Menyoal Kepedulian Terhadap Tetangga (Kasus Penemuan Mayat Tinggal Kerangka)
Oleh: Widya Rahayu (Lingkar Studi Muslimah Bali)
Di tengah keramaian kehidupan yang semakin sibuk, kita menyaksikan bagaimana hubungan antartetangga, baik di perkotaan maupun di desa, semakin lama semakin kurang hangat. Kita perlu mengakui bahwa ikatan pertetanggaan ini semakin longgar, dan kepedulian di antara kita semakin jarang terlihat, sehingga kita disadarkan oleh peristiwa-peristiwa tragis seperti penemuan mayat tinggal kerangka di Perumahan Bukit Cinere, Depok, yang mencerminkan ketidakpedulian masyarakat terhadap tetangga merupakan sebuah permasalahan sosial yang sangat penting.
Pada tanggal 16 September 2023, dilaporkan oleh laman beritasatu.com bahwa Tim Gabungan dari Polri telah melakukan investigasi di Tempat Kejadian Perkara (TKP) terkait penemuan jenazah ibu dan anak yang telah menjadi kerangka di perumahan elit di kawasan Bukit Indah Cinere, Depok, Jawa Barat pada tanggal 9 September 2023. Namun, Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati mengalami kesulitan dalam mengonfirmasi penyebab kematian ibu dan anak yang telah meninggal dunia dengan kerangka yang telah membusuk.
Kepolisian menduga bahwa Grace Arijani Harahapan (65) dan David Ariyanto (38) telah meninggal dunia lebih dari sebulan sebelum mereka ditemukan meninggal dunia di kamar mandi rumah mereka. Pesan yang ditemukan di laptop mereka belum memastikan apakah kematian tersebut bersifat alami, akibat kecelakaan, bunuh diri, atau mungkin pembunuhan.
Saksi dari pengantar galon air memberikan kesaksian bahwa pada tanggal 25 Juli 2023, keluarga ini masih menerima pengiriman galon air. Penemuan mayat ini dilakukan berkat inisiatif warga setempat yang melaporkan kejadian hilangnya kedua warga ini dalam waktu yang cukup lama. Hal ini mendorong mereka untuk memeriksa ke rumah tersebut.
Kisah ini mencerminkan keadaan kehidupan bertetangga di era saat ini, di mana kita menyaksikan fenomena yang dikenal sebagai "alienasi sosial". Hubungan bertetangga yang dulunya erat mulai mengendur, bertegur sapa yang jarang terjadi, dan kepedulian terhadap tetangga merosot. Meskipun dinding rumah saling berdampingan dan pagar berhimpitan, kita menjadi asing satu sama lain dan kehilangan esensi rukun tetangga yang seharusnya ada dalam kehidupan kita.
Penerapan sistem kapitalisme dan sosialisme telah mengganggu fitrah masyarakat yang seharusnya bersatu dan saling melengkapi. Salah satu kerugian yang timbul adalah hilangnya kehidupan pertetanggaan yang dianjurkan dalam Islam.
Kesibukan mengejar kesuksesan dunia telah menyebabkan kehilangan rasa kebersamaan dan kepedulian antar sesama, menyebabkan hubungan bertetangga menjadi kurang nyaman. Ini adalah penyakit sosial yang mengarah pada krisis karena sistem yang berfokus pada materialisme dan individualisme, mengabaikan ajaran agama dan syariah.
Kapitalisme juga mengisolasi kita satu sama lain, membuat kita enggan peduli pada lingkungan sekitar, meskipun peduli ini adalah perintah yang sejalan dengan sunnah Nabi SAW. Untuk mengatasi masalah ini, perlu mempertimbangkan sistem alternatif yang mencerminkan nilai-nilai agama dan ajaran Rasulullah SAW, agar kita dapat mengembalikan semangat kebersamaan, kepedulian, dan pertetanggaan yang saling mendukung sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Dalam Islam, kepedulian terhadap tetangga dianggap sebagai akhlak yang mulia dan bahkan merupakan kewajiban. Islam memberikan solusi konkret untuk mewujudkan kepedulian dalam kehidupan masyarakat.
Dalam Islam, hubungan dengan tetangga sangat ditekankan. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." Ini mengajarkan pentingnya memperlakukan tetangga dengan kasih sayang, menjaga hak-hak mereka, dan berbaur dalam masyarakat dengan akhlak yang baik.
Selain itu, Islam juga memiliki mekanisme sosial yang kuat untuk mewujudkan kepedulian. Zakat, sedekah, dan bantuan kepada yang membutuhkan adalah bagian integral dari kewajiban keagamaan dalam Islam. Jika masyarakat mempraktikkan nilai-nilai ini secara lebih mendalam, akan ada dukungan yang lebih besar terhadap mereka yang membutuhkan, termasuk tetangga yang mungkin kesulitan.
Dalam sistem Islam yang disebut khilafah, konsep bertetangga dan bermasyarakat tidak hanya dilihat sebagai interaksi sosial semata, tetapi juga sebagai cara untuk memperkuat ikatan iman dan tanggung jawab antarindividu. Masyarakat dalam khilafah diatur oleh syariat Islam, yang memandu cara berinteraksi dan saling membantu.
Untuk mengatasi ketidakpedulian seperti yang terjadi dalam kasus tersebut, perlu adanya edukasi masyarakat tentang nilai-nilai Islam terkait kepedulian terhadap tetangga dan perlunya membentuk komunitas yang saling mendukung. Selain itu, pemerintah juga dapat berperan dalam mempromosikan pembangunan perumahan yang mendukung hubungan sosial dan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga masyarakat dapat lebih dekat dan peduli satu sama lain.
Posting Komentar