Peran Ibu Cenderung Mati Tergerus Liberalisasi
Oleh: Susi Ummu Musa
Ibu adalah madrasatul ula bagi anak anaknya, sosok pelindung dan penuh cinta dalam meriayah buah hati sejak dalam kandungan hingga dilahirkan kedunia.
Perangainya yang lembut membuat Ibu dimata kita adalah malaikat tak bersayap yang hidup nyata dihadapan kita.
Dia bahkan rela mengorbankan segalanya bahkan nyawa hanya untuk anaknya.
Tidak perlu hari khusus untuk mengucapkan terimakasih kepadanya sebab jika kita ingin setiap haripun kita bisa mengucapkan rasa sayang, cinta dan terimakasih kepadanya.
Namun saat ini sosok ibu sebagai pendidik utama dirumahnya perlahan lahan hilang, Ibu tidak lagi bisa meluangkan waktu yang lapang untuk sekedar bercengkrama atau bahkan sekedar menyambut kedatangan kita saat pulang sekolah.
Waktu yang terbuang itu tidak akan bisa terulang lagi karna kita telah semakin dewasa dan mencari tempat sendiri.
Ibu harus terpaksa keluar rumah demi membantu mencari nafkah dan itu terjadi atas ide yang dibuat oleh rezim.
Bagaimana tidak pelaksanaan peringatan hari ibu yang setiap tahun dibuat pemerintah selalu disesuaikan dengan apa yang menjadi cita cita barat yakni menjauhkan peran Perempuan atau ibu dari pendidik generasi penyumbang peradaban.
Seperti perayaan hari ibu ke-95 tahun ini dengan mengusung tema " Perempuan Berdaya, Indonesia Maju"
Tentu dari sisi pandang mana kita akan mengarahkan konsep ini, apakah sudah benar tema ini atau justru terjadi paradoks dengan realita yang ada?.
Jika dari sisi kapitalisme saat ini kemajuan perempuan jelas nampak terlihat, dengan keluarnya perempuan dengan predikat wanita karier membuat mereka dianggap sebagai sosok panutan perempuan yang aktif dan berprestasi. Terlebih ketika dia berhasil menduduki jabatan tinggi disuatu instansi.
Maka tak jarang perempuan yang berjadwal padat berada diluar rumah dari pada didalam rumah menjaga anak anaknya.
Tidak hanya itu kapitalisme yang menjadi dasar negri ini menjadikan peran perempuan begitu penting masuk dalam daftar komersialisasi suatu iklan produk yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan produk tersebut.
Dari sini tampak jelas bahwa pengeksploitasian kaum perempuan lahir akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme.
Sehingga kecenderungan kaum perempuan untuk bekerja diluar dan meninggalkan peran dasar sebagai ibu telah mati karna arus liberalisme yang menjadi satu paket komplit dari penerapan sistem ini.
TUNTUTAN HIDUP TINGGI
Melihat kemajuan dan perkembangan zaman saat ini memang sungguh hebat, tak jarang hampir semua orang yang hidup di sistem ini ingin hidup serba canggih sesuai kemajuan teknologi. Maka hal ini terasa dibarengi dengan ambisi ingin meraih kesuksesan dunia dengan bekerja keras.
Hal ini tampak senada dengan agenda kapital yang memainkan perannya dengan segala macam problematika yang semakin sulit terutama ekonomi.
Dunia memaksa untuk maju namun dunia juga menyulitkan masyarakat dengan harga kebutuhan pokok tinggi, biaya kesehatan mahal, pendidikan juga mahal serta kebutuhan lainnya.
Alhasil gaya hidup yang terbilang hedonis tadi semakin digenjot dengan melakukan berbagai cara yang terpenting mendapatkan cuan tanpa melihat halal dan haramnya. Begitulah yang sedang dirasakan para ibu atau perempuan hari ini.
Demi ekonomi mereka harus keluar meninggalkan perannya sebagai madrasatul ula bagi anak anaknya. Hanya demi mencukupi segala keperluan yang diinginkan anaknya, tuntutanlah yang membuat semua tidak bisa terkendali ditambah kurangnya pemahaman ilmu agama juga mempengaruhi sebuah keluarga yang bisa hidup sederhana dan apa adanya.
Maka apa yang terjadi banyak anak anak remaja yang adu gengsi dengan barang barang mewahnya, handphone terbarunya, dan style yang mereka anggap sebagai status sosial.
Maka hal ini juga diperparah dengan aksi aksi tawuran, Narkoba dan menjadi sindikat prostitusi kalangan remaja. Nauzubillahinminjalik.
KONSEP ISLAM JELAS
Melihat realita yang ada disistem rusak kapitalisme sekuler ini rasanya cukup menyesakkan dada, setiap hari kita akan mendengar berita yang cukup miris, tentu saja jika hal itu menimpa kepada kaum perempuan atau ibu.
Namun dalam islam seorang ibu atau perempuan akan dimulyakan dengan harapan merekalah yang akan melahirkan generasi terbaik bagi bangsa.
Karna dalam islam perempuan perempuan hebat juga bisa memajukan bangsanya dengan mencetak generasi yang berjiwa pemimpin.
Misalnya saja Muhammad Alfatih, Imam syafi' i, Imam Bukhori dan masih banyak lagi para pejuang dan ahli ilmu yang dididik dan dibesarkan oleh ibu.
Dalam islam negaralah yang bertanggung jawab penuh atas kebutuhan dasar rakyatnya, maka rakyat tidak perlu bersusah payah banting tulang mengais rezeki demi sejengkal perut, sebab semua telah disediakan dan difasilitasi oleh negara.
Dengan mengolah segala SDM yang disediakan Allah yang melimpah ruah ini maka negara punya andil, selanjutnya membuka lapangan pekerjaan seluas luasnya diberikan para laki-laki sesuai dibidangnya.
Ini akan berjalan sebab negara yang mengaturnya bukan menyerahkan kepada asing atau kapital yang hanya mementingkan kelompoknya saja.
Kemudian untuk kesejahteraan lain pendidikan, kesehatan, sandang pangan papan, jalan, jembatan akan diberikan secara gratis untuk dinikmati oleh rakyat.
Maka disinilah letak peran Perempuan atau ibu tadi yang akan fokus menjaga dan meriayah anak anaknya dengan dasar islam yang kuat. meski dalam islam perempuan tidak dilarang untuk bekerja.
Masih bisa perempuan keluar untuk memberikan sumbangaih kepada negara misalnya menjadi guru, bagian pemerintahan, atau menjadi direktur perusahaan yang dipimpinnya namun tidak melanggar hukum syara dan mengutamakan hak dasar sebagai seorang ibu.
Maka jelas bahwa hanya dengan konsep Islam secara kaffah keberadaan kaum perempuan akan lebih mulya dan maju dalam segala aspek kehidupan bagi generasi yang akan datang.
Wallahu a lam bissawab
Posting Komentar