Mencetak Generasi Tangguh
Oleh: Erna Ummu Azizah
Masih terngiang ucapan anak-anak Palestina yang ketika ditanya, "Apakah kalian takut saat bom dan rudal Israel menghancurkan rumah kalian?" Mereka menjawab, "Tidak ada yang kami takuti selain Allah, dan kami tak peduli apa yang menimpa kami, yang terpenting saudara-saudara kami selamat." Masya Allah..
Tentu ini cambukkan bagi kita para orang tua, anak-anak Palestina itu telah memberikan pelajaran yang luar biasa, betapa keimanan mereka begitu kuat menghujam di dada, menjadikan mereka generasi yang tangguh. Dan ini menjadi PR besar bagi kita untuk bisa menanamkan pelajaran ini kepada anak-anak kita.
Seperti kita ketahui, saat ini mayoritas generasi kita digempur dengan berbagai arus liberalisasi (kebebasan) akibat penerapan sistem kapitalis sekuler. Mereka berbuat sesuka hati tanpa memperhatikan lagi rambu-rambu Ilahi. Hingga lahirlah generasi stroberi. Di luar nampak indah, namun di dalam sangat rapuh. Gambaran generasi yang mudah emosi, rentan depresi, dan berujung bunuh diri.
Tentu para orang tua maupun para pendidik harus berupaya agar generasi hari ini bisa menjadi generasi yang tangguh bukan generasi yang rapuh. Lalu apa saja upaya yang bisa dilakukan?
Pertama, zikrullah (mengingat Allah). Sangat penting menanamkan pada diri kita maupun anak-anak kita untuk senantiasa mengingat Allah dalam segala kondisi. Karena manusia adakalanya jatuh, maka dengan mengingat Allah ia akan sadari bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah, dan ia pun akan tetap tegar dan tenang. Qadarullah wa masya'a fa'ala.
Rasulullah SAW bersabda:
“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaan adalah kebaikan untuk dirinya, dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR Muslim)
Kedua, ikhtiar (berusaha). Semisal: agar badan sehat dan kuat, maka perlu usaha untuk semaksimal mungkin menjaga, misalnya dengan berolahraga, makan yang bergizi, dan sebagainya. Andai telah ikhtiar menjaga kesehatan, namun tiba-tiba jatuh sakit, maka kembali lagi bahwa itu adalah qadarullah (takdir Allah). Kita ambil hikmahnya, bisa jadi di balik semua itu Allah hendak menggugurkan dosa-dosa kita, atau Allah hendak meningkatkan derajat iman dan takwa kita, atau mungkin Allah ingin menyelamatkan kita dari keburukan. Berbaik sangkalah kepada Allah agar hati selalu tenang.
Ketiga, taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah). Selain badan yang perlu dijaga kesehatannya, hati dan pikiran pun perlu dijaga agar senantiasa dalam kewarasan. Sehingga jauh dari jiwa yang emosi, apalagi sampai depresi dan bunuh diri. Na'udzubillah min dzalik. Maka sangat penting untuk kita dan anak-anak kita selalu mendekatkan diri kepada Allah. Misalnya dengan qiyamul lail (shalat tahajud), berdoa di sepertiga malam terakhir, membaca dan mentadabburi Al-Qur'an, juga ibadah-ibadah sunah lainnya. Tentunya setelah yang wajib kita tunaikan.
Keempat, thalabul ilmi (menuntut ilmu). Dalam menjalani hidup kita perlu bekal ilmu agar saat diberikan ujian atau cobaan kita mampu melewatinya dengan sabar dan tahu apa yang harus dilakukan dengan benar sesuai syariat-Nya. Maka jangan pernah kita tinggalkan majelis ilmu. Kita semangati diri maupun anak-anak kita untuk istiqamah dalam mengkaji ilmu-ilmu syar'i. Insya Allah dengan ilmu kita akan terjaga dan selamat dunia akhirat.
Kelima, berkumpul dengan orang-orang shalih. Ketika menjalani hidup, manusia tidak bisa sendiri, namun butuh orang lain. Pasangan (suami/istri), keluarga maupun orang-orang di sekitar. Di sinilah pentingnya kita bersahabat dengan orang-orang shalih, orang yang takut kepada Allah. Karena merekalah kelak yang akan meluruskan kita jika keliru, menyemangati kita disaat rapuh juga membantu dan mendoakan disaat kita kesulitan. Bahkan, sahabat-sahabat yang shalih itu kelak bisa memberi syafa'at (pertolongan) di akhirat.
Semua ini tentu dibarengi adanya dukungan sistem, yaitu kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang Islami dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh). Sehingga lingkungan pun kondusif untuk membentuk generasi yang tangguh. Seperti halnya sistem pendidikan, sistem perekonomian, sistem pergaulan, sistem pemerintahan dan sebagainya.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)
Wallahu a'lam bish-shawab.[]
Posting Komentar