Sayat Lengan Demi Trend Barcode?
Oleh: Tri S, S.Si
Dinas pendidikan (Disdik) Kabupaten Blitar menemukan ada puluhan siswa SD yang melukai dirinya atau menyayat lengan dengan benda tajam. Kejadian itu ditemukan saat Disdik melakukan sampling atas fenomena trend barcode korea yang ramai di media sosial. Ada 1000 anak SD yang kami lakukan sampling ternyata ada temuan siswa yang melakukan sayatan lengan pakai silet, ini baru dilakukan sampling di 4 Kecamatan saja kata Wiji Kabid pembinaan SD Disdik Kabupaten Blitar kepada detikJatim sabtu 18 November 2023.
Adapun rincian temuan dalam sampling itu, di antaranya delapan siswa di Kecamatan Wonotirto, 10 siswa di Kecamatan Garum, enam siswa di Kecamatan Kanigoro, dan satu siswa di Kecamatan Udanawu. Totalnya, ada sekitar 25 siswa yang ditemukan melakukan sayat pergelangan tangan. Menurut Wiji, aksi menyayat tangan merupakan fenomena gunung es. Artinya, masih dimungkinkan ada temuan siswa yang melakukan hal serupa. Untuk itu, pihaknya akan meminta seluruh kepala sekolah dan guru memeriksa lengan siswa (detik.com, 18/11/2023).
Self harm atau menyakiti diri sendiri adalah suatu kondisi ketika individu dengan sengaja melukai diri sendiri sebagai cara untuk mengatasi emosi negatif yang sangat intens atau kuat. Berbagai pemicu yang membuat remaja menjadi generasi labil dan memiliki kontrol emosi yang lemah adalah efek sekulerisme yang sudah mendarah daging dalam kehidupan hari ini yaitu
para remaja ini dijauhkan dari Islam sebagai pedoman dan solusi hidup. Sekulerisme juga mengikis keimanan dalam diri remaja dan generasi hari ini, mereka mudah putus asa, gampang menyerah, rendah diri dan juga mengajarkan gaya hidup liberal dan mengagungkan kebebasan.
Maraknya kasus self harm belakangan ini seharusnya menjadi perhatian serius, apalagi kali ini usia anak yang melakukannya masih sangat belia. Apalagi kasus ini menjadi fenomena di tengah masyarakat. Hal ini merupakan masalah serius generasi. Beberapa hal yang harus mendapat perhatian adalah apa yang menjadi penyebab kasus ini, dari mana anak mengetahui caranya, kondisi mental anak sehingga nekat melakukannya.
Akar permasalahan maraknya kasus self harm adalah penerapan sistem kapitalis sekuler. Sistem kapitalis, menjunjung tinggi kebebasan individu untuk berekspresi, menjadikan ukuran kebahagian adalah terpenuhinya kesenangan materi dan jasadiyah belaka tanpa batasan ajaran agama, ketika ada sesuatu yang menghalangi seseorang untuk mendapatkan kesenangan akan menjadi masalah besar. Akibatnya dalam sistem kapitalis anak tumbuh menjadi sosok yang liberal dan materialis. Anak sering ditolerir melakukan kebiasaan buruk seperti bermain hp, game dan hal-hal yang tidak bermanfaat lainnya. Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan generasi tidak memiliki pemaham terhadap aturan Allah SWT, generasi terdidik dengan pemahaman sekuler pula. Generasi tidak paham bagaimana mengatasi permasalahan sesuai bimbingan agama.
Ketika ditimpa masalah generasi mudah rapuh, mudah putus asa dan depresi, melakukan self harm bahkan berujung pada bunuh diri. Generasi tidak memahami bahwa bunuh diri adalah perbuatan tercela, yang dosanya sangat besar. Generasi mengira bunuh diri adalah solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Media dalam sistem kapitalis juga berperan mempengaruhi anak untuk melakukan bunuh diri. Pada beberapa kasus, anak melihat cara self harm maupun bunuh diri di internet sebelum melakukan bunuh diri. Kasus bunuh diri juga sedang viral di media sosial yang menjadi konsumsi anak. Negara tidak bisa melindungi dan melakukan kontrol dan pengawasan terhadap informasi dan tontonan di media. Tidak ada tindakan yang tegas dan melarang tayangan yang bernuansa liberal, dan kemaksiatan. Kondisi ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anak.
Islam merupakan dien yang sempurna, bersumber dari Dzat yang Maha Sempurna yaitu Allah SWT. Islam memandang generasi adalah calon pemimpin masa depan umat. Generasi adalah aset yang sangat berharga dalam keberlangsungan peradaban Islam. Islam memperhatikan tumbuh kembang anak dan menjaga kekuatan mental anak melalui pendidikan anak yang berkualitas. Dalam sistem Islam pembentukan mental generasi yang tangguh dilakukan secara terpadu oleh individu, masyarakat dan negara. Keluarga akan menjalankan perannya dengan baik yaitu mengasuh, menyayangi, dan mendidik anak sesuai dengan Akidah Islam. Anak akan mendapatkan kasih sayang dan tumbuh menjadi pribadi yang bertakwa. Sejak dini orang tua akan menanamkan Aqidah Islam yang kuat pada anak-anaknya.
Dalam sistem Islam masyarakat akan senantiasa menjalankan fungsi kontrol sosial, budaya amar ma'ruf tumbuh subur. Masyarakat memahami amar ma'ruf nahi munkar adalah perbuatan mulia yang diperintahkan oleh Allah dan RasulNya. Sehingga suasana kehidupan masyarakat diliputi saling nasehat-menasehati dan saling tolong-menolong dalam kebaikan, sehingga tidak ada ruang bagi kemaksiatan.
Negara menerapkan sistem Pendidikan Islam yang berbasis aqidah Islam. Tujuan pendidikan adalah untuk mencetak generasi yang berkepribadian Islam, dan menguasai tsaqofah Islam yang mendalam serta menguasai IPTEK. Dari sana akan lahir generasi yang memiliki keimanan yang kuat, Generasi memahami jati dirinya sebagai hamba Allah. Generasi juga memahami kewajiban untuk terikat pada syariat Islam, dan memahami bahwa semua perbuatannya kelak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.
Sehingga yang demikian tidak akan melakukan selfharm bahkan tidak akan terbesit pikiran untuk melakukan selfharm. Generasi memahami bahwa semua permasalahan bisa diselesaikan dan ada tuntunan untuk menyelesaikannya dengan benar. Negara juga mengelola media sosial sehingga informasi dan tontonan di media sosial adalah perkara-perkara yang baik saja, yang mendorong generasi untuk melaksanakan ketaatan dan semangat untuk beramal sholih, semangat untuk belajar dan melakukan penelitian. Informasi tentang selfharm dan hal-hal yang melanggar syariat tidak akan tayang. Sehingga mindset generasi selalu dalam suasana takwa.
Hanya dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan akan terbentuk generasi tangguh yang bermental baja atas dorongan Aqidah Islam. Generasi para calon pemimpin dan penjaga peradaban Islam yang mulia. Islam adalah agama dan sistem hidup yang memiliki paket lengkap dalam menyelesaikan permasalahan hidup manusia. Solusi yang terbaik untuk menghindari generasi dari self harm dan perilaku negatif lainnya ialah dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah. Wallahu 'alam bishowab.
Posting Komentar