Generasi Muda Hasil Didikan Sekularisme: Brutal dan Sadis!
Oleh: Arie Andina
Penamabda.com - Yang muda yang berkarya! Ungkapan ini mencerminkan identitas generasi muda yang memiliki jiwa penuh semangat, optimisme tinggi, kreativitas tak terbatas, dan pemikiran yang luas, serta kaya akan prestasi. Generasi muda sejatinya merupakan aset negara. Pada pundak merekalah dititipkan amanah untuk memimpin peradaban di masa depan.
Namun kini realita sungguh berbeda. Generasi muda saat ini semakin tenggelam dalam kerusakan zaman yang menyebabkan taraf berpikir mereka semakin merosot. Kalaupun mereka cerdas berprestasi namun moral dan mental yang terdegradasi. Tak heran jika sepak terjang generasi muda saat ini kerap diwarnai oleh tindakan kasar hingga berbau kriminalitas.
Generasi Muda dan Tindak Kekerasan
Masih segar dalam ingatan tentang kasus viral penganiayaan oleh anak seorang pejabat negara, Mario Dandy Satriyo (20) terhadap David Ozora (17) yang menyebabkan korban sempat mengalami koma. Menurut Psikolog Forensik, Reza Indragiri Amriel, motif Mario menganiaya David adalah motif emosional dan instrumental, yaitu motif untuk mendapatkan pujian, kekaguman, dan sensasi rasa hebat (Tribunnews.com 28/2/2023).
Selepas kasus Mario, khalayak kembali dikejutkan oleh kasus pembunuhan dan mutilasi secara sadis yang dilakukan seorang pemuda berusia 23 tahun, di Sleman Yogyakarta. Tak hanya itu, pelaku bahkan sadis mencincang korban menjadi 65 bagian dengan niat untuk menghilangkan jejak. Alasannya membunuh karena ingin menguasai harta korban untuk melunasi hutang pinjaman online (bbc.com, 23/3/2023).
Tak kalah mencengangkan, deretan kasus kekerasan yang dilakukan antara sesama pelajar pun menembus angka fantastis. Menurut data Simfoni PPA, pada tahun 2022 kekerasan antara remaja di Indonesia mencapai 16.106 kasus (Kemdikbud.go.id, 10/2/2023). Hal ini menunjukkan bahwa kekerasan yang dilakukan anak belasan tahun ini merupakan permasalahan yang sangat serius.
Diberitakan oleh DetikNews.com (24/3/2023), tiga orang remaja berstatus anak berkonflik hukum (ABH) membacok seorang remaja SMP hingga tewas sambil ditayangkan secara langsung melalui siaran Instagram. Diketahui, motif ketiga pelaku melakukan aksi keji itu lantaran tidak terima karena korban menuduh ketiga pelaku melakukan vandalisme di gedung sekolahnya.
Belum lagi aksi tawuran antar pelajar yang cukup meresahkan masyarakat. Bahkan selama Ramadhan ini terjadi fenomena tawuran yang berkedok perang sarung di sejumlah wilayah. Di balik sarung terdapat batu sampai senjata tajam yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga bisa melukai pihak lawan. Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat menggelar patroli pada waktu sahur guna mencegah anak-anak atau pemuda melakukan perang sarung hingga balap liar (metro.suara.com 27/3/2023).
Hasil Didikan Sistem Sekulerisme
Bukan salah ibu mengandung! Beginilah wajah generasi muda hasil didikan sistem sekularisme yang menafikan peran agama dalam kehidupan. Tidak bisa dipungkiri bahwa sistem sekuler liberalisme yang menyetir semua elemen pembentuk karakter generasi, -yaitu keluarga, masyarakat, dan negara- merupakan akar permasalahan penyebab brutalnya generasi muda.
Lingkungan keluarga yang bermasalah serta sosial masyarakat yang apatis dan tidak kondusif, membuat pemuda minim pengawasan saat mengekspresikan eksistensinya. Sedangkan negara gagal menjamin sistem pendidikan yang dapat membentuk kepribadian generasi yang berakhlak mulia.
Media informasi dalam sistem sekuler kapitalisme pun menyumbang peran besar dalam menghancurkan generasi. Tontonan kekerasan menjadi asupan sehari-hari, sehingga tidak heran jika generasi muda terobsesi menirunya di kehidupan nyata. Dalam sistem kapitalisme, akses terhadap tontonan negatif seperti ini tidak akan benar-benar diblokir, selama di sana masih ada keuntungan.
Selamatkan Generasi Muda dengan Sistem Islam
Untuk menyelamatkan generasi muda dari kerusakan, maka dibutuhkan solusi yang mampu menuntaskan hingga ke akar masalah. Solusi itu hanya datang dari Islam yang memuliakan manusia dengan aturan-aturan sempurna yang datang langsung dari Sang Pencipta. Sehingga hanya dengan penerapan Islam secara kaffah maka generasi muda akan terselamatkan dari kerusakan sistem sekuler liberalisme penyebab rapuhnya generasi.
Dalam sistem Islam, keluarga adalah benteng pertahanan pertama bagi anak. Pola didik dan pola asuh orang tua sangat penting bagi perkembangan anak. Sehingga wajib bagi setiap keluarga muslim menjadikan akidah Islam sebagai asas dalam mendidik anak. Pendidikan dari keluarga yang berbasis akidah Islam sejak dini akan membentuk karakter iman dan ketaatan yang dapat menjauhkan pemuda dari aktivitas yang dilarang oleh syariat.
Di samping itu, sistem Islam akan memastikan peran dan fungsi masyarakat sebagai kontrol sosial dapat berjalan dengan baik melalui amar makruf nahi mungkar. Budaya saling menasihati dalam masyarakat akan memberi lingkungan pergaulan yang kondusif bagi generasi muda agar aktivitasnya selalu berada dalam koridor syariat. Sehingga memperkecil peluang terjadinya kerusakan yang ditimbulkan akibat kenakalan remaja.
Begitu pula negara yang menerapkan sistem Islam akan menjalankan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Hasil pendidikan ini akan membentuk generasi emas berkepribadian Islam yang bermental kokoh karena keimanannya kepada Allah SWT. Dengan sistem pendidikan Islam, maka kelak akan lahir kembali pemuda-pemuda hebat yang nantinya akan menorehkan karya yang luar biasa, seperti dahulu para pemuda-pemuda Islam pernah tercatat dalam lembar emas sejarah kejayaan Islam.
Selain menjamin sistem pendidikan Islam, negara juga wajib mengontrol media baik cetak maupun online untuk menyaring konten yang berbau kekerasan, maupun konten negatif lainnya. Media massa sepenuhnya dikendalikan oleh negara, dimana negara akan mengawasi konten-konten yang akan disuguhkan kepada masyarakat terutama pada generasi muda.
Peradaban Islam terbukti melahirkan generasi yang berkualitas dan berakhlak mulia. Maka tidak terbantahkan lagi solusi dari kerusakan generasi saat ini adalah dengan mengganti sistem rusak sekularisme kapitalisme dan kembali menerapkan sistem Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahu a’lam bish shawab.
Posting Komentar