamatan jiwanya, padahal keselamatan jiwa adalah satu hal yang sangat penting harus di jaga. Islam mengajarkan bahwa nyawa manusia harus di utamakan. Menjaga keselamatan hidup adalah satu perkara pokok yang harus menjadi perhatian negara, apalagi negara ibarat junnah atau perisai bagi rakyatnya.Rasulullah Saw bersabda, "hancurnya dunia lebih ringan bagi Allah di bandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak."
Penerapan standarisasi produk yang aman untuk kesehatan dan tentu saja halal, menjadi tanggung jawab negara. Keselamatan nyawa harus menjadi perhatian utama dan tidak boleh di kalahkan oleh pertimbangan ekonomi.
Wallahu'alam bishawwab.
Posting Komentar