Ironis, Pengurangan Bansos Di Tengah Sulitnya Kehidupan
Oleh: Rifdatul Anam
Indonesia adalah negara agraris yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah dan sangatlah strategis. Lahan yang luas dan subur serta persediaan air yang banyak sesungguhnya adalah faktor yang mendukung untuk menghasilkan bahan pangan. Salah satu bahan pangan yang diproduksi negara kita adalah beras dalam jumlah banyak. Dengan alasan itu seharusnya seluruh elemen masyarakat dapat menikmati hasil tersebut.
Tapi sebaliknya, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah melakukan pengurangan bansos kepada 690 ribu keluarga penerima bansos beras 10 kg per bulan dari 21,35 juta ke 20,66 juta. Bapenas selaku lembaga yang memimpin pembagian bansos yang di perintah Presiden Jokowi telah mengevaluasi dan mengurangi pembagian bansos dengan alasan penerima bansos pindah alamat, meninggal dan dianggap telah mampu. Sedihnya, penyaluran ini hanya berlaku hingga akhir 2023. Dan bisa di rancang kembali di tahun 2024, apabila Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ini mencukupi. Ucap Presiden Jokowi saat meninjau bantuan pangan. (CNN INDONESIA, 26-10-2023)
Bantuan sosial ini sangat diharapkan oleh masyarakat, bukan hanya sementara tapi terus berkelanjutan. Setidaknya mendapat bantuan sosial bisa mengurangi pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan hidup. Walaupun bantuan sosial yang diberikan ini belum tentu mengobati kesulitan hidup yang di derita rakyat. Apalagi harga semua bahan pokok saat ini kompak naik. Melihat faktanya, bukan menambah bantuan, malah pemerintah mengurangi pembagian bansos kepada rakyat.
Alasan-alasan yang diberikan pun layak dipertanyakan, jika penerima bansos berpindah alamat, tentunya masih berada di dalam wilayah Indonesia dan dengan bantuan teknologi lebih mudah mengecek alamat seseorang. Sementara jika dianggap telah mampu, rasanya kecil kemungkinan karena saat ini tengah berada dalam keadaan ekonomi yang mengalami resesi dan banyaknya pengangguran.
Selalu adanya masalah-masalah dalam pembagian bansos ini juga tak bisa dipungkiri, dari data yang tidak akurat dan tidak tepatnya sasaran, tidak meratanya keluarga miskin yang mendapatkan bantuan, hingga pemotongan dana bantuan dan korupsi. Semua hal itu tak lepas dari kebijakan-kebijakan yang berasaskan kapitalisme yang memanfaatkan keadaan demi keuntungan. Berbelitnya pemerintah dalam memberikan hak rakyat menunjukkan abainya mereka dalam mengurus rakyat. Padahal memberikan bantuan kepada rakyat adalah tugas negara yang didapat dari hasil pengelolaan sumber daya alam. Sumber daya alam yang melimpah ini dapat mencukupi semua kebutuhan semua rakyat jika di kelola dengan benar. Sayangnya, dalam sistem kapitalisme, pengelolaan atas sumber daya alam ini diserahkan kepada asing.
Berbeda dengan sistem Islam yang memanfaatkan sumber daya alam hanya untuk kemaslahatan rakyatnya. Islam menjamin semua kebutuhan pokok rakyat terpenuhi, dari sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Negara akan memberikan bantuan kepada seluruh rakyat tanpa tebang pilih. Semua rakyat memiliki hak yang sama dalam hal terpenuhinya kebutuhan pokok.
Sejatinya pemimpin dalam Islam bertugas mengurus rakyat, memastikan tidak ada rakyatnya yang kekurangan dan kelaparan. Pemimpin yang mencintai rakyat lebih mengedepankan hak-hak rakyat dibandingkan hak dirinya. Seperti saat kepemimpinan Umar bin Abdul Azis yang langsung turun tangan secara diam-diam guna memastikan kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi. Semenjak menjadi khalifah, Ia selalu memikirkan rakyat dan harap-harap cemas, khawatir jika ada rakyatnya yang menderita saat kepemimpinannya. Hingga Ia bertanya kepada pembantunya, "bagaimana kabar umat?", pembantunya menjawab, " semua dalam keadaan baik semakin hari, kecuali aku, kuda tuanku dan keluarga tuanku".
Rasa takutnya kepada Allah menjadikan Ia sebagai pemimpin yang dicintai rakyatnya, hingga keluarganya pun hidup dengan sederhana. Rasulallah saw bersabda :
"Sebaik-baiknya pemimpin kalian adalah mereka yang kalian cintai, dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendoakan kalian, dan kalian pun mendoakan mereka".(HR.Muslim)
Di dalam Islam, pemimpin selalu berusaha menjadi pemimpin yang dicintai dan didoakan rakyat. Kecintaan itu pasti akan hadir karena pemimpin selalu memberikan dan memenuhi hak- hak rakyatnya. Dengan sepenuh hati mengurus rakyat hanya untuk mengharap ridho Allah SWT.
Wallahu'alam bishawab.
Posting Komentar