Kaleidoskop 2023: Ada Apa Dengan Remaja?
Oleh: Eli Ermawati (Pembelajar)
Sepanjang tahun 2023 banyak persoalan yang dialami remaja, khususnya remaja Indonesia mulai tingkat SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Bahkan diakhir tahun 2023 ini masih menyisakan permasalahan. Adapun permasalahan yang dialami tak lain adalah permasalahan-permasalahan yang pernah terjadi di tahun sebelumnya, seperti tawuran antar pelajar, yang tiada hentinya hingga memakan korban jiwa.
Maraknya pergaulan bebas hingga terjadi hamil diluar nikah. Bahkan sejak tahun 2022-2023 perkara masuk dalam pengajuan dispensasi nikah mencapai lebih dari 50.000 perkara. Mengutip dari Nusantara.com pada Juli 2023, dikatakan bahwa 90% pernikahan dini dilakukan akibat hamil diluar nikah. Berita terbaru, seorang siswi melahirkan saat mengikuti ujian sekolah di Sampang (Kompas.com, 2/12/2023). Dampak dari pergaulan bebas ini pun pelaku marak yang melakukan aborsi, terkena penyakit HIV/AIDS atau sifilis.
Persoalan yang cukup memilukan remaja juga datang dari tingginya kasus bullying atau perundungan yang semakin brutal bahkan sampai pada pembunuhan, ini terjadi mulai dari tingkat SD-SMA. Masih ingat dengan kasus pengeroyokan pelajar SMP di Cilacap? Alasannya sepele hanya karena korban mengaku sebagai bagian dari geng/ kelompok pelaku. Kabar terakhir datang dari pelajar di Bengkulu, seorang pelajar tewas ditangan temannya akibat tusukan lantaran sakit hati. Kasus yang sama juga terjadi dilakukan 2 remaja di Bengkulu, menculik hingga membunuh anak usia 8 tahun yang sengaja diambil organ tubuhnya untuk dijual, kedua pelaku tersebut tergiur dengan tawaran penjualan organ tubuh manusia dimedia sosial, namun ketika hendak dihubungi justru hilang kontak, pada akhirnya 2 remaja tersebut membuang jasad korban.
Mental illness juga banyak dialami kaum pelajar hingga tingginya kasus bunuh diri, belum lama seorang anak SD kelas 5 di Pekalongan bunuh diri hanya karena diminta ibunya untuk makan siang dan berhenti bermain HP, na'asnya bocah itu bukannya mengikuti aturan ibunya justru mengunci diri dikamar hingga melakukan gantung diri. Mirisnya kasus ini terjadi berulang-ulang. Ada 37 kasus serupa yang terjadi sepanjang 2023, berdasarkan catatan Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Alasannya beragam dari perundungan, percintaan, hingga masalah dengan orang terdekat yakni keluarga.
Remaja dalam keterpurukan, begitu lemah dan rapuhnya mental remaja saat ini, kondisi yang tidak baik-baik saja. Padahal remaja adalah calon pemimpin peradaban, pembawa perubahan. Lantas bagaimana jika generasi penerus umat ini dalam kondisi demikian?
Sekulerisme Biang Masalah
Jika ditelisik lebih dalam ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja hari ini dalam keterpurukan. Faktor pertama karena terpengaruhi gaya hidup, kurangnya ketakwaan individu, tidak menggunakan sistem pendidikan Islam, dan hukum yang ada tidak membuat efek jera.
Dari banyaknya persoalan yang dialami remaja adalah
hasil dari produk sistem pendidikan yang sekuler. Sistem yang mementingkan prestasi akademik dan berorientasi pada lapangan kerja, bukan sistem yang membentuk kepribadian Islam. Sistem pendidikan sekuler, telah meminimalisir peran agama dalam kehidupan, bagi mereka agama hanya untuk urusan ibadah saja. Tentu hal ini sejalan dengan peta jalan pendidikan 2020-2035 yang dirancang oleh Kemdikbud, output yang dihasilkan sesuai dengan visi misinya yakni generasi yang bermental lemah, jauh dari kepribadian yang baik. Dilain sisi remaja yang aktif keagamaan misalnya rohis dianggap bakal teroris, remaja yang belajar Islam kaffah dibilang radikal, padahal kebanyakan remaja yang bermasalah adalah remaja yang tidak mendalami agama.
Sangat berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang mencerdaskan umat, membentuk pribadi yang mulia, dan cemerlang. Selaras dengan firman Allah SWT "Alif Laam Raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa dan Maha Terpuji.” (TQS. Ibrahim: 1)
Dalam sistem pendidikan Islam mampu mencetak banyak ulama dan intelektual. Hal ini tercatat dalam sejarah keemasan dimasa kekhalifahan Bani Abbasiyah, saat itu lahir 4 imam mazhab diantaranya Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam asy-Syafii, Imam Ahmad bin Hanbal. Para intelektual dalam ilmu Astronomi ada Abu Manshur al-Falaki, Jabir al-Batani pembuat teropong bintang pertama, Raihan al-Bairuni karyanya At-Tafhim li Awal as-Sina at-Tanjim. Dibidang Geografi ada Abul Hasan al-Mas’udi, Ibnu Khurdazabah, Ahmad al-Ya’qubi, dan Abu Muhammad al-Hasan al-Hamdani. Pada bidang matematika, ada Al-Khawarizmi pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah dan Abu al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin al-Abbas. Bidang Farmasi ada Ibnu Baithar dengan karya terkenalnya Al-Mughni (tentang obat-obatan) dan Jami al-Mufradat al-Adawiyah (tentang obat-obatan dan makanan bergizi). Dalam ilmu kedokteran ada Abu Zakaria Yahya bin Mesuwaih, ahli farmasi di Rumah Sakit Jundishapur, Iran. Dan rata-rata para ahli geografi itu telah melakukan perjalanan panjang menjelajahi Persia, India, Mesir, Maghribi, bahkan Cina.
Kebangkitan ulama dan intelektual ini tidak terlepas dari peran khalifah saat itu. Penguasa memberikan perhatian yang besar dalam kemajuan ilmu dan peradaban Islam.
Harus Bekerja Sama
Setidaknya ada tiga elemen yang harus bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan ini, antara lain peran orangtua, masyarakat dan negara. Peran orang tua begitu penting terutama Ibu, dialah madrasah pertama bagi anaknya, dengan pembekalan akidah Islam yang kuat, sehingga tidak mudah terjerumus hal-hal buruk ketika keluar dari rumah, tidak seperti saat ini para orang tua yang kebanyakan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sehingga dalam hal pendidikan hanya mengandalkan disekolah saja.
Kemudian peran masyarakat juga sangat penting, masyarakat yang Islami akan saling mengingatkan satu sama lain, tidak bersikap individualis, seperti saat ini, seolah tidak peduli, cuek masa bodoh dengan sekitarnya. Terakhir peran negara sebagai perisai menjamin kesejahteraan, keamanan, dan pendidikan warganya, sebagaimana sabda Rasullullah "Imam atau Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap yang diurusnya" (HR. Muslim dan Ahmad).
Negara akan memfasilitasi pendidikan secara cuma-cuma atau gratis, kurikulum yang dipakai berdasarkan akidah Islam, hingga para pelajar akan fokus dan bersungguh-sungguh dengan aktivitasnya. Tidak akan ditemukan pelajar yang sibuk tawuran, terjebak pergaulan bebas, depresi dan sebagainya.
Namun jika masih ditemukan pelanggaran, hukum Islam akan bertindak tegas dan membuat efek jera bagi pelaku dan orang sekitarnya sehingga tidak akan terulang kasus serupa.
Maka jelas Islam sebagai solusi tuntas dalam menyelesaikan persoalan kehidupan. Termasuk yang dialami remaja saat ini, dari itu urgensi untuk menerapkan syariat Islam, untuk menghapus jejak umat dan remaja yang terperosok dalam kubangan lumpur sekularisme. Dengan mendirikan Daulah Islam ditengah-tengah umat yang akan melahirkan generasi cerdas dan berakhlak mulia. Wallahualam.
Posting Komentar