-->

Idul Adha : Moment Persatuan Umat

Oleh: Endang Setyowati

Tahun ini, 1 Dzulhijjah bertepatan dengan hari Jum'at 7 Juni, sedangkan wuquf 9 Dzulhijjah bertepatan dengan Sabtu 15 Juni yang mana saat ini kaum muslim yang tidak melakukan ibadah haji disunnahkan untuk berpuasa Arafah, kemudian keesokan harinya melaksanakan ibadah sholat Idul Adha.

Idul Adha merupakan salah satu hari raya umat Islam dan keagungan ibadah haji itu sendiri  ditandai oleh kedudukannya sebagai rukun Islam.
Ibadah haji diwajibkan kepada setiap muslim yang baligh,merdeka, berakal, mempunyai kemampuan fisik serta harta benda untuk biaya perjalanan dan tanggungan yang ditinggalkan.

Allah SWT berfirman:
..(Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam. (TQS: Ali Imron [ 3]: 97).

Antusiasme umat Islam melaksanakan ibadah haji sangat luar biasa, yang mana setiap tahunnya antrian semakin  bertambah. Untuk menunggu waktu pemberangkatanpun semakin lama. Ibadah haji dan ka'bah seolah memiliki magnet dan daya tarik yang luar biasa, keduanya membuat siapapun yang beriman, baik pria maupun wanita muda maupun renta memenuhi panggilan Allah SWT.

Jutaan manusia yang berkumpul, datang dari berbagai penjuru dunia serta dari berbagai suku dan bangsa.
Mereka berkumpul bersama untuk meraih tujuan yang sama, yaitu mendapat ridho Allah SWT. Tidak tampak sama sekali identitas sosial yang sering manusia banggakan seperti jabatan, kekayaan serta popularitas. 

Mereka berpakaian sama yaitu ihram yang putih, suci. Tidak ada lagi pengaruh kelas sosial.
Ibadah haji merupakan napak tilas peristiwa yang menakjubkan dari hamba Allah yang sangat mengagumkan dalam ketaatan kepada-Nya mereka adalah Nabi Ibrahim dan anaknya nabi Ismail serta istrinya Hajar.

Berawal saat Allah SWT mengaruniai seorang putra yaitu nabi Ismail, dan disaat nabi Ismail sudah mulai bisa berjalan Allah memerintahkan nabi Ibrahim untuk menyembelih nabi Ismail. Perintah ini nyaris tidak bisa dinalar dengan logika manusia Nabi Ibrahim dan Ismail menunjukkan bahwa keimanan kepada Allah benar-benar melewati batas-batas rasionalitas, tanpa tapi dan tanpa nanti langsung dikerjakan.

Begitulah ketika kita telah beriman kepada Allah SWT, maka konsekwensinya adalah melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya secara keseluruhan tanpa memilah milah.
Hal terpenting yang bisa kita ambil dari pelaksaan ibadah haji ini adalah bersatunya seluruh umat Islam, ibarat muktamar umat Islam seluruh dunia. 

Walaupun berbeda bahasa, bangsa dan warna kulit serta status sosial tapi ukhuwah Islamiyah begitu terasa. Tidak ada lagi sekat yang bisa menghalangi dan tidak ada dinding yang memisahkan, semuanya merasa satu tubuh. Diikat oleh ikatan yang sama, yakni akidah Islam. Tidak memandang dari mana asalnya, asalkan muslim maka adalah saudara.

Spririt persatuan seperti ini harus selalu dijaga dan dirasakan walaupun mereka kembali ketempat asalnya.
Spirit pengorbanan memperjuangkan agama-Nya, serta spirit persatuan umat Islam yang diikat oleh akidah Islam dan disatukan dalam daulah Islamiyah.

Bagaimana hal itu bisa terjadi saat ini, ketika negeri kita malah berbeda penetapan awal bulan Dzulhijjah sehingga hari raya Idul Adha pun akan berbeda. Padahal umat Islam itu adalah satu, dan untuk penetapan Idul Adha seharusnya mengikuti amir Mekkah, dan mengikuti kegiatan yang ada di sana, namun tahun ini lagi-lagi perbedaan terjadi.

Maka dari itu, adanya perbedaan hari raya yang terus terjadi seharusnya menyadarkan umat Islam agar bersatu dalam satu kepemimpinan yang mampu untuk menyatukan seluruh umat Islam yaitu dalam naungan Khilafah Islamiyyah.