Ibu Stres , Anak dalam Bahaya
Oleh: Cahya Candra Kartika, S.Pd
Dunia para ibu sedang tidak baik-baik saja. Kejadian kekerasan hingga pembunuhan oleh ibu kepada anak sudah tak terhitung lagi. Baru-baru ini terjadi lagi, seorang ibu di Kabupaten Belitung ditangkap polisi karena terlibat pembunuhan, yakni membunuh bayinya sendiri.
Perempuan yang kesehariannya bekerja sebagai buruh itu membunuh bayinya dengan cara menenggelamkan ke ember berisi air setelah dilahirkan. Alasan pembunuhan ini karena tidak cukup biaya untuk membesarkan, sedangkan ibu dan ayah bayi ini hanyalah buruh (kumparan.com, 24/01/2024).
Tidak hanya itu, Insiden tragis juga terjadi di Desa Membalong, Kabupaten Belitung, di mana seorang ibu rumah tangga berusia 38 tahun diduga membunuh dan membuang bayi yang lahir secara normal di kamar mandi. Motif dari tindakan mengerikan ini diduga terkait dengan faktor ekonomi, dimana ibu tiga anak tersebut merasa terdesak secara finansial (tribunnews.com, 23/01/2024).
Dengan ditemukan banyak kasus Ibu tega membunuh bayinya hal ini menunjukkan masyarakat sedang tidak baik-baik saja. Kondisi ini dikarenakan sebagian besar masyarakat ‘menghirup’ kehidupan yang sekuler-kapitalis, sehingga mental dan perilaku mereka menjadi jauh dari nilai-nilai keislaman.
Artinya, terkait fenomena tersebut, masalah kesehatan jiwa atau mental telah menjadi masalah kesehatan yang belum terselesaikan di tengah-tengah masyarakat, baik di tingkat global maupun nasional.
Menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 saja, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
Selain itu stres maupun depresi, serta kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), akhirnya menjadi hal lumrah, termasuk kejadian orang tua yang diduga kuat, tega membunuh anaknya tanpa rasa bersalah beberapa waktu lalu.
Faktor Ekonomi
Di sisi lain, salah satu penyumbang utama mengenai permasalahan mental pada masyarakat, terutama Ibu adalah ekonomi. Bahkan menurut sebagian pihak, tidak sedikit orang yang mengontrak di Jakarta memiliki pekerjaan dan penghasilan yang minim, sehingga keadaan ekonomi mereka terganggu. Oleh karena itu, kesulitan ekonomi ini merupakan tekanan yang sangat membebani kehidupan masyarakat, utamanya tekanan pada mental mereka.
Dengan kata lain, pemerintah lebih sibuk dan fokus dengan urusan kekuasaan daripada melakukan perbaikan ekonomi, ataupun penyelesaian masalah mental untuk masyarakatnya. Pemerintah sangat sibuk dan fokus dengan urusan kekuasaan. Terlihat acuh dengan problem sistemik masalah mental.
Islam adalah Solusi
Oleh karena itu problem-problem sistemik ini pada dasarnya karena salah aturan, salah urus dan salah yang mengurus. Artinya, adalah sebuah urgensitas untuk menerapkan sistem Islam di setiap aspek kehidupan manusia. Baik individu, keluarga, masyarakat, hingga negara sekalipun.
Misalnya pada level individu, orang-orang beriman akan memiliki kesehatan mental yang sangat baik. Akidah dan cabang-cabangnya seperti masalah tawakal, qanaah, rezeki, sabar, syukur, dan lain-lain akan membuat seseorang menjadi pribadi yang sehat secara mental. Apabila ada tekanan hidup, mereka akan berikhtiar untuk menyelesaikannya. Yang berarti, keimanan yang ada dalam kalbu akan mampu menjadi benteng yang mengokohkan mental mereka.
Perilaku yang tertata secara Islam akan membuat kehidupan seorang Muslim menjadi indah, bagaimanapun keadaannya. Tidak mungkin orang yang beriman akan melakukan kekerasan di rumah tangga, apalagi sampai membunuh.
Sedangkan di level keluarga, akan terasa suasana islami yang semakin menguatkan keislaman anggota keluarga. Keluarga yang dibangun atas asas keimanan dan diatur dengan keislaman akan menjadi keluarga yang tampak suasana cinta, kepeduliaan, ketenangan, kasih sayang dan tanggung jawab.
Selanjutnya, di level masyarakat juga akan terlihat sehat. Mereka akan menjaga satu sama lain dengan amar ma’ruf nahi mungkar,s eraya mengatakan di tengah masyarakat pun terbangun sikap saling peduli. Dengan demikian, anggota masyarakat tidak akan sendiri dalam menghadapi masalah pribadinya.
Terakhir, di level negara yang menggunakan nilai-nilai dan aturan Islam akan menjadikan negara maksimal dalam mengurusi dan menjamin terpenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Masyarakat akan dibuat sejahtera sehingga mampu memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan. Negara juga menjamin (tersedianya) pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan bagi masyarakat dengan pelayanan terbaik dan gratis. Dengan jaminan terpenuhinya kebutuhan pokok tersebut, masyarakat akan merasa ringan menjalani kehidupan termasuk menjadikan sehat fisik dan mental.
Oleh karena itu sangat penting memilih pemimpin amanah yang sesuai ajaran Islam. Sehingga, terjagalah jiwa, agama, akal, kehormatan dan harta rakyatnya. Dengan terpenuhi semua kebutuhan rakyatnya, tidak akan mungkin ada orang tua yang akan tega membunuh anaknya, baik karena stres masalah ekonomi maupun setres mentalnya.
Wallahu a'lam Bishawab
Posting Komentar