Abainya Negeri Muslim Atas Solusi Hakiki Konflik Palestina-israel
Oleh: Sita Ummu Aisyah (Muslimah peduli Umat)
Aksi demonstrasi memprotes dukungan Amerika pada Israel pasca serangan Hamas ke negara itu akhir pekan lalu terus meluas. Ratusan orang yang merupakan gabungan dari Forum Persaudaraan Islam (FPI), Gerakan Nasional Pembela Fatwa Ulama (GNPF-U) dan Alumni 212 Rabu sore (11/10) mendatangi Kedutaan Besar Amerika di Jakarta.
Dalam demonstrasi yang mereka sebut sebagai “Aksi Bela Palestina,” massa memprotes tindakan Amerika mendukung Israel, terutama dengan mengirimkan armada kapal induk USS Gerald R. Ford dan beberapa kapal perusak ke kawasan itu sehari setelah serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober lalu.
Sejumlah perempuan turut berunjuk rasa dalam aksi Solidaritas untuk Palestina pada Rabu (11/10) di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. (VOA/Indra Yoga)
Massa yang berjumlah sekitar 700 orang mulai tiba di depan Kedutaan Besar Amerika di Jalan Medan Merdeka Selatan menjelang pukul empat sore. Massa memulai aksi dengan menyampaikan orasi tentang nasib buruk warga Palestina selama puluhan tahun, yang daerahnya terus menerus dicaplok oleh Israel dengan pembangunan berbagai permukiman baru.
Solusi dua Negara
Duka warga Palestina senantiasa berulang. Al-Quds kembali diserang, Al-Aqsha kembali dinista. Duka kembali menyesakkan dada ketika dunia terdiam. Hingga saat ini, rakyat Palestina terlihat berjuang sendirian. Kalaupun ada bangsa lain yang menolong, itu atas nama pribadi atau kelompok tertentu. Bagi negara-negara muslim, mereka hanya bisa mengecam atau memberikan solusi dua negara sesuai arahan PBB.
Padahal, solusi dua negara ini berarti mengakui pendudukan Israel atas sebagian besar wilayah Palestina. Lemahnya respon umat menjadikan masa depan konflik Palestina dan Israel semakin suram.
Umat Islam masih terkungkung nasionalisme. Padahal, nasionalisme sesungguhnya adalah cara Barat untuk memecah belah kaum muslim menjadi beberapa negara. Dengan adanya paham ini, akhirnya kaum muslim tidak lagi menganggap masalah Palestina sebagai persoalan dunia Islam, tetapi hanya problem rakyat Palestina sendiri.
Sekat-sekat nasionalisme membuat para penguasa negeri muslim terhalang menolong saudara muslimnya dipalestina. Mereka lebih memilih mengirimkan bantuan atau dana kemanusiaan ketimbang harus mengerahkan pasukan militer untuk memerangi israel. Ikatan nasionalisme telah mengikis ikatan akidah islam antar kaum muslim, padahal umat islam bagaikan satu tubuh yang jika sebagian tubuhnya sakit, bagian tubuh yang lainnya ikut merasakan sakit.
Islam menjawab konflik palestina
Islam telah menetapkan bahwa masalah Palestina adalah masalah Islam, bukan masalah yang terbatas pada Palestina saja atau bangsa Arab saja. Tanahnya adalah tanah kaum muslimin sampai hari kiamat. Sehingga membebaskan semua tanah yang diberkati adalah wajib bagi kaum muslimin.
Palestina adalah bagian dari negeri Syam. Syam tak bisa dipisahkan dari ajaran Islam. Syam adalah negeri yang terdiri dari Suriah, Yordania, Libanon dan Palestina (termasuk yang diduduki Isr4el) saat ini. Rasulullah saw. memberikan banyak pujian pada negeri Syam. Diantaranya:
“Keberuntungan bagi penduduk Syam,” Kami bertanya, “Karena apa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena para malaikat membentangkan sayap-sayapnya kepada mereka (penduduk Syam).” (HR at-Tirmidzi).
Syam juga adalah negeri para nabi. Rasulullah saw. pernah bersabda, “Para nabi tinggal di Syam. Tidak ada sejengkal pun Kota Baitul Maqdis kecuali seorang nabi atau malaikat pernah berdoa atau berdiri di sana.” (HR at-Tirmidzi).
Di Palestina, sebagai bagian dari negeri Syam, juga terdapat Masjid al-Aqsha. Masjid ini merupakan kiblat pertama kaum Muslim dan tempat singgah perjalanan Isra Mi’raj. Wilayah di sekitarnya juga tempat yang Allah berkahi (Lihat: QS al-Isra’ [17]: 1). Khusus terkait keutamaan Masjid al-Aqsha,
Rasulullah saw. bersabda:
Datangilah Masjid al-Aqsha. Lalu shalatlah di dalamnya karena sungguh shalat di sana seperti seribu kali shalat di tempat lain (HR Ahmad).
Rasulullah saw. pun bersabda, “Sekali salat di Masjid al-Haram sama dengan 100.000 salat. Sekali salat di Masjidku (di Madinah) sama dengan 1.000 salat. Sekali salat di Masjid al-Aqsha sama dengan 500 salat.” (HR ath-Thabrani dan al-Bazzar)
Masjid al-Aqsha adalah tempat suci ketiga bagi umat Islam dan satu dari tiga masjid yang rasulullah saw. rekomendasikan untuk dikunjungi. Beliau bersabda, “Tidaklah diadakan perjalanan dengan sengaja kecuali ke tiga masjid: Masjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah), Masjid al-Haram (di Makkah) dan Masjid al-Aqsha.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Khilafah Sebagai Perisai
Solusi yang mampu melepaskan Palestina dari penjajahan adalah dengan bantuan militer yang hebat dan mampu mengalahkan tentara Israel dan sekutunya. Satu-satunya harapan untuk bisa memberikan bantuan militer secara penuh tentu tidak bisa digantungkan pula kepada negeri muslim sekarang yang merupakan sekutu Barat. Hal ini hanya bisa diwujudkan dengan negara Khilafah Islamiyah.
Negara yang mampu menghadirkan kekuatan militer yang dapat melindungi kaum muslimin di seluruh penjuru bumi. Mempersatukan kaum muslimin di seluruh dunia dengan ikatan akidah Islam yang meneruskan cita-cita kaum muslimin yaitu melanjutkan kembali kehidupan Islam. Semangat jihad di jalan Allah pun senantiasa terpatri di hati kaum muslimin guna membebaskan tanah Palestina dari penjajahan.
Khilafah akan mengerahkan segala daya dan upaya untuk membebaskan palestina. dengan Khilafah, seluruh kekuatan kaum muslimin di dunia dapat dimobilisasi untuk membebaskan Palestina. Konsolidasi dan mobilisasi kekuatan umat Islam, baik dari sisi militer, SDM dan finansial, akan mampu melumat Yahudi Israel dan mengenyahkannya dari peta dunia.
Karena itu, saat saudara kita kaum muslimin di Palestina berjihad mempertahankan Al Quds, maka sudah menjadi kewajiban kita semua kaum muslimin untuk berjuang menegakkan Khilafah, dan segera mengirim tentara Khilafah untuk berjihad membebaskan Palestina. Sehingga, Al Quds akan kembali ke pangkuan umat islam, bangsa Yahudi kembali terusir dan Israel dihapus dari peta dunia.
Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadits dari jalur Abu Hurairah ra, bahwa Nabi shalla-Llahu ‘alaihi wa Sallama, bersabda:
“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng.Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [Hr. Bukhari dan Muslim].
Wallahu a'lam bi Shawab
Posting Komentar