Gusti...! Harga Beras Naik Lagi!
Oleh: Iis Nurhasanah (Aktivis Muslimah Kab. Bandung)
Lumbung padi, kini peribahasa itu tinggalah cerita. Indonesia termasuk dalam salah satu negara yang disebut sebagai lumbung padi Asia Tenggara. Hampir setiap lahan di Indonesia lebih banyak dimanfaatkan untuk pertanian, termasuk untuk persawahan. Tapi beberapa bulan terakhir ini Indonesia mengalami kesulitan dan kenaikan harga beras yang signifikan. Salah satu contohnya harga beras di Kabupaten Bandung sudah menembus angka Rp15.000/kilogram. Kenaikan terjadi secara bertahap dalam dua bulan terakhir.
Menurut salah seorang pedagang beras di Baleendah, Kabupaten Bandung, Adi, mengatakan dengan kenaikan harga beras yang terus menerus, dirinya sering mendapat protes dari para pelanggan.
"Yang protes banyak. Karena naiknya sering," ujar Adi (ayobandung.com, 10/9/23).
Sebagai pedagang, Adi mengaku tidak bisa berbuat banyak kecuali hanya mengatakan kalau kenaikan harga terjadi dari suplier.
"Saya juga inginnya stabil. Kondisi beras yang terus naik juga keuntungan tidak bertambah. Kalau mematok harga lebih tinggi juga kasihan pelanggan," katanya.
Sudah mahal, ditambah lagi kualitas beras tidak sesuai dengan harga. Namun apalah daya, disatu sisi para pedagang tidak punya pilihan lain sehingga mereka terpaksa menaikan harga beras. Meskipun disisi lain para pembeli merasa keberatan dengan kenaikan harga beras tersebut. Bahkan pedagang pun kelimpungan, sudah tidak bisa berkata-kata lagi untuk menghadapi konsumen.
Sayangnya dengan kondisi yang demikian, pemerintah tak bergeming. Secara nyata tidak memperdulikan rakyatnya yang sedang menjerit menghadapi kenaikan harga beras tersebut. Mereka seakan mati rasa melihat rakyat harus berjibaku dengan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal, di tengah daya beli yang kian rendah dan harga beras yang kian melambung tinggi.
Jika ditilik, kenaikan harga beras adalah persoalan penting. Begitu juga dengan harga bahan pokok lainnya yang mengalami kenaikan, masalah ini tak kunjung usai.
Beras merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari yang harus terpenuhi. Hampir sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Kenaikan harga beras pasti akan memengaruhi pengeluaran masyarakat, terutama masyarakat yang masih terbatas pendapatannya.
Kebijakan kenaikan bahan pokok ini bertumpu pada sistem ekonomi kapitalisme liberal. Sistem ini condong pada kepentingan kapital (pemilik modal), bukan atas dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup rakyat.
Dalam kapitalisme liberal, pangan (khususnya beras) tidak lagi dikelola untuk menyejahterakan rakyat dan menjamin kedaulatan pangan, tetapi dikelola untuk memenuhi ambisi rakus para kapital, negara hanya berperan sebagai regulator saja.
Kenaikan harga beras sampai kapan pun akan terus terjadi, selama sistem yang diterapkan adalah sistem kapitalisme. Dengan tata kelola ekonomi kapitalistik, tidak akan bisa membuat rakyat 'tersenyum lepas' apalagi rakyat miskin. Karena itu, dibutuhkan sistem shahih yang mampu menyelesaikan problem kehidupan ini, yaitu sistem yg berlandaskan Islam. Islam adalah agama yang paripurna, bukan hanya mengatur urusan ibadah semata. Maka Islam memiliki seperangkat aturan untuk memecahkan problematika kehidupan, tak terkecuali masalah kenaikan harga beras.
Di dalam sistemn Islam, pemerintah wajib untuk menyediakan kebutuhan pokok rakyat dengan mudah dan terjangkau. Tidak hanya memperkirakan kecukupan, tetapi memastikan kebutuhan setiap individu dapat terpenuhi semua. Islam mengharamkan pemerintah mematok harga, tetapi Islam tetap memiliki mekanisme agar ketersediaan pangan dan harganya tetap terjaga.
Islam menetapkan bahwa kepemimpinan adalah amanah yang memiliki fungsi riayah (pengurusan) dan junnah (perlindungan) atas rakyatnya. Ia akan menjadi sumber kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Semua itu akan terwujud dengan diterapkannya sistem Islam dalam sebuah negara. Saatnya campakkan sistem kapitalisme dan kembali ke sistem Islam. Wallahu 'allamu bi ash-showab.
Posting Komentar