Kapitalisme Sekuler Petaka Bagi Ibu Dan Generasi
Oleh: Rengganis Santika A, STP
"Ibuku sayang....masih terus berjalan walau tapak kaki penuh darah penuh nanah. Seperti udara kasih yang engkau berikan tak sanggup ku membalas ...ibu...ibu..." petikan syair lagu berjudul Ibu karya Iwan Fals ini berisi bait-bait sederhana dengan lirik ringan, namun cukup memiliki makna dan melegenda. Lagu yang menggambarkan betapa besar jasa seorang ibu bagi generasi yang dilahirkannya. Ibu barat udara bagi kehidupan seluruh makhluk. Kalau kita kagum kisah-kisah heroik para pahlawan. Begitu pula perjuangan ibu bagi anaknya. Darah dan peluh hanya sedikit bukti kasih sayang mereka. Sejak melahirkan sampai kita dewasa, perjuangan ibu untuk generasi hakekatnya tak pernah usai, terus berjalan. Tapi kini para ibu dan generasi dihadang bahaya. Arus kapitalisme sekuler membawa petaka, merusak secara masif pemikiran dan fitrah suci mereka. Islam hadir sebagai agama yang sesuai fitrah. Islam seharusnya mampu menyolusi petaka kerusakan ini, namun mengapa negri mayoritas muslim ini kian rusak??
Muhasabah Bagi Para Ibu Generasi.
Wahai para ibu, mari sejenak kita melakukan refleksi, berkontemplasi dengan melakukan muhasabah atas predikat ibu yang mulia lagi agung ini. Menjadi ibu adalah sebuah kehormatan dari Allah azza wa jalla. Kehormatan yang wajib disyukuri sekaligus dimaknai sebagai amanah dan tanggung jawab besar atas generasi yang berasal dari rahimnya. Namun kapitalisme Sekuler dengan bumbu materialisme, hedonismenya perlahan mencerabut kemuliaan para ibu. Agama makin dijauhkan dari kehidupan. Sehingga Ibu dan generasi bukan lagi diatur oleh tuntunan agama dari sang pencipta tapi didikte oleh hawa nafsu. Generasi negeri ini diambang bahaya!. Masa depan yang seharusnya cemerlang telah dibajak kapitalisme sekuler.
Apa yang terjadi pada generasi kita saat ini? Fakta dan data mengungkap, Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), pada survei kesehatan mental nasional pertama, mengukur angka kejadian gangguan mental pada remaja 10–17 tahun di Indonesia, yang menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental (Univ. Gajah Mada 24/10/2022). Kemudian pada Tahun 2023 sejak Januari hingga Juli, diketahui terdapat 1.125 kasus narkoba, dengan jumlah1.625 orang (Detik.com, 12 Sep 2023). Sasaran utama penyebaran narkoba adalah kaum muda atau remaja, yaitu rata-rata usia pelajar 11- 24 tahun. Bahaya narkoba pasti menghancurkan masa depan diri, keluarga dan negara.
Fakta hari ini, Indonesia darurat judi online dan pinjaman online. Rata-rata pelaku berusia 19-34 tahun. Bahkan judi online banyak menjerat pelajar dari usia SD. Kaum milenial dan gen Z ini mempunyai jumlah utang pinjol sebesar Rp 27,1 triliun, atau setara 54,06% pada bulan Juli 2023. Tak kalah miris maraknya kasus pergaulan bebas seperti seks bebas, LGBT, korban miras, kekerasan/bullying, tawuran sampai bunuh diri. Gaul bebas selalu mengarah ke perilaku negatif Korbannya putra putri kita asset negri ini. Kemanakah orangtua? Dimanakah para ibu mereka?? Rupanya ketahanan keluargapun tengah terancam. Perceraian menjadi isu utama, data mutakhir menunjukkan, setiap jam secara nasional terjadi 50 kasus perceraian.
Korbannya jelas adalah anak. Pengabaian memicu generasi broken home. Krisis ekonomi, KDRT, selingkuh dituding sebagai biang perceraian. Tapi semua kerusakan ini muaranya adalah kapitalisme sekuler, sementara syariat islam dicampakkan. Kapitalisme memiskinkan rakyat negeri kaya sumberdaya alam ini. Demi membebek oligharki kapital berkedok investasi. Kaum ibu dipaksa atas nama pemberdayaan perempuan jadi motor penghasil cuan. Fungsi strategis ibu pudar. Ironisnya saat para ibu mandiri ekonomi, generasi justru dibawah didikan sekuler. Jauh dari agama baik dirumah juga di sekolah. Masuklah mereka dalam jebakan liberalisme, materialisme dan hedonis. Dunia penuh hawa nafsu, cukuplah medsos jadi bukti tingkah ibu dan generasi hari ini. Pengajian marak tapi tidak menyolusi kehidupan rusak ini, apa yang terjadi??
Solusi Komprehensif Islam Dalam Wujud Sistem Kehidupan Bernegara
Islam hadir bukan sekedar konsep iman, ibadah dan akhlak. Rasulullah saw sebagai contoh dan suri teladan terbaik. Saat beliau di Mekkah tak cukup islam didakwahkan sebagai konsep iman dan akhlak saja, tapi harus diamalkan diterapkan secara kaaffah (menyeluruh). Terbukti Mekkah tetap dalam kondisi jahiliyah yang rusak. Maka Rasulullah saw hijrah ke Madinah bukan karena tak tahan siksaan Qurasy, tapi karena Madinah siap menerima islam dalam kehidupan bernegara. Umat dan tokoh-tokohnya siap diatur oleh islam dalam seluruh aspek kehidupan. Bukan hanya akhlak saja atau pendidikan saja tapi ideologi islam sebagai sistem. Dari satu noktah kecil di Madinah, islam dilanjutkan para khalifah sesudah Rasulullah saw. Islam menjadi peradaban yang menguasai tiga benua selama 13 abad. Menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Bukan peradaban rusak dan barbar dibawah ketiak kapitalisme pimpinan Amerika dan Eropa Barat seperti saat ini. Itulah mengapa pengajian tak cukup menyolusi petaka kapitalisms karena pemahaman hanya berhenti di tataran individu dan keluarga. Sementara mereka hidup dalam negara yang menerapkan aturan sekuler yang tunduk pada kapitalisme global Amerika. Ingatlah ancaman Allah "Barang siapa perpaling dari aturan/peringatanku maka baginya kehidupan yang sempat dan kelak di yaumil akhir akan dibangkitkan dalam keadaan buta" (QS Thaha 124) Wallahu 'alam
Posting Komentar