Please Bestie, Jangan Remehkan Nasihat!
Oleh: Syifa Islamiati
Bestie. Pasti sudah pada paham kan, bahwa manusia tidak akan pernah luput dari kelalaian dan kesalahan? Nah, agar kelalaian dan kesalahan itu tidak terulang lagi, maka sebenarnya kita itu butuh nasihat. Nasihat merupakan salah satu cara untuk menyadarkan seseorang dari perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan. Jadi singkatnya nasihat itu adalah pembawa selamat. Karena melalui nasihat, kita diharapkan bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, berhenti melakukan kemaksiatan, bertaubat kepada Allah Swt., memohon ampunannya dan berusaha keras tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan.
Nasihat bukan hanya sekedar ucapan, ya. Tahu tidak, justru agama merupakan nasihat terbaik untuk kita, loh. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., bahwasanya, “Agama adalah nasihat.” Para sahabat bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, para pemimpin kaum muslim dan umat Islam seluruhnya.” (HR Muslim)
Masyaallah. Tapi, Bestie, kita semua tentu tahu juga kan jika fenomena kerusakan generasi muda di negeri ini makin hari makin bikin geleng-geleng kepala. Generasi muda yang sejatinya sebagai penerus peradaban, kini kondisinya malah makin memprihatinkan. Kasus-kasus kerusakan moral generasi terus bergulir sampai saat ini. Generasi jadi makin liberal dan parahnya makin kebal sama nasihat. Astagfirullah, sedih tidak, tuh?
Kasihan, ya Bestie! Padahal nasihat itu tanda sayang, kan, ya? Mereka yang menasihati tidak mau kita ini terus menerus berada di jalan yang salah. Tapi kebanyakan justru malah dianggap menghakimi, ikut campur dan seterusnya oleh sebagian mereka yang negative thinking. Duh, bagaimana kalau sudah begini?!
Nasihat juga bisa datang dari siapa saja. Tidak melulu dari orang tua atau guru. Di zaman sekarang yang serba canggih ini, nasihat juga bisa datang dari sebuah quote atau potongan-potongan ceramah yang berseliweran di media sosial, loh. Tapi itu sih tergantung bagaimana cara kita menanggapinya, ya.
Ada yang bisa menerima nasihat dengan lapang dada, direnungkan, lalu diresapi. Kemudian mulai merubah sikap menjadi jauh lebih baik lagi. Eh, tapi tidak sedikit juga yang menerima nasihat dengan rasa kesal. Bukannya berubah justru malah tambah semakin berulah. Duh, kok bisa beda, ya? Ooh, mungkin cara menyampaikan nasihatnya dengan cara yang tidak pas atau kurang tepat, kali ya. Makanya ada sebagian yang malah dongkol ketika diberi nasihat. Huhuhu...
Maka dari itu, Islam sebagai agama rahmatan lil'alamin telah mengajarkan bagaimana adab dalam menasihati. Di antaranya menasihati dengan lemah lembut, tidak menasihati di tempat umum, karena bisa jadi orang yang dinasihati akan tersinggung dan merasa dipermalukan di depan orang banyak. Dan gawatnya itu, lho justru tujuan dari nasihat pun tidak akan terwujud.
Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata, “…Barang siapa yang menasihati saudaranya berduaan saja, maka itulah nasihat. Dan barang siapa yang menasihatinya di depan orang banyak sebenarnya dia mempermalukannya.” (Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, hlm.77).
So, adab-adab dalam memberikan nasihat sebenarnya tidak boleh diabaikan ya, Bestie. Pun tidak boleh serampangan dalam melakukannya hingga terbawa emosi dan akhirnya menjatuhkan diri pada sikap menyakiti hati sesama muslim. Nauzubillah.
Sedangkan kita yang diberi nasihat sebaiknya berusaha menerima dengan lapang dada, dicerna baik-baik lalu berupaya memperbaiki. Sesungguhnya yang sering melihat kesalahan dalam diri kita itu orang lain dan mereka pula yang menilai. Jadi jangan sekali-kali kita meremehkan nasihat sekecil apapun! Bisa jadi dari nasihat tersebut kita selamat dari murkanya. Kelak akhirnya kita bisa menjadi pribadi yang Allah ridai. Karena memang itu kan tujuan kita?!
Maka sangat penting memiliki teman atau sahabat yang bisa saling menasehati dalam kebaikan. Meletakkan hubungan hanya pada satu ikatan kuat, yakni akidah. Nasihat itu pembawa selamat, maka mari berkumpul dengan orang-orang yang mencintai aktivitas ini, yang mereka melakukannya hanya demi meraih rida-Nya saja. Jadi bestie, yuk, ngaji! Yuk, hijrah! Jangan lupa juga untuk berdakwah!
Posting Komentar