Tawuran Pelajar Marak, Buah Liberalisme
Oleh: Intan Ayu
Beri aku 10 pemuda, maka akan kuguncangkan dunia.” Penggalan pidato Ir. Soekarno di atas terlintas sesaat setelah menyaksikan berita “tawuran pelajar” yang sering terjadi di negeri ini. Di kota maupun di desa sama saja. Seolah sudah menjadi tradisi yang membudaya.
Terbesit tanya dalam hati, apakah pemuda seperti ini yang akan menggoncangkan dunia? Bukan digoncang dengan beribu prestasi gemilang, tetapi digoncangkan dengan keributan dan kenakalan. Teriakan dan pekikan histeris demi mempertahankan ego dan nafsu belaka tanpa memandang apakah berada di posisi yang benar atau salah. Bukan pula sedang berjuang membela Tanah air seperti yang dilakukan para pahlawan saat mengusir penjajah. Tapi menjadi pengecut ketika melihat kedzaliman marajalela.
Sungguh miris, keberanian pemuda saat ini malah terlampiaskan dalam maraknya aksi tawuran. beritasatu.com melaporkan polresta Tangerang mengamankan 69 pelajar yang berencana tawuran pada hari pertama masuk sekolah di Kawasan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/7/2023).
Sebanyak 69 pelajar dari 2 sekolah berbeda tersebut menangis di depan orang tua mereka yang dihadirkan di Polresta Tangerang. Para pelajar yang diamankan akan diberi sanksi berupa pembinaan di Polresta Tangerang.
Secara definisi, tawuran merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan untuk melukai lawan dengan menggunakan alat maupun tidak. Problem tawuran seakan sudah menjadi budaya di Indonesia yang terus diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Pasalnya sudah puluhan tahun lamanya kasus tawuran seolah tidak pernah padam. Dari hari ke hari, beritanya terus saja muncul di berbagai media massa. Tak peduli puasa ataupun hari raya, tak peduli dalam kondisi wabah pandemi maupun dalam kondisi normal, nama baik orangtua atau tidak, tawuran tetap saja terjadi. Meski tubuh rawan terluka, nama baik dan masa depan dipertaruhkan karena bisa saja tertangkap polisi dan masuk bui, namun para pelaku seakan tak peduli dengan perihal tersebut. Bahkan resiko terbesar bagi mereka adalah kehilangan nyawa, tapi tidak juga membuat jera meski telah banyak korban yang berjatuhan.
Seperti yang kita lihat corak kehidupan saat ini sangat dipengaruhi oleh cara pandang sekularisme liberalisme. Paham yang berasal dari Barat di mana paham ini mengantarkan manusia pada kehidupan yang sekuler yakni memisahkan agama dari kehidupan sehingga pemisahan ini menghasilkan kebebasan dalam diri manusia.
Fenomena ini menunjukkan lemahnya kepribadian anak dan sistem pendidikan hari ini yang berbasis sistem sekuler kapitalisme.
Hal ini sangat berbeda jauh dalam sistem islam. Islam memiliki sistem pendidikan terbaik yang mampu menghasilkan generasi berkualitas yang berkepribadian Islam.
Dalam naungan sistem islam, pelajar terkondisikan untuk menjadi insan berkepribadian Islam.
Pendidikan dalam Islam memadukan tiga peranan yang sangat penting untuk melahirkan generasi unggul sebagai aset negara, yakni:
Pertama; keluarga. Dalam keluarga, Islam memerintahkan orang tua untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan syariat Islam yaitu dengan penuh keimanan dan ketakwaan. Sejak dini anak dipahamkan untuk mengenali dirinya sebagai hamba yang wajib taat kepada Allah SWT. Sehingga selama hidupnya akan sadar bahwa dirinya terikat dengan syariat Islam. Dengan didikan yang benar anak tidak akan kehilangan jati dirinya melainkan tumbuh sesuai fitrahnya sebagai manusia yang berkarakter kuat, mandiri dan mampu bertahan hidup dalam kondisi apapun. Mampu menyelesaikan masalah, baik persoalan pribadi ataupun problem yang terjadi dalam masyarakat berdasarkan aturan Islam.
Kedua; masyarakat. Islam memerintahkan agar masyarakat saling tolong menolong satu sama lain. Amar makruf nahi mungkar dijalankan, bukan sekedar saling mengingatkan dalam hal kebaikan namun juga aktif dalam mencegah segala kemungkaran. Sehingga tercipta suasana dalam masyarakat yang penuh dengan keimanan. Hal ini akan berdampak baik bagi remaja karena anak adalah peniru ulung, jika keluarga dan masyarakat baik maka yang ditiru hanya hal-hal yang baik. Begitu pun peran pendidikan di lingkungan sekolahnya akan melahirkan generasi yang baik dari sisi kepribadian maupun penguasaan ilmu pengetahuan. Dampaknya peran remaja dapat dirasakan di tengah-tengah masyarakat, baik dalam menegakkan kebenaran maupun menerapkan ilmunya.
Ketiga; negara. Dalam hal ini, negara wajib menyediakan pendidikan berbasis akidah Islam. Maka dari lembaga pendidikan ini akan lahir generasi yang berkepribadian Islam yaitu pola pikir dan pola sikapnya sesuai dengan ajaran Islam.
Demikian pendidikan dalam Islam yang telah terbukti mencetak generasi yang saleh dan salehah, cerdas, kuat tangguh serta paham akan ilmu agama dan dunia. Oleh karena itu jika ingin memiliki remaja sebagai generasi yang paham agama, hebat dan mampu diandalkan, solusinya hanya satu, terapkan Islam dalam setiap aspek kehidupan, tak terkecuali dalam pendidikan. Maka segala bentuk kenakalan remaja akan mampu dipadamkan oleh Islam.
Wallahu a’lam bishawab.
Posting Komentar