Baby blues Semakin Merebak dalam Dunia Sekuler
Baby Blues adalah gangguan kesehatan mental yang banyak terjadi pada ibu hamil dan ibu menyusui. Hal ini ditandai dengan mental yang buruk seperti halnya depresi. Maraknya beby blues akan berdampak pada kesehatan ibu dan anak jangan panjang, dan inilah yang dikhawatirkan Ketua komunitas Wanita Indonesia Keren (WIK) dan psikolog Dra Maria Ekowati. Dilansir Detik.com, Jumat (26/5/2023).
Tingginya kasus Baby Blues dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal mau eksternal. Pertama faktor internal, kesiapan seseorang untuk menjadi ibu, di mana keadaan mental yang dipengaruhi oleh ilmu dan tsaqafah yang ada pada dirinya terkadang belum mencukupi. Berikutnya cara pandang terhadap hidup berumah tangga, mendidik anak dan merawatnya, juga segala hal yang berkaitan dengan peran ibu. Lalu kemudian yang kedua faktor eksternal, baik keadaan ekonomi, kondisi finansial, dan support suami beserta keluarga besar dengan lingkungan yang sehat.
Dalam sistem sekuler-kapitalis yang berorientasikan materi, hubungan suami istri terkadang hanya berlandaskan pelampiasan hawa nafsunya, sehingga tidak memberikan support system terhadap seorang ibu. Pada sistem ini hanya kekosongan yang didapatkan oleh seorang ibu terkait peran agama dalam kehidupan. Kehidupan yang jauh dari agama akan menjadikan ibu lemah mentalnya, karena kering dari rasa keimanan dan ketakwaan.
Walhasil, saat para perempuan memerankan perannya sebagai ibu merasa begitu berat. Mereka terbebani dengan keberadaan si anak, ditambah lagi dengan aktivitas ibu yang menjemukan karena pernikahan dan tujuan melahirkan keturunan jauh dari visi Rabbani. Mereka, para ibu akan dipandang sebagai sosok yang melahirkan saja, bukan sebagai umu warabatulbait, yakni ibu bagi anak-anak, maupun ibu bagi generasinya.
Hal ini bisa kita lihat, dari kurikulum pendidikan yang diterapkan dalam sistem pendidikan. Kurikulum pendidikan hanya berbasis nilai-nilai materi dan akademik saja. Sehingga output pendidikan itu, tidak memiliki kemampuan menjadi orangtua, padahal pendidikan mempunyai peran yang urgen dalam mendidik generasi dan menyiapkan sosok pemimpin masa depan.
Tentunya berbeda sekali dengan negara Islam yang menjadikan syariat sebagai landasan kehidupan bernegara. Aturan Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan sunah sangat memperhatikan peran ibu sebagai madrasah ula bagi anak-anak, dengan cara memuliakan ibu, dan menjamin hak-hak ibu terpenuhi. Salah satunya dalam menjaga kesehatan mental ibu, yakni dengan memenuhi pendidikan, jaminan lapangan kerja bagi suaminya, hingga reward pahala yang besar dari upayanya mengandung dan mendidik anak-anaknya.
Hal ini, secara tidak langsung akan menjadikan ibu bahagia dalam menjalankan perannya. Sebab, anak adalah anugrah terindah tempat orang tua mencurahkan kasih sayangnya, juga wasilah bagi orang tua mendapatkan pahala jariyah saat nanti telah tiada.
Oleh: Eva Ariska Mansur (Anggota Ngaji Diksi Aceh)
Posting Komentar