Presiden Jokowi Diyakini Bakal Mengambil Langkah Serius Dalam Pencapresan, Perlukah?
Oleh: M. Za'far A.
Presiden Jokowi diyakini bakal mengambil langkah serius dalam pencapresan. Hal itu terjadi jika tak ada capres yang mencapai suara 30% di survei. Langkah apa yang dilakukan Jokowi?
Perihal kabar itu diungkap salah satu Ketua DPP PKB, Faisol Riza, lewat sebuah unggahan di akun Instagram pribadinya @faisol8418. Dia menyatakan keyakinannya jika Jokowi akan mengambil langkah serius.
Langkah serius itu kata Faisol akan dilakukan setelah Jokowi melihat tidak ada capres yang elektabilitasnya mencapai angka stabil.(detik.com)
Mencuatnya isu adanya langkah serius yang akan dilakukan presiden bisa jadi menunjukkan bahwa selama menjabat jadi presiden dua periode presiden belum serius dengan amanah jabatannya.
Meskipun ini hanya isu, akan tetapi langkah serius yang dimaksud memang membuat publik bertanya. Langkah serius apa yang dimaksud presiden masih menyisakan pertanyaan yang belum mendapatkan jawaban.
Hanya saja jika kita melihat dari kinerja pemerintah selama dua periode memang sangat tampak bahwa pemerintah telah banyak menebar janji manis yang belum tertunaikan.
Seharusnya pemerintah fokus pada kinerja dan menuntaskan PR yang belum usai. Hal ini supaya jabatan kekuasaan ditinggalkan dengan jejak yang baik. Apalagi masa berkuasa tinggal dua tahun, hendaknya meninggalkan dan memberikan kenangan baik untuk rakyat. Jangan sampai setelah meninggalkan kursi kekuasaan justru menambah beban masa depan, karena telah menambah penderitaan rakyat.
Memang benar bahwa elektabilitas berpengaruh terhadap keterpilihan calon presiden. Hanya saja saat ini elektabilitas bisa dimanipulasi. Apalagi dengan sosial media yang mendominasi. Cukup dengan modal viral dengan politik pencitraan dimungkinkan elektabilitas tinggi.
Banyak tidak sadar bahwa elektabilitas sebenarnya tidak lah berpengaruh besar terhadap kebaikan sebuah bangsa. Kita lupa bahwa untuk menjadi bangsa besar dan beradab tidak hanya soal personal yang hebat dan kompeten. Akan tetapi dibutuhkan juga sistem yang handal. Sistem inilah yang akan digunakan untuk menyelesaikan semua persoalan bangsa.
Jika kita mau jujur sejak masa reformasi negeri ini sudah beberapa kali ganti presiden. Mulai dari BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan sekarang Jokowi. Pemimpin berganti akan tetapi kehidupan masyarakat tetap jauh dari kata sejahtera dan bahagia. Ini tidak lain karena memang sistem yang digunakan adalah sistem bermasalah. Aturan yang digunakan justru semakin memiskinkan rakyat.
Bagaimana tidak, tiap pergantian periode presiden pasti terjadi kenaikan BBM, kenaikan tarif dasar listrik dan kenaikan pajak. Pembangunan infrastruktur banyak akan tetapi hutang juga terus menumpuk. Belum lagi angka kejahatan yang terus meningkat. Pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan justru semakin mahal.
Semua ini harusnya sudah cukup membuka mata dan fikiran para intelektual dan politisi bahwa negeri ini butuh ganti sistem. Tidak cukup ganti rezim. Apalagi persoalan elektabilitas.
Bukan saatnya lagi membicarakan elektabilitas calon presiden. Tidak saatnya lagi untuk memberikan janji manis kepada rakyat. Selama sistem demokrasi kapitalisme yang bertahta maka siapapun rezim yang berkuasa kebijakannya pasti pro korporasi dan kapitalis. Rakyat sudah bosan hidup dalam mimpi dan angan-angan sejahtera. Hanya sistem Islam yang mampu memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi rakyat negeri ini dan seluruh alam.
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan.(TQS.Al A'raf : 96)
Posting Komentar