Indonesia Bangkit Dari Kemiskinan, Mampukah?
Oleh: Susi Ummu Musa (Ibu rumah tangga)
Jauh panggang dari api kira kira itulah gambaran negri yang kaya ini, negri yang selalu digadang gadang akan keistimewaan alamnya yang begitu mempesona dimata dunia tapi tak luput dari bidikan para pemburu rente.
Namun sayang sungguh disayang kehidupan rakyat benar benar tak terkendali, masih banyak rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan dengan keadaan yang kian mengkhawatirkan.
Apakah pantas dan sesuai dengan gambaran negri yang gemah ripah loh jinawi ini?
Memang negri ini masih diatur oleh pemerintah yang katanya paling peduli dan cinta dengan tanah air ini, berbagai kebijakan yang mereka buat hanya demi kesejahteraan masyarakat nya. Tapi, benarkah demikian?
Nampaknya hal ini menjadi sebuah mimpi besar bagi negri ini sehingga tak luput dari arahan dunia, sebagaimana yang dilansir dari Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia merekomendasikan kepada pemerintah Indonesia supaya mengubah acuan tingkat garis kemiskinan yang diukur melalui paritas daya beli atau purchasing power parity.
Menurut mereka, seharusnya garis kemiskinan di Indonesia diukur dengan paritas daya beli melalui besaran pendapatan sebesar US$ 3,20 per hari, bukan dengan ukuran yang pemerintah gunakan sejak 2011 sebesar US$ 1,9 per hari.
Merespons itu, Sri Mulyani mengatakan, ukuran garis kemiskinan yang disarankan Bank Dunia itu belum bisa menggambarkan kondisi perekonomian masyarakat Indonesia. Selain itu, jika ukuran garis kemiskinannya di naikkan malah menyebabkan 40% masyarakat malah tergolong orang miskin.
Bayangkan apa yang terjadi belum dinaikkan saja masyarakat hari ini pontang panting mengais rezeki untuk makan apalagi jika dinaikkan mengikuti usulan bank dunia, Entah bagaimana lagi kondisi masyarakat nantinya.
Hal ini tentu dikhawatirkan oleh pemerintah terlebih sri mulyani selaku mentri keuangan karna kondisi pemerintahan yang kian amburadul.
Persoalan demi persoalan yang menjerat negri ini tak lepas dari kondisi perekonomian yang buruk, yang terjadi banyak dampak terutama kesehatan bagi anak anak yang memerlukan asupan gizi yang cukup al hasil bagaimana masyarakat bisa memenuhi standar kesehatan yang cukup jika ekonomi kian lemah karna banyaknya angka kemiskinan.
Tahun demi tahun rakyat dihadapkan dengan kondisi yang sama persis tidak ada perubahan kecuali orang orang kaya yang semakin melejit hartanya.
Perubahan yang diharapkan nampaknya akan terus gagal jika masih berpacu pada sistem kapitalisme sekuler ini, sejatinya periayahan yang diberikan negara kepada rakyatnya hanyalah basa basi, kedzaliman penguasa nampak didepan mata dengan bukti segala kebijakannya yang seolah olah peduli tapi hanya sekedar catatan agendanya.
Hal ini menunjukkan bahwa negara telah abai terhadap kondisi rakyatnya.
Perubahan yang diharapkan agar bisa terwujud tentu jika penguasa mau merubah pola atau sistem yang amanah yaitu sistem islam.
Sistem yang membuat perindividunya menjadi takwa dan bertanggungjawab atas amanah yang harus ditunaikan.
Dikembalikannya sistem dengan berbasis syariah yang semata mata diwujudkan agar terjaminnya segala kebutuhan dasar masyarakat sehingga bisa hidup dengan layak , menikmati segala apa yang telah disediakan oleh allah swt didunia ini dengan menjadikan negara sebagai junnahnya.
Maka hanya dengan kembalinya islam secara kaffah lah kebangkitan yang hakiki akan bisa diraih tanpa ragu.
Wallahu a'lam bissawab
Posting Komentar