Kelaparan Meningkat, Ekonomi Rakyat Terjerat Sistem Kapitalisme
Oleh: Ilma Kurnia P, S.P (Pemerhati Generasi)
Jumlah penduduk dunia sedang menghadapi rawan pangan akut yang melonjak menjadi sekitar 282 juta orang pada 2023, kata Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Angka ini menunjukkan peningkatan 24 juta orang sejak 2022, FAO menyebutkan dalam Laporan Krisis Pangan Global terbarunya Jumlah penduduk dunia yang berada di ambang kelaparan juga meningkat menjadi lebih dari 700.000 orang pada tahun lalu, hampir dua kali lipat dari angka yang tercatat pada 2022 (antaranews.com,25/4/2024). Kelaparan akut dan ancaman kelaparan di dunia meningkat tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hal ini disebabkan karena meningkatnya cakupan laporan tentang konteks krisis pangan serta penurunan tajam dalam ketahanan pangan, terutama di Jalur Gaza dan Sudan. Persoalan kelaparan seperti tiada habisnya. Berita kelaparan demi kelaparan di berbagai belahan dunia makin menambah peliknya kehidupan yang semakin hari semakin sulit. Berbagai fenomena kemiskinan semakin mewarnai setiap kehidupan masyarakat.
Semua ini memang menjadi bagian dari ujian tapi tidak terlepas juga sebagai salah satu akibat dari salahnya manusia dalam menerapkan sebuah aturan yang sifatnya sistemik yaitu dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme global di dunia. Sistem kapitalisme ini tidak memiliki mekanisme yang menjamin kesejahteraan rakyatnya. Fenomena banyaknya pengangguran punsudah menjadi hal biasa dan wajar saja. Tentu ini disebabkan karena ketersediaan lapangan kerja yang sangat sedikit dan ditambah rendahnya upah kerja semakin memperburuk keadaan. Jangankan untuk memenuhi gaya hidup hanya sekadar bisa makan saja, rakyat diminta berjuang sendiri. Pemandangan yang menyakitkan mencari makan sehari-harinya di tempat sampah menjadi sebuah potret buram suatu negeri yang kaya tapi tak mampu mencukupi rakyatnya membuat miris hati ini. Bahkan tak sedikit pula yang sekadar minta-minta karena beratnya beban kehidupan yang makin hari makin mencekik. Sementara mereka yang memakan harta rakyat hidup dalam kemewahan. Akibatnya terjadi kesenjangan kesejahteraan. Tidak cukup sampai di situ, sistem kapitalisme juga meniscayakan penguasaan SDA di berbagai negara miskin sebagian besarnya dikuasai oleh segelintir orang dan berkembang melalui penjajahan gaya baru.
Buruknya lagi ada penjarahan sistemik dan dikemas secara legal terhadap kekayaan publik dan negara. Sistem ini menafikan kepemilikan umum, akhirnya kebebasan kepemilikan diakui dan diberlakukan. Tentu saja pemberlakuan sistem ini menjadikan siapa saja yang memiliki modal besar akan diberi jalan untuk melakukan penguasaan dan pengelolaan SDA sesuka hatinya. Sulitnya masyarakat dunia dalam mengakses kebutuhan pokok terutama berupa pangan merupakan hasil dari konsep ekonomi kapitalisme. Kalaupun diberi akses, masyarakat dituntut harus membayar dengan harga yang cukup mahal. Sebab ini terjadi karena adanya liberalisasi sumber daya alam oleh pihak swasta/pemilik modal. Sehingga tidak heran meniscayakan kapitalisasi yang berorientasi pada untung atau bisnis semata, bukan ingin menyejahterakan umat.
Berbeda halnya dengan Islam, kesejahteraan rakyat akan menjadi kenyataan. Islam memiliki sistem ekonomi yang menjamin kesejahteraan rakyat individu per individu. Negara sebagai periayah akan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya dan menjamin pemenuhan apa yang diperlukannya. Dari kebutuhan dasar mereka, karena mereka menyadari bahwa hal itu adalah kewajiban yang Allah bebankan kepadanya dalam mengurusi urusan rakyatnya. Negara akan berusaha memudahkan rakyat untuk dapat memuaskan kebutuhan sekunder bahkan tersiernya. Rasulullah saw. bersabda,:
“Imam (khalifah) adalah pengembala (pemimpin), sehingga ia bertanggung jawab atas gembalaannya (rakyat yang dipimpinnya).” (HR. Bukhari)
Konsep kepemilikan dalam Islam menjadikan pengelolaan SDA oleh negara. Negaralah yang akan mengelolanya dan menjadi sumber pemasukan negara serta akan mengembalikannya untuk kemaslahatan rakyat dengan memberikan layanan publik yang berkualitas bahkan gratis. Kalaupun ada biaya, rakyat tidak membayar dengan harga mahal seperti saat ini. Penguasaan SDA juga dijamin akan membuka lapangan kerja yang sangat luas dan beragam dengan gaji yang besar. Sehingga rakyat terpenuhi kebutuhan pangan, sandang maupun papannya. Adapun kesehatan, pendidikan dan keamanan dijamin langsung oleh negara. Demikianlah kesejahteraan yang akan diberikan oleh negara Islam. Maka solusi tuntas untuk mengatasi kelaparan akut di berbagai dunia adalah diterapkannya sistem ekonomi Islam, bukan kapitalisme. Karena ekonomi kapitalisme sudah terbukti gagal menyejahterakan rakyatnya. Wallahualam bissawab.
Posting Komentar