Sekulerisme Merusak Fungsi Keluarga
Keluarga merupakan fondasi awal pergerakan hidup seseorang. Sebuah keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama (madrasatul ula) dalam membentuk karakter (character building) setiap orang. Sebab itu, keberadaan keluarga sangat urgen untuk melahirkan generasi berkualitas di masa depan. Banyak kesuksesan dan kebaikan lahir dari keluarga yang taat, sebaliknya banyak problematika sosial terjadi disebabkan ruh keluarga yang hilang.
Mirisnya, fakta potret keluarga hari ini masih banyak yang jauh dari kerukunan dan keharmonisan antar anggota keluarga. Seperti salah satu kasus kekerasan dalam rumah tangga yang ramai baru baru ini. Seorang anak berusia 13 tahun di Subang Jawa Barat dibunuh oleh ibu, kakek dan pamannya sendiri. Kemudian jenazah korban dibuang di saluran irigasi pinggir sungai dengan kondisi berlumuran darah dan tangan terikat ke belakang. Sebelum tewas, korban terlebih dahulu dianiaya oleh sang ibu.
"Rauf saya sumpel mulutnya dengan boneka kecil milik adiknya, kemudian tangan Rauf diikat, kepalanya dibenturkan ke dinding dan kusen, serta di pukul kepalanya menggunakan tongkat kayu (alat bantu kakeknya untuk berjalan), pipa paralon, dan sebilah bambu pagar,"
Kekerasan pada anak dalam rumah tangga masih sering terjadi. Antara lain kekerasan yang melibatkan pihak ayah, ibu dan saudara yang lainnya. Dari beberapa jenis kekerasan, kekerasan emosional, kekerasan seksual, dan kekerasan fisik lebih banyak dilakukan. Selain itu kekerasan dalam rumah tangga juga timbul karena berbagai faktor, misalnya tekanan ekonomi karena ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya, rendahnya pendidikan dan perhatian orang tua serta minimnya pengetahuan cara mendidik anak yang benar, akan berdampak terhadap perilaku orang tua dalam memberikan pengasuhan. Atau boleh jadi karna lemahnya iman dan takwa sehingga tidak takut untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama.
Tentunya problematika ini tidak lepas dari peran sistem yang diterapkan saat ini. Sekulerisme kapitalisme berperan besar dalam mengakibatkan berbagai masalah, bahkan sampai merusak fungsi keluarga. Sistem negara yang ditata dengan aturan kapitalisme sekuler dan demokrasi liberal, membuat kebahagiaan keluarga dalam semu. Hal itu karena kebahagiaan hanya diukur dengan pencapaian materi dan itu pun tidak merata. Fungsi keluarga menjadi lemah dan berdampak pada kerapuhannya. Hal Ini disebabkan oleh fungsi negara sebagai daya dukung ketahanan keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Islam tentu tidak akan membiarkan sistem Kapitalisme yang rusak itu mengatur kehidupan umat manusia. Karena ketidaksesuaiannya dengan fitrah manusia dan hanya berasaskan manfaat belaka. Manfaat menjadi ukuran bagi setiap perbuatannya. Oleh karena itu, manfaat merupakan dasar tegaknya sistem kapitalisme. Kehidupan di dalamnya semata-mata menggambarkan sebuah kebahagiaan dan kenikmatan jasmani. Semakin banyak nilai materi dan manfaat yang didapat, maka kebahagiaan dan kepuasan baru bisa dirasakan. Sedangkan kebahagiaan menurut Islam adalah mendapatkan ridha Allah SWT. Sebab, pemuasan kebutuhan manusia baik yang bersifat jasmani maupun naluri, merupakan sarana mutlak untuk menjaga kelangsungan hidup manusia, akan tetapi tidak menjamin adanya kebahagiaan.
Islam juga mengajarkan prinsip adil dalam membina keluarga. Adil dalam arti meletakkan fungsi-fungsi keluarga secara memadai dengan fungsi keagamaan sebagai dasarnya. Ketika fungsi mendasar yaitu fungsi kagamaan, dimana keluarga akan dapat memberikan pengalaman keagamaan kepada para anggotanya, maka benteng keluarga sebagai tempat menanamkan ketakwaan anggotanya akan dapat dilaksanakan. Perilaku menyimpang anggota keluarga termasuk pemilihan standar yang salah dalam kehidupan akan dapat dihilangkan.
Ayah dengan berbagai kewajibannya akan mengarahkan anggota keluarganya untuk senantiasa dalam ketakwaan kepada Allah SWT. Ibu sebagai pengatue dan pengelola rumah tangga akan mengatur dan mengelolanya hanya mengikuti Syariah Islam. Sehingga bagaimanapun potensi yang dimiliki oleh anaknya, tidak akan dijual untuk ladang keuntungan para kapitalis, apalagi sampai harus menanggalkan pakaian takwanya.
Maka bekal ilmu agama bagi calon ayah dan ibu menjadi sangat penting. Tidak hanya itu, kesadaran bahwa hidupnya perlu diatur dengan syariah Islam lebih penting lagi. Dengan kesadaran adanya sistem lain yang sengaja dipaksakan untuk menghancurkan keluarganya, tentulah ayah dan ibu akan menyiapkan senjata untuk melawannya. Dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengembalikan fungsi keluarganya sebagai tempat untuk menanamkan ketawaan akan dijaga sepenuhnya.
Anggota keluarga memahami, bahwa manusia itu mulia dihadapan Allah karena ketakwaannya, bukan karena popularitasnya atau karena hartanya. Keluarga juga akan berperan menjaga anggota keluarganya, bahwa dalam hidup harus berhati-hati ketika memilih langkah, agar jangan sampai tergelincir kepada kesesatan dan kemaksiatan. Murka Allah SWT atas pelanggaran manusia terhadap perintah dan larangan Nya adalah berupa sanksi yang pedih diakhirat kelak. Kami berlindung kepada Allah dari ketergelinciran kedalam api neraka.
Wallahu alam bishowab
Posting Komentar